Melihat Pesona Pulau Bakut, Destinasi Wisata di Tengah Sungai Barito

1 Agustus 2023 16:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pulau Bakut di Kalimantan Selatan. Foto: dok. Adaro
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Bakut di Kalimantan Selatan. Foto: dok. Adaro
Jika kamu berlibur ke Kalimantan Selatan, sempatkan untuk mengunjungi Taman Wisata Alam (TWA) Pulau Bakut. Berada di area kawasan mangrove Sungai Barito, tempat ini cocok untuk melepas penat.
Pulau Bakut merupakan Pusat Rehabilitasi dan Pusat Edukasi Konservasi Bekantan. Enggak perlu khawatir, tempat yang dikembangkan oleh Adaro dan BKSDA Kalsel ini mudah dijangkau.
Bila berangkat dari Banjarmasin, kamu dapat melalui jalur Trans Kalimantan ke arah Barito Kuala. Lalu lanjut menuju dermaga tepat di bawah jembatan Barito selama kurang lebih 45 menit.
Kamu pun dapat berangkat melalui jalur perairan dari Siring dengan menyusuri sungai. Perjalanan ke Pulau Bakut dapat ditempuh menggunakan speedboat dalam waktu 50 menit. Jika menggunakan perahu kelotok, durasinya menjadi 65 menit.

Ragam Wisata di Pulau Bakut

Setelah sampai, kamu bisa menikmati rindangnya lingkungan Pulau Bakut dengan berjalan di titian kayu ulin sepanjang 620 meter. Di dalam lokasi tersebut juga telah disiapkan menara pandang setinggi 18 meter.
Ditemukan 42 spesies burung yang hidup di Pulau Bakut. Foto: dok. Adaro
Kalau beruntung, kamu akan bertemu satwa endemik Kalimantan Selatan yang dilindungi, Bekantan. Ia bisa dibilang binatang pemalu, sehingga biasanya muncul pada pukul 07:00 - 09:00 WITA dan 15:00 - 17:00 WITA saat cuaca tidak terlalu panas. Bekantan akan terlihat bergantung, berayun, melompat di atas pohon.
Berawal dari keprihatinan akan menurunnya jumlah populasi Bekantan, sejak tahun 2018 Adaro bersama BKSDA Kalsel mengembangkan Taman Wisata Alam Pulau Bakut. Adaro dan BKSDA menyadari, diperlukan sebuah tempat wisata alam dan sanctuary bekantan berbasis masyarakat demi menjaga kelestarian keanekaragaman hayati yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan.
Komitmen bersama Adaro dan BKSDA kemudian menghasilkan sebuah Pusat Konservasi Bekantan dengan misi meningkatkan populasi dan perlindungan terhadap Bekantan serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan keberadaan Pulau Bakut sebagai destinasi wisata di Kalsel.
Selain itu, kerja sama tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi kawasan sebagai pusat informasi, penelitian, penyadartahuan mengenai konservasi bekantan bagi masyarakat dalam negeri maupun mancanegara.
TWA Pulau Bakut dibangun di area mangrove seluas 15,58 hektare yang terletak di bawah Jembatan Barito Kalsel. Selain keberadaan Bekantan sebagai satwa endemik Kalsel yang terancam punah, ditemukan pula 42 spesies burung juga hidup di tempat ini, contohnya burung Cica Daun Besar yang merupakan burung dilindungi dan terancam punah.
Satwa endemik Kalimantan Selatan yang dilindungi, Bekantan. Foto: dok. Adaro
Demi mendukung fungsi pulau bakut sebagai Pusat konservasi bekantan dan destinasi wisata alam, habitat maupun fasilitas pendukung Pulau Bakut terus diperbaiki. Kandang rehabilitasi dibangun khusus untuk merawat Bekantan yang diselamatkan dari perdagangan liar maupun diserahkan oleh warga/aparat.
Sedangkan kandang habituasi diperuntukkan sebagai tempat transisi bekantan yang direhabilitasi sebelum dilepasliarkan kembali. Dengan upaya ini, dalam kurun waktu 2018-2023, populasi bekantan yang sebelumnya berjumlah 67 ekor berhasil meningkat sebanyak 82 persen atau menjadi 122 ekor.
Pengembangan fasilitas bagi pengunjung juga dilakukan seperti mushola maupun pendopo edukasi serta sarana dan prasarana lainnya di Pulau Bakut. Sejak tahun 2018, TWA Pulau Bakut telah dikunjungi 33.313 wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Selain memberikan manfaat secara ekologi, TWA Pulau Bakut juga telah memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat yakni melalui pemberdayaan masyarakat setempat dalam pengelolaannya.
Advertorial ini dibuat oleh kumparan Studio