Melukat: Medium Penyucian Diri, Bukan Pengampunan Dosa

2 Januari 2023 13:55 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Umat Hindu menjalani ritual Melukat atau menyucikan diri saat Hari Banyu Pinaruh di Pengelukatan Pancoran Solas, Badung, Bali, Minggu (31/1/2021). Foto: Fikri Yusuf/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Umat Hindu menjalani ritual Melukat atau menyucikan diri saat Hari Banyu Pinaruh di Pengelukatan Pancoran Solas, Badung, Bali, Minggu (31/1/2021). Foto: Fikri Yusuf/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Melukat jadi salah satu tradisi umum yang dilakukan umat Hindu di Bali. Belakangan ini prosesi penyucian diri atau melukat semakin populer di berbagai kalangan, termasuk artis hingga selebgram. Sederet nama publik figur seperti Pevita Pearce, Ariel Tatum, Jessica Iskandar, hingga Awkarin ikut mencoba prosesi khidmat saat melukat.
ADVERTISEMENT
Pada liburan kali ini, ternyata banyak wisatawan domestik hingga mancanegara memilih melukat sebagai salah satu agenda perjalanan menuju ke tempat suci atau disebut juga Tirtayatra. Banyak dari mereka yang menilai kunjungan ini sebagai tempat healing.
Saat kumparan berkunjung ke lokasi melukat yang cukup terkenal di Bali, yaitu Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar, beberapa waktu lalu, setidaknya ratusan wisatawan terlihat lalu lalang dan berbondong-bondong melakukan prosesi melukat menggunakan air suci.
Merujuk data Arsip Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, pengunjung Pura Tirta Empul memang menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun, terutama pada wisatawan domestik. Dari tahun 2013 hingga 2018, jumlah wisatawan domestik konsisten naik.
Misalnya, di tahun 2017, wisatawan berada di angka 505.529. Pada tahun berikutnya, bertambah hingga 126.053 orang, sehingga tahun 2019 jumlahnya menjadi 631.592 wisatawan domestik.
ADVERTISEMENT
Tak hanya bagi yang menganut Agama Hindu, mereka yang menganut agama lain juga terbukti antusias menjalani prosesi tersebut. Seorang Pecalang yang tengah bertugas di Tirta Empul, Wayan Patre, turut melihat hal yang sama.
Melukat di Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar, Bali. Foto: Rinjani Meisa/kumparan
"Domestik maupun asingnya memang banyak juga, beberapa dari mereka menjalankan ritual tergantung pada keyakinan mereka masing-masing. Tapi untuk orang lokal atau dari umat Hindunya, itu gunanya pada suatu penyucian diri. Untuk membersihkan dari suatu masalah, kekotoran hati dalam tubuh, itu banyak sekali daripada satu fungsi air yang ada di Tirta Empul," jelas Patre, kepada kumparan.

Tentang Pura Tirta Empul

Awalnya, Pura Tirta Empul sudah dibuka menjadi objek wisata sekitar tahun 1974. Namun, fasilitasnya hanya terbatas pada menikmati panorama alam di sekitar pura saja.
ADVERTISEMENT
Kemudian, komodifiasi Pura Tirta Empul menjadi objek wisata utama wisatawan semakin berkembang, ketika masyarakat adat di Desa Manukaya (lokasi tepat Pura Tirta Empul berada), bekerja sama dengan pemerintah setempat membuka wisata pura yang lebih diversitas.
Presiden Joko Widodo berkunjung ke cagar budaya Pura Tirta Empul, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, pada Jumat, 6 Mei 2022. Foto: Dok. Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden
Yang sebelumnya area pura dilarang dimasuki oleh wisatawan, kini area suci di mana pancuran air berada atau disebut Utama Mandala sudah boleh dimasuki wisatawan. Padahal dahulu hanya terbatas pada Umat Hindu saja yang boleh menggunakan pancuran air suci tersebut, untuk keperluan ritual atau upacara keagamaan yang sakral.
Salah satu pemandu prosesi melukat di Pura Tirta Empul, Ajik Sangtu, juga memaparkan air suci yang berada di Tirta Empul ini secara rutin harus mengalami semacam 'update software', jika diibaratkan seperti sebuah komputer.
ADVERTISEMENT
Umat Hindu akan menjalani ritual yang disebut sebagai Odalan. Upacara Odalan merupakan rangkaian upacara Dewa Yadnya yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widi pada sebuah pura atau tempat suci. Biasanya, prosesi odalan atau hari besar tersebut dipimpin oleh orang suci seperti pemangku ataupun pendeta.
Hari peringatan pura ini juga berbeda-beda, karena diambil berdasarkan perhitungan sasih yang merujuk pada kalender Saka yang jatuhnya setiap satu tahun sekali. Hitungan ini berdasarkan perhitungan waktu yang merujuk pada kalender atau penanggalan Bali yang jatuhnya setiap 6 bulan (210 hari) sekali.
"Jadi, kenapa ini punya fungsi yang beda-beda, kalau saya ibaratkan dan ilustrasikan, ibaratnya sebuah komputer. Pancuran perlu di update software-nya, kita punya upacara di sini yang besar jatuh pada purnama ke-4 dalam satu tahun kalender Bali, yaitu kita sebut odalan di Tirta Empul. Pada saat odalan inilah, setiap hal setiap komponen disucikan di sini, kita upacarai lagi di sini update istilahnya. Yang melakukan adalah masyarakat dan pemangku dengan proses ritual dan doa-doa kepada beliau, Tuhan YME," kata Sangtu.
ADVERTISEMENT

