Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Kisah Gio, Traveling ke Bintan Berujung Bikin Perpustakaan Keren
3 Februari 2019 16:00 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
ADVERTISEMENT
Traveling tidak hanya melahirkan kepuasan batin. Karena aktivitas ini bisa memicu lahirnya berbagai kegiatan dan gerakan yang positif. Enggak percaya? Simak, deh, kisah Giovanna Santosa.
ADVERTISEMENT
Sebelum menyimak kisahnya, kenalan dulu, yuk, dengan gadis yang akrab disapa Gio ini. Gio lahir dan besar di Singapura. Usianya saat ini masih 17 tahun. Tapi jangan remehkan, karena dia berhasil melakukan sesuatu yang bermakna. Ya, dia mendirikan perpustakaan setelah traveling dan menjejakkan kaki di Pulau Bintan.
Perpustakaan itu bernama Library @Trikora, sebuah taman baca pertama di Bintan. Ia lahir pada Desember 2016 dengan misi "Reader to Readers".
Saat pertama kali berdiri, Library @Trikora cuma punya buku kurang dari 30 buah saja. Untungnya, seiring berjalannya waktu, saat masuk usia dua tahun, koleksi buku di perpustakaannya kini mencapai 3 ribu, dan terus bertambah.
"Saya ingat dengan jelas saat mengumpulkan dukungan dan sumbangan buku cerita dalam Bahasa Inggris. Menarik-narik tas berisi buku di bus, mengangkat kotak berisi buku, mendekati dan menjalin komunikasi dengan penerbit buku. Sungguh pengalaman yang menyenangkan!" ucap Gio.
Jumlah koleksi buku yang terus bertambah di perpustakaannya juga berkat pemerintah Indonesia. Sejak Presiden Joko Widodo memprakarsai gerakan pengiriman buku ke komunitas terdaftar ke komunitas yang memenuhi syarat melalui perusahaan pos negara PT Pos Indonesia, Library @Trikora kebanjiran buku-buku bagus.
Lantas kenapa Bintan dipilih sebagai tempat berdirinya Library @Trikora? Pertama, karena saat traveling ke Bintan, Gio tidak melihat adanya perpustakaan yang bisa dikunjungi anak-anak.
Kedua, karena Bintan merupakan destinasi yang cukup populer, apalagi di tengah negara tetangga. Selain itu, sekitar 800 ribu wisatawan setiap tahun menyambangi pulau ini.
"Library @Trikora dapat menjadi tempat untuk melakukan pelayanan masyarakat di luar negeri," tutur Gio yang sering diajak ayahnya ke perpustakaan setiap akhir pekan.
ADVERTISEMENT
Alasan lainnya, Gio juga ingin mengubah persepsi wisatawan yang sering berpikir Pulau Bintan hanyalah 'resor pantai mewah'. Apalagi Gio juga melihat ada banyak anak muda yang memulai suatu gerakan, dan ia ingin menjadi salah satu bagiannya.
Meskipun lahir dan besar di Singapura, namun semangat cinta Indonesia-nya masih berkobar. Melalui gerakan yang diikuti, Gio berharap bisa membuat perubahan yang berdampak bagi Indonesia bahkan dunia.
"Melakukan kegiatan sosial harus menjadi bagian dalam diri anak muda untuk memperkuat ekonomi Indonesia 2 hingga 3 dekade mendatang," jelas Gio yang hobi menulis dan traveling ini.
Impian Menjadikan Perpustakaan Bagian Pendidikan
Di perpustakaan tersimpan banyak buku. Sedangkan buku adalah jendela dunia. Enggak mengherankan Gio memiliki impian yang tinggi akan perpustakan yang dibangunnya.
Gio membayangkan suatu saat Library @Trikora bisa berperan signifikan sebagai instrumen perubahan dalam pendidikan digital dan teknologi di Indonesia. Dengan memanfaatkan analitik digital dan kemajuan teknologi, Gio yakin mampu memberdayakan lebih banyak anak muda dengan model yang paling sesuai.
Menurutnya, anak muda berperan sangat penting untuk melakukan perubahan. Apalagi secara demografis, jumlah anak muda menempati porsi cukup besar dari populasi Indonesia. Sayangnya, kata Gio, berkegiatan sosial belum mengakar kuat.
"Budaya untuk melakukan kegiatan sosial belum mengakar kuat pada jiwa nasional kita. Oleh karena itu harus ditanamkan sejak usia muda," ucapnya.
Meski kerap dianggap tidak menarik bagi sebagian remaja, sebenarnya berkegiatan sosial juga bisa menjadi salah satu bagian dari rekreasi. Ini karena bisa bertemu dengan banyak orang dan melihat banyak hal baru, serta menemukan tantangan baru.
Gio yang kini sedang menjalankan pendidikannya di Singapore Polytechnic, juga harus pintar-pintar membagi waktu antara belajar dan mengelola perpustakaan. Meski sepintas terlihat sepele, tapi mengelola perpustakaan bukan perkara sepele.
Masa jatuh bangun mengelola perpustakaan pun pernah dia rasakan. Misalnya pada 2017, terutama saat mempersiapkan O-Level.
"Itu adalah masa yang memilukan karena saya harus mencurahkan lebih banyak waktu untuk persiapan ujian dan saya tidak akan punya cukup waktu untuk bepergian ke Bintan untuk mengunjungi anak-anak," kata Gio.
Karena hal ini Gio pun menulis surat kepada setiap anak. Sang ayah kemudian memberikan surat tersebut setiap kali pergi ke Bintan. Ya, setiap dua minggu sekali ayah Gio rutin pergi ke Bintan.
"Dan anak-anak menulis kembali dengan cerita tentang hari itu, kemudian ayah saya akan mengembalikan lagi ke mereka. Begitulah cara kami berkomunikasi melalui surat. Sangat lucu jika mengenang hari-hari itu," kenangnya.
Gio adalah contoh anak muda yang punya gerakan untuk mengubah Indonesia. Nah, bagaimana dengan kita?
ADVERTISEMENT
Simak kisah menarik dan ulasan lengkap konten spesial kumparan dengan follow topik Cinta Tertambat di Khatulistiwa .