Melihat Raksasa Naik Kuda Lumping di Festival Jaranan Buto Banyuwangi

27 Februari 2018 18:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Festival Jaranan Buto Banyuwangi 2017 (Foto: Youtube/ Kabupaten Banyuwangi)
zoom-in-whitePerbesar
Festival Jaranan Buto Banyuwangi 2017 (Foto: Youtube/ Kabupaten Banyuwangi)
ADVERTISEMENT
Pada 2018 ini, Banyuwangi sebagai Kota Festival Terbaik di Indonesia akan mengadakan 77 event demi menggencarkan promosi wisata dan kebudayaannya. Salah satu event yang terdekat adalah Festival Jaranan Buto yang jatuh pada 3 Maret mendatang. Digelar di Lapangan Jajag, Gambiran, festival tersebut selalu ditunggu-tunggu warga dan wisatawan di Banyuwangi.
ADVERTISEMENT
Jaranan Buto merupakan salah satu kesenian tradisional Banyuwangi yang telah dimodifikasi. Ditengok dari properti dan iringan musiknya, dapat disimpulkan bahwa tarian itu merupakan akulturasi kesenian Bali dan Jawa Matraman.
Sekilas Jaranan Buto tampak mirip dengan kesenian Kuda Lumping atau Jathilan. Properti yang digunakan pun sama, yakni sejumlah penari menaiki kuda-kudaan yang dibuat dari anyaman bambu atau kulit kerbau. Bedanya, penari-penari itu memakai topeng menyeramkan dengan rambut gimbal dan taring panjang seperti buto atau raksasa.
Pertunjukan itu diiringi alunan musik gamelan seperti kendang, dua bonang, dua gong besar, kempul terompet, kecer, dan lain-lain. Suasana mistis sekaligus meriah terbangun pada penampilan Jaranan Buto.
Dalam pertunjukan Jaranan Buto, tiap grup biasanya terdiri atas 6-8 penari dan 8-12 pemain gamelan. Pada versi aslinya, penari dibuat kesurupan hingga tak sadar memakan benda-benda berbahaya, seperti kaca, api, dan lain-lain. Mereka juga kebal terhadap pecutan. Tak jarang penonton juga ikut kesurupan dan ikut menjadi ‘jaranan’.
ADVERTISEMENT
Namun, karena disuguhkan dalam festival yang rapi, atraksi kesurupan ditiadakan. Para jaranan hanya menari mengikuti iringan musik dan menyajikan penampilan yang atraktif.
Tertarik menonton?