Malana, Desa di India yang Jadi Surga Ladang Ganja Dunia Selama Ratusan Tahun

11 Juli 2020 7:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Desa Malana, India  Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Desa Malana, India Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
Selama ratusan tahun sebuah desa kecil di kaki pegunungan Himalaya menanam ganja sebagai sumber pemasukan utama. Kini desa kecil bernama Malana itu melegenda di kalangan penggemar mariyuana atau ganja.
ADVERTISEMENT
Desa tua yang berada di wilayah Himachal Pradesh, India Utara ini menjadi ladang pertaruhan untuk Pemerintah India yang tengah berperang melawan charas, getah ganja berwarna hitam yang membuat nama Malana mendunia.
Sejak 1985, pemerintah India telah melarang adanya peredaran ganja. Kepemilikan satu kilogram charas, misalnya, akan dihukum setidaknya 10 tahun penjara. Padahal, sebelumnya penjualan charas dan opium ini legal pada masa kolonialisme Inggris.
Ladang ganja di desa Malana, India Foto: Shutter stock
Pasalnya, charas adalah bagian tak terpisahkan dari budaya dan ritual kaum Saiwa, komunitas agama terbesar kedua di India. Namun, penduduk di utara India, termasuk Desa Malana, telah menanam ganja selama ratusan tahun.
Bagi mereka, tanaman mariyuana yang telah ditanam sejak ratusan tahun itu adalah bagian dari tradisi. Apalagi ganja adalah satu-satunya produk agrikultur yang bisa mereka tanam di lahan tandus Pegunungan Himalaya dengan cuaca yang ekstrem.
ADVERTISEMENT
Pemerintah setempat telah mengimbau warga setempat agar memindahkan lahan ganjanya ke tempat yang lebih terpencil, agar tidak diketahui masyarakat luas. Bahkan, politisi lokal mendesak pemerintah pusat untuk mencari pendekatan lain dan serius menyediakan lapangan kerja yang lebih baik untuk penduduk.
Desa Malana, India Foto: Shutter stock
Meski demikian, bisnis ganja di Malana tak kunjung surut. Semakin banyak turis lokal dan asing yang datang ke desa ini untuk menjajal getah ganja yang tergolong berkualitas paling baik di dunia. Mereka juga tak ketinggalan membeli produknya yang terpopuler, yakni malana cream, minyak getah ganja yang dibuat dari tanaman berbibit unggul.
Banjirnya konsumen mengubah kehidupan desa. Pada 2016, pemerintah lokal memperkirakan terdapat 240 hektare lahan ganja dengan hasil panen mencapai 12.000 kilogram. Jumlah aslinya diyakini jauh lebih tinggi, mengingat banyaknya lahan tersembunyi di kaki-kaki gunung yang sulit dicapai oleh aparat keamanan.
ADVERTISEMENT
Desa Malana juga memiliki sejumlah tradisi yang harus ditaati oleh wisatawan yang berkunjung ke wilayahnya. Setiap wisatawan dilarang bersentuhan dengan penduduk, maupun barang-barang pribadi milik mereka tanpa izin.
Masyarakat desa Malana, India Foto: Shutter stock
Meskipun begitu, penduduk Malana juga dikenal memiliki sikap ramah, tetapi mereka tidak menyukai bersentuhan dengan masyarakat luar. Bahkan, para penjaga toko akan meminta pembeli meletakkan uang dan barang-barang di meja konter, sehingga tak ada kontak fisik.
Bila terjadi kontak fisik dengan turis, penduduk itu sontak akan bergegas mandi. Rupanya, aturan tersebut berlaku karena penduduk setempat menganggap diri mereka adalah keturunan Aleksander Agung, Raja Kekaisaran Makedonia.
Hal itulah yang membuat penduduk merasa derajat yang dimiliki lebih tinggi dari masyarakat non Malana. Dalam kesehariannya, penduduk Desa Malana menggunakan bahasa Kanashi. Menariknya, turis dilarang menggunakan atau mempelajari Kanashi, bahasa yang dianggap sakral bagi penduduk sekitar.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)