Liburan Murah Meriah Kala Lebaran Sambil Mengenal Lebah di Cibubur

4 Juni 2019 8:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ada banyak spot Instagramable di kawasan ini, salah satunya adalah papan Instagram berlatar lebah Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ada banyak spot Instagramable di kawasan ini, salah satunya adalah papan Instagram berlatar lebah Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
ADVERTISEMENT
Harga tiket pesawat yang melambung tinggi bisa saja membuatmu mengurungkan niat untuk mudik dan memilih mengisi Lebaran di Jakarta. Sayangnya, seiring melonjaknya jumlah wisatawan, beberapa tempat wisata juga ikut menaikkan harga.
ADVERTISEMENT
Bicara tentang tempat wisata murah meriah, selain Ragunan, Monas, atau Museum, kamu masih punya alternatif destinasi lain, lho. Salah satunya adalah Taman Wisata Lebah yang berlokasi di Komplek Buperta Cibubur, sekitar 150 meter saja dari gerbang pintu tol.
Gerbang masuk Taman Wisata Lebah di Cibubur Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Harga tiket masuknya hanya Rp 5 ribu per orang. Jika ingin mendapatkan pemandu wisata, kamu bisa mengambil paket edukatif seharga Rp 20 ribu saja. Menariknya kalau kamu datang dengan rombongan sekitar 30 orang atau lebih, kamu juga akan mendapatkan fasilitas edukasi lengkap dan suguhan air madu asli, langsung dari hasil budidaya.
Didirikan pada 28 Mei 1970 atas gagasan dari Sekjen Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Taman Wisata Lebah berada dalam naungan PT Madu Pramuka yang terletak di Kompleks Wiladatika Cibubur. Taman Wisata Lebah merupakan kawasan wisata edukasi bagi pelajar dan masyarakat umum.
Salah satu spot ikonik dan Instagramable di Taman Wisata Lebah, Cibubur Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Di Taman Wisata Lebah, kamu bisa belajar banyak hal terkait lebah, madu, dan produk olahan lainnya yang bisa didapatkan dari lebah, seperti royal jelly, propolis, beepolen, atau beeswax. Beberapa waktu lalu, kumparan menyempatkan diri untuk datang berwisata ke Taman Wisata Lebah, Cibubur, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Bermodal iseng-iseng belaka, nyatanya Taman Wisata Lebah cukup menarik untuk dikunjungi. Kesan teduh, nyaman, dan ramah anak, langsung terbersit di benak begitu memasuki gerbangnya.
Patung lebah yang menggemaskan jadi ikon tempat ini Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Sesuai dengan nama dan tujuan edukasinya, Taman Wisata Lebah dihiasi dengan berbagai macam patung lebah dalam berbagai rupa dan ukuran. Badannya digurat warna hitam dan kuning, sesuai dengan dominasi jenis lebah yang dibudidayakan di tempat ini.
Selayang pandang, yang paling mencolok terlihat selain patung lebah yang menggemaskan adalah pepohonan dan bunga dalam berbagai jenis, serta warna. Rupanya, bunga-bunga tersebut bukan hanya sengaja ditanam untuk memperindah taman saja, tetapi juga menjadi sumber makanan bagi lebah.
Selain dihiasi bunga, kamu akan menemukan beragam miniatur rumah adat daerah di Indonesia dalam kawasan taman Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Ya, persediaan makanan yang dikumpulkan dalam sarang tersebutlah yang nantinya akan diolah menjadi madu. Walau begitu, bukan berarti lebahnya dibiarkan saja berlalu lalang, beraktivitas di tengah pengunjung yang asyik berwisata. Tentu tidak.
ADVERTISEMENT
Lebah-lebah yang dibudidayakan di tempat ini, disimpan dalam kotak dan tempat yang terpisah sesuai dengan spesiesnya. Setiap kotak memiliki satu ekor ratu, yang nantinya akan menghasilkan lebah-lebah pekerja, serta pejantan.
Lebah-lebah tengah asyik bekerja mengumpulkan persediaan makanan dalam sarangnya Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Baru saja tiba, kumparan melihat kerumunan pengunjung sedang mendengarkan penjelasan dari pemandu wisata. Tidak mau kehilangan kesempatan, kumparan pun ikut mendengarkan pemandu yang tengah menjelaskan daur hidup lebah yang tengah ia pegang.
Saat itu, pemandu yang diketahui bernama Tono tersebut tengah menjelaskan lebah asli Australia (Apis Mellifera). Menurut penuturan Tono, lebah Australia lebih mudah dibudidayakan ketimbang lebah lokal, karena tidak agresif dan mampu menghasilkan madu yang lebih banyak.
"Lebah Australia ini badannya lebih besar kalau dibandingkan dengan lebah lokal, jadi hasil madunya akan lebih banyak dan lebih cepat. Dia juga tidak menyengat, lebih jinak dibandingkan yang lokal. Bisa dipegang tanpa pengaman. Beda sama yang lokal, ukurannya lebih kecil, muat masuk ke dalam lubang telinga," jelasnya sambil tertawa.
