Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Kasihan, Gajah-gajah di Thailand Terpaksa Kelaparan karena Pandemi Virus Corona
2 April 2020 10:24 WIB
ADVERTISEMENT
Rasanya tak lengkap menyebutkan Thailand tanpa tahu nama julukannya. Ya, populer dijuluki sebagai Negeri Gajah Putih, binatang berbelalai panjang itu memang sudah sejak lama dijadikan ikon dari Negeri Siam tersebut.
ADVERTISEMENT
Salah satu buktinya adalah patung gajah yang dipajang di depan gedung Museum Nasional Indonesia. Patung gajah tersebut merupakan hadiah Raja Chulalongkorn dari Kerajaan Siam untuk Batavia pada 1871 silam.
Oleh karena itu, saat berwisata di Thailand, berkunjung menyambangi gajah di habitatnya seakan sudah jadi kewajiban. Di setiap sisi negara tersebut, kamu bisa menemukan penangkaran gajah yang bisa didatangi sesuai dengan kebutuhanmu.
Namun sayang, pandemi virus corona yang menghantam dunia pariwisata membuat lebih dari 1.000 gajah menghadapi kelaparan di Thailand. Dilansir BBC, krisis akibat virus corona memangkas pendapatan secara signifikan dari pariwisata.
Sepinya pengunjung bikin tempat penangkaran dan pengasuh gajah mesti berjuang keras membelikan mereka makanan untuk 4 ribu gajah yang dipelihara. Apalagi dalam sehari, seekor gajah bisa mengkonsumsi makanan hingga 200 kg. Banyak, ya.
ADVERTISEMENT
"Jika tak ada dukungan yang datang untuk menjaga mereka agar tetap aman, gajah-gajah ini akan mati kelaparan. Atau mungkin dibawa ke jalan oleh pemiliknya untuk mengemis, mungkin saja beberapa di antaranya sedang hamil," kata Lek Chailert, pendiri Save Elephant Foundation, pada BBC.
Kemungkinan lainnya adalah para pemiliknya akan menjual gajah mereka ke kebun binatang atau dikembalikan ke bisnis penebangan liar. Padahal bisnis penebangan liar telah secara resmi melarang penggunaan gajah sejak 1989 silam.
Tantangan untuk memberi makan dan menjaga gajah-gajah ini akan semakin sulit, karena Thailand tengah mengalami musim kemarau.
Kerri McCrea, pengelola Suaka Gajah Kindred Spirit di Mae Chaem, di utara Thailand, mengatakan penduduk desa di sekitarnya telah membawa sekitar 70 gajah kembali ke daerahnya masing-masing, karena mereka tidak lagi mendapatkan uang dari pariwisata.
ADVERTISEMENT
"Memberi makan gajah adalah prioritas, tetapi masalahnya masyarakat setempat tak punya hutan lagi yang tersisa untuk dijadikan tempat makan buat para gajah," katanya.
McCrae saja harus berkendara sejauh tiga jam sehari untuk mendapatkan rumput dan batang jagung yang cukup bagi lima gajah yang ia rawat. Baik ia maupun pengasuh gajah lokal mesti melakukan hal yang sama untuk memastikan kebutuhan makan gajah-gajah mereka tercukupi.
Enggak cuma kelaparan karena bahan makanan yang terbatas, gajah-gajah di Thailand juga mulai depresi. Keterbatasan makanan bikin mereka tidak menunjukkan perilaku bahagia.
Gajah yang bahagia biasanya mengayunkan ekor, mengepakkan telinga, atau mandi debu agar tetap dingin. Tapi saat ini tidak, mereka terkesan 'ogah' melakukan apa pun.
Thailand biasanya mengandalkan pariwisata untuk membiayai sebagian besar pertumbuhan ekonominya. Tapi mewabahnya COVID-19 membuat negara ini harus menutup perbatasannya untuk wisatawan.
ADVERTISEMENT
Per Selasa (31/3), terdapat penambahan 127 kasus positif corona baru, sehingga total menjadi 1.651 kasus dengan sepuluh orang tewas di Thailand. Negeri Siam ini bahkan telah menyatakan kondisi darurat imbas penyakit COVID-19 pada pekan lalu.
"Skenario terburuk yang mungkin terjadi adalah pemilik gajah harus memilih, menyelamatkan gajah atau keluarga mereka," pungkas McCrae.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!