Pemaknaan Melukat

Tirtayatra atau perjalanan ke tempat suci, termasuk di dalamnya terdapat ritual melukat yang dipahami sebagai medium penyucian diri bagi umat Hindu. Melukat dilakukan dengan media air yang disucikan oleh penganut agama Hindu. Tak hanya sebagai sarana melukat dan melebur, tetapi air yang telah disucikan ini juga dimanfaatkan umat Hindu dalam ritual upacara keagamaan lainnya.
Melukat di Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar, Bali. Foto: Rinjani Meisa/kumparan
Dalam Kitab Hindu Traitiriya Upanishad, pembersihan diri atau melukat ini memang meliputi 5 lapisan secara holistik atau menyeluruh, meliputi:
ADVERTISEMENT
Patre pun meyakini hal yang sama, melukat adalah ritual yang berbicara soal pembersihan diri manusia dari segala kotoran yang bersarang di organ tubuh fisik hingga pikiran. Menurutnya, esensi dari melukat sendiri adalah penyucian dari hal-hal yang kotor.
"Sebenarnya memang banyak fungsinya yang penting yakin dan percaya. Kalau manusia seperti kita itu pasti penuh kotoran, ya. Mulai dari organ tubuh, hati, perasaan, dan pikiran. Ada juga yang orang-orang yang kena perbuatan jahat, dan lain sebagainya. Nah, itu fungsi dari pembersihan," jelas Patre.
Ajik Sangtu, Pemandu Prosesi Melukat di Pura Tirta Empul. Foto: Rinjani Meisa/kumparan
Sangtu memaparkan lebih detil tentang keyakinan masyarakat terkait fungsi dan pemaknaan dari aktivitas melukat. Jelasnya, Sangtu menyebut melukat merupakan persoalan pembersihan diri, bukan sarana pengampunan dosa.
ADVERTISEMENT
"Melukat dan melebur artinya pembersihan dari aura-aura negatif. unsur-unsur negatif yang mempengaruhi kehidupan kita, pembersihan, bukan pengampunan, jangan salah. Jadi pembersihan lahir dan batin, kalau bahasa Inggris bilangnya mind, body, and souls. Bukan pengampunan dosa," terang Sangtu.
Pura Tirta Empul jadi salah satu lokasi air suci berada. Terdapat beberapa pancuran air yang masing-masing memiliki fungsi berbeda. Mulai dari pancuran untuk menghindari hal-hal negatif dari mimpi buruk yang terjadi, kelancaran dalam persoalan asmara, terhindar dari black magic, kesehatan, hingga pancuran khusus untuk mereka yang anggota keluarga atau kerabat dekatnya meninggal.

