Menengok Kembali Sejarah Gedung Sate di Usianya yang ke-100 Tahun

27 Juli 2020 14:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Gedung Sate. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gedung Sate. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Gedung Sate tepat berumur 100 tahun pada hari ini, Senin (27/7) 2020. Sebagai salah satu landmark ikonik Kota Bandung, Gedung Sate memang menjadi destinasi favorit wisatawan yang berkunjung ke Kota Kembang.
ADVERTISEMENT
Memasuki usianya yang ke-100 tahun, Gedung Sate saat ini telah mengalami berbagai perbaikan dan perubahan fungsi. Terletak di Jl. Diponegoro No. 22 Bandung, gedung ini dahulu dibangun oleh 2.000 pekerja dari seluruh Jawa Barat.
Dilansir jabarprov.go.id, Gedung Sate saat ini berfungsi sebagai Kantor Gubernur Kepada Daerah Provinsi Jawa Barat. Gedung ini memiliki dua sayap, yaitu sayap timur yang ditempati oleh Kantor Pos dan Giro, sedangkan bangunan tambahan di sayap barat merupakan gedung DPRD Provinsi Jawa Barat.
Pada zaman kolonial, Gedung Sate dikenal dengan nama bangunan Gouvernements Bedrijven disingkat "GB" atau Pusat Instansi Pemerintahan. Dibangun pada 27 Juli 1920, gedung ini dirancang oleh arsitek Belanda, Ir. J. Gerber dari Jawatan Gedung-gedung Negara (landsgebouwendients).
Ilustrasi Gedung Sate. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Saat itu, Gerber dibantu oleh sebuah tim yang terdiri dari Kol. Genie (Purn.) V.L. Slor dari Genie Militair, Ir. E.H. De Roo dan Ir. G. Hendriks yang mewakili Burgerlijke Openbare Werken (B.O.W) atau DPU sekarang dan Gemeentelijk Bouwbedriff (Perusahaan bangunan Kotapraja) Bandung.
ADVERTISEMENT

Terinspirasi dari bangunan Italia di Zaman Renaissance

Desain Gedung Sate sendiri saat dibangun terinspirasi dari gaya bangunan Italia di Zaman Renaissance. Kesan anggun, indah, megah, dan monumental sangat kental terasa pada bagian ini. Selain itu, adanya pemakaian elemen lengkungan yang ritmis dan berulang-ulang (repetisi) menciptakan "irama arsitektur" yang menyenangkan, indah, serta unik.
Sementara itu, pada dinding fasade depan Gedung Sate terdapat ornamen berciri tradisional, seperti pada bangunan candi-candi Hindu. Sedangkan di tengah-tengah bangunan induk Gedung Sate, tegak berdiri menara dengan atap bersusun atau disebut "tumpang", seperti Meru di Bali atau atap Pagoda.
Bagian atas yang menjulang menyerupai tusukan sate akhirnya membuat gedung ini sangat populer di masyarakat dan tercetus nama "Gedung Sate".
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Gedung Sate. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Di bagian gedung kamu bisa menemukan perpaduan gaya Timur dan Barat yang merupakan eksperimen dari pencarian sebuah bentuk identitas arsitektur tradisional Indonesia dengan kemahiran konstruksi Barat. Hal ini terlihat dari bangunan Gedung Sate atau bangunan induk kampus ITB yang sering disebut sebagai Indo Europeeschen Architectuur Stijl atau Gaya Arsitektur Indonesia Eropa.
Pembangunan Gedung Sate di Bandung erat kaitannya dengan rencana Pemerintah Kolonial Belanda di Zaman Gubernur Jenderal J.P. Van Limburg Stirum yang memerintah antara Tahun 1916-1921 untuk melaksanakan usul H.F. Tillema, seorang ahli Kesehatan Lingkungan dari Semarang. Saat itu Tillema mengusulkan agar Ibu Kota Nusantara dalam hal ini Hindia Belanda dipindahkan dari Batavia ke Kota Bandung.
Usulan ini membuat sejumlah instansi atau departemen pemerintahan dipindahkan dari Batavia ke sekitar Gedung Sate, seperti Departement Verkeeren en Waterstaat (Departemen Lalu Lintas dan Pengairan) atau DPU sekarang, Hoofdbureau PTT (Kantor Pusat PTT), Departement van Onderwijs en Eeredients (Departemen Pendidikan dