Makan Abu Jasad Hingga Potong Jari, Ini 5 Suku dengan Tradisi Ekstrem di Dunia

2 September 2020 6:56 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dukun Yanomami yang juga juru bicara Yanomami dari India di Brasil, Davi Kopenawa Yanomami. Foto: Martin BUREAU / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Dukun Yanomami yang juga juru bicara Yanomami dari India di Brasil, Davi Kopenawa Yanomami. Foto: Martin BUREAU / AFP
ADVERTISEMENT
Setiap suku di dunia memiliki sebuah budaya dan tradisi yang melekat dalam kehidupan mereka. Tradisi tersebut dilakukan hingga sekarang dengan beragam tujuan dan maksud tertentu.
ADVERTISEMENT
Ada banyak sekali suku-suku di dunia dengan tradisi yang terbilang unik dan aneh. Bahkan, tak sampai di situ, beberapa suku ini yang punya tradisi ekstrem untuk dilakukan.
Mulai dari tradisi memakan abu jenazah yang sudah meninggal hingga harus digigit semut peluru sebagai bentuk kedewasaan. Berikut kumparan rangkum lima suku dengan tradisi paling ekstrem di dunia.

1. Makan Abu Jasad-Suku Yanomami, Brasil

Suku Yanomami di hutan Amazon Foto: . REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
Endo Kanibalisme atau budaya memakan jasad orang-orang yang dicintai adalah cara suku Yanomami membagikan rasa sayang, memberi penghiburan, atau memuliakan keluarga dan kerabat yang dicintai.
Suku Yanomami meyakini bahwa jiwa manusia perlu dilindungi dan dapat kembali ke bumi setelah kematian dalam bentuk berbeda selayaknya reinkarnasi.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu suku ini tidak memburu beberapa jenis burung yang dirasa dapat menjadi bentuk reinkarnasi.
Sesuai dengan kepercayaannya, suku ini mempercayai bahwa manusia tidak dapat diselamatkan dan memasuki surga Yanomami apabila tidak memiliki jiwa yang murni.
Jiwa dari orang yang meninggal hanya dapat diselamatkan secara utuh jika mayatnya dibakar dan abunya dimakan oleh keluarga dan saudara-saudaranya sebagai pertanda bahwa mereka yang meninggal telah benar-benar melepaskan hal duniawi.

2. Tradisi Potong Jari-Suku Dani, Papua

Suku Dani yang menjalani tradisi Iki Palek dengan memotong jarinya Foto: Shutter stock
Tradisi potong jari merupakan tradisi asli suku Dani, Papua. Suku Dani melakukan tradisi potong jari sebagai bukti kesetiaan mereka terhadap keluarga. Rasa sakit yang mereka rasakan setelah memotong jari diumpamakan dengan menderitanya hati ketika saudaranya meninggal.
ADVERTISEMENT
Dalam prosesi pemotongan, tidak ada cara khusus untuk memotong jari dalam tradisi ini. Semua alat boleh digunakan asal jarinya putus, baik itu kapak, pisau, maupun gigi sekalipun.

3. Tradisi Meruncingkan Gigi-Suku Bagobo, Filipina

Tradisi meruncingkan gigi suku Bagobo di Filipina Foto: Wikimedia Commons
Bagi wanita suku Bagobo memiliki gigi runcing adalah suatu keharusan sebab bagi suku di Mindanao, Filipina, memiliki gigi runcing adalah suatu keharusan untuk menjadi yang paling cantik.
Ya, wanita dari suku ini diharuskan untuk memiliki gigi runcing layaknya drakula. Untuk membuat gigi mereka menjadi runcing pun tak mudah, para wanita suku Bagobo harus mengalami hal yang amat menyakitkan terlebih dahulu.
Para wanita suku Bagobo ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengubah gigi mereka untuk menjadi runcing. Meski, bentuk gigi-gigi mereka pun sebenarnya malah terlihat aneh dan menyeramkan.
ADVERTISEMENT

4, Melompat Dari Atas Ketinggian, Suku Vanuatu, Vanuatu

Ritual bungee jumping Naghol suku Vanuatu Foto: Flickr/Tom Perry
Nagol merupakan tradisi ekstrem yang dilakukan oleh Suku Vanuatu di Pulau Pantecost.
Pria yang ingin menunjukkan kedewasaannya harus berani memanjat ke atas menara dan melompat ke bawah tanah hanya dengan bermodalkan seutas tali yang dibuat dari tanaman rambat. Bahkan, mereka juga tak mengenakan pelindung apa pun. Oleh sebab itu, ritual ini sangat ekstrem karena bisa saja mengancam nyawa mereka.
Meski terbilang ekstrem, ritual nagol bukanlah kegiatan biasa. Tradisi ini diadakan setiap tahun untuk menunjukkan kedewasaan para pria Vanuatu.

5. Digit Ratusan Semut Peluru-Suku Satere-Mawe, Brasil

Ilustrasi semut Foto: Pixabay
Ritual kedewasaan suku Satere-Mawe ini disebut dengan Ritual Da Tucandeira. Ritual ini mengharuskan anak laki-laki bertahan tanpa menangis saat tangannya dikerubungi dan disengat oleh puluhan semut peluru yang berada dalam sarung tangan penuh semut tersebut.
ADVERTISEMENT
Sarung tangan ini dibuat dari dedaunan yang disiapkan khusus untuk inisiasi ini. Jumlah semut dalam sarung tangan ini bisa mencapai 30 ekor per sarung tangan.
Anak-anak yang mengikuti ritual ini adalah anak laki-laki yang berusia 12-16 tahun. Secara bergantian anak laki-laki dari suku ini akan memasukkan tangannya ke dalam sarung tangan dengan lapisan arang sebagai perlindungan tangan mereka.
Anak laki-laki ini dianggap berhasil melewati ritual kedewasaan apabila mampu melalui 10 menit tersebut tanpa menangis. Pada saat inilah anak laki-laki ini dianggap sudah mencapai tahap kedewasaan dan diakui sebagai bagian dari suku Satere-Mawe. Terkadang dibutuhkan hingga 20 kali percobaan agar sang anak lulus dari inisiasi ini.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
ADVERTISEMENT