Prosesi Melukat

Proses awal dalam menjalani ritual melukat yang seringkali terlewat adalah membawa canang (sesajen paling sederhana), memohon izin untuk memasuki tempat suci, dan menjelaskan maksud, serta tujuan masing-masing individu.
Melukat di Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar, Bali. Foto: Rinjani Meisa/kumparan
Menurut Sangtu, banyak wisatawan lokal hingga mancanegara yang seringkali tidak melewati proses awal dengan benar. Padahal posisi awal sangatlah penting untuk menjadi pembuka dalam prosesi-prosesi selanjutnya.
ADVERTISEMENT
"Beberapa orang salah juga prosesnya, baik orang asing maupun lokal. Bahkan, orang Bali sendiri banyak yang tidak melewati proses dengan benar, sehingga apa yang terjadi, mereka melewati proses di awal, yaitu menghaturkan canang dan memohon izin dulu. Menghaturkan keinginannya, mau ngapain. Ibarat kita sedang singgah di rumah orang. Di situ kita memohon izin, mau ngapain, apa yang diinginkan," ujar Sangtu.
Setelah memohon izin dan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan, mereka yang melakukan pelukatan akan memasuki area suci. Pintu masuk area tersebut berbentuk gapura yang ditempeli dengan bendera berwarna kuning putih. Bagi perempuan yang sedang mengalami menstruasi dilarang keras melewati gerbang area suci tersebut.
Melukat di Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar, Bali. Foto: Rinjani Meisa/kumparan
Kemudian, pengunjung akan melewati pancuran di kolam pertama. Di dalam kolam tersebut, terdapat 3 pancuran air yang tak perlu digunakan untuk melukat. Lantaran lokasi tersebut diperuntukkan bagi ritual di Desa Bayunggede.
ADVERTISEMENT
"Jadi ada pancuran yang kita lewati di kolam yang pertama, ada 3, karena itu untuk proses ritual dari satu wilayah namanya Desa Bayunggede. Ada sesuatu yang kita sucikan di situ, simbol-simbol yang disucikan itu yang kita pakai di pancuran pertama. Jadi kita tidak memakai pancuran itu untuk melukat. Melukat itu pokoknya sampai melebur, mandi menggunakan air pancuran itu," jelas Sangtu.
Setelah dilewati, barulah pancuran air suci di nomor 2 hingga 10 dapat digunakan untuk prosesi melukat. Pancuran air di nomor 11 dan 12 biasanya dilewati pengunjung, karena khusus digunakan untuk mereka yang baru saja ditinggalkan keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia.
Dari total 14 pancuran air, salah satu pancuran yang disebut dengan Grobogan memiliki fungsi untuk rejeki, keberuntungan, hingga terhindar dari pengaruh negatif akibat black magic.
Turis melakukan bersih diri di Pura Tirta Empul Tampaksiring, Gianyar, Bali, Rabu (16/10/2019). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
"Grobogan ini fungsinya adalah ada untuk rejeki, keberuntungan, ada yang bilang bahwa grobogan itu untuk mengurangi pengaruh negatif dari black magic. Kemudian ada juga pembersihan diri dari kutukan atas segala ucapan kotor dan sumpah serapah," jelas Sangtu
ADVERTISEMENT
"Ada juga untuk peleburan atau penglukatan di salah satu pancurannya itu untuk menghilangkan pengaruh buruk dari mimpi buruk. Ada untuk penyembuhan juga, ada untuk penglukatan asmara juga, ya, atau yang punya problem asmara. Semua proses ritual ini ada 3 hal sendiri masing-masing," sambungnya.
Pengunjung dapat menyesuaikan pancuran air suci mana yang mereka butuhkan untuk digunakan dalam prosesi melukat. Terdapat beberapa cara yang dianjurkan saat melakukan proses mandi. Sebelum mandi di bawah pancuran air suci, pengujung terlebih dahulu membasuh wajah sebanyak 3 kali yang bermakna kelahiran, kehidupan, dan kematian.
"Mandi di pancuran, menggunakan pancuran itu. Salah satunya dilakukan, lalu, kemudian meraup. Biasanya kita 3 kali, bisa kelahiran, kehidupan, dan kematian, ini yang standar. Tetapi, biasanya kita pakai angka-angka ganjil. 3, 5, 7 dalam bahasa Bali atau Jawa, itu Kapitulo atau pertolongan. Kemudian, 9 itu adalah proteksi, karena 9 mata angin kita. Kalau mau angka selain 3, kita mau apa dulu, kalau kekuatan berarti 5, mau pertolongan 7. Jadi semuanya 7, basuh 7 detik atau 7 kali," pungkas Sangtu.
ADVERTISEMENT