Tono, pemandu wisata, menjelaskan daur hidup lebah pada wisatawan asal Malaysia Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Tono kemudian mengangkat sebuah honeycomb (sarang lebah) dan memperlihatkan lebah-lebah budidaya. Dan memang benar, lebah-lebah itu tidak menggigit. Kamu bahkan bisa menyentuh mereka tanpa takut. Begitu pula dengan sang ratu, ketimbang ketakutan pada manusia, dia justru anteng 'mensupervisi' para pekerjanya.
ADVERTISEMENT
Tono banyak bercerita tentang lebah, seberapa lama lebah bisa hidup, apa saja jenis madu yang bisa dihasilkan oleh lebah, bagaimana cara merawat lebah, hingga apa lawan terbesar koloni lebah Australia. Sehingga lebah tidak akan terganggu dan tetap dapat berproduksi dengan baik.
Setiap kotak lebah memiliki 'jendela' pada bagian bawahnya yang berguna sebagai pintu keluar masuk Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Ia juga menjelaskan bagaimana propolis ada dan mengapa warnanya hitam tak seperti madu yang berwarna kuning cerah dan cenderung transparan. Propolis ternyata adalah lem yang dikumpulkan lebah dari beragam getah pohon untuk menutupi lubang yang ada di sekitar sarangnya.
Setelah sibuk menjelaskan tentang apa yang ada di dalam kotak lebah, Tono pun mengajak kumparan melihat langsung cara memisahkan madu dari honeycomb. Tono mengangkat sebuah honeycomb siap panen, lalu meletakkannya ke sebuah mesin ekstraktor manual berbentuk tabung.
Mesin ekstraktor madu manual di Taman Wisata Cibubur Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Tabung tersebut memiliki pengayuh pada bagian luar yang berfungsi untuk memutar mesin, sehingga madu akan terkibas, lepas dari sarangnya. Madu yang telah terlepas nantinya akan mengalir dari dinding tabung menuju penampang di bagian bawah. Dan, voila! Kamu bisa menikmati madu asli, langsung dari sarangnya, tanpa butuh waktu lama.
ADVERTISEMENT
"Misahin madunya begini aja, kak. Jadi madunya tetap dalam kondisi yang bagus, karena tidak terkena hawa panas. Honeycombnya juga enggak rusak, sarangnya juga enggak rusak, begitu juga dengan telurnya," kata Tono.
Takut lebah? Kamu bisa lihat dari luar kotak tanpa mesti menyentuhnya Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Tono juga menyarankan agar ketika kamu hendak mengkonsumsi madu, jangan pernah menggunakan air panas. Agar tidak merusak kandungan nutrisi yang terdapat dalam madu.
"Cara terbaik untuk mengkonsumsi madu itu dengan air dingin. Jangan pakai air panas, kalau mau minum hangat juga mesti suam-suam kuku saja, supaya kandungannya tidak rusak. Lebih mantap lagi kalau minumnya dikasih es dan perasan jeruk nipis, kak," tuturnya bercerita sambil memperagakan dengan tangannya seolah-olah madu dan gelas tengah ia pegang.
Lebah yang dibudidayakan disimpan dalam kotak kayu, salah satu jenis lebah dalam kotak ini adalah lebah lokal Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Penjelasannya yang 'terlalu harafiah' di tengah Minggu pagi yang panas terik itu jelas menambah rasa haus. Terutama setelah mencicipi sendiri manisnya madu yang dihasilkan dari sarangnya di Taman Wisata Lebah.
ADVERTISEMENT
Selepas asyik bercerita, kumparan pun melanjutkan perjalanan menyusuri taman itu. Taman Wisata Lebah memang tidak terlalu luas, tapi dengan wisata edukasi yang menarik, serta beragam wahana bermain untuk anak, kawasan ini bisa jadi alternatif wisata edukasi yang menarik bagi keluarga, terutama yang memiliki anak kecil.
Tersedia pula mainan untuk anak seperti ayunan, perosotan, atau jungkat-jungkit Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Dari penjelasan Tono, ada gua-gua khusus pula yang memang ditujukan untuk pengunjung-pengunjung kecil mereka yang berusia TK hingga SD. Di gua tersebut, anak-anak akan diajak untuk menonton film kartun tentang lebah. Sehingga edukasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
Uniknya, walau diberi nama Taman Wisata Lebah, kumparan sempat melihat sebuah kandang ayam di dalam kawasan taman. Kandang tersebut berukuran cukup besar dan dikelilingi dengan jaring-jaring. Isinya, ayam kate, atau ayam yang berukuran pendek yang sedang berlari-lari mematuk makanannya.
Gua-gua kecil berikon lebah juga dapat dengan mudah kamu temukan. Menggemaskan, ya. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Di kali lain, kumparan melihat tupai berlari di pohon dan kucing tertidur malas di rerumputan. Apalagi pepohonannya yang rindang dilengkapi dengan kursi panjang yang sangat nyaman untuk dipakai sekadar beristirahat atau tidur siang sambil menikmati panasnya mentari yang mungkin sudah jarang dinikmati karena terpaan AC.
ADVERTISEMENT
Sungguh menarik dan seru sekali. Gimana, kamu tertarik wisata edukasi ke taman lebah yang satu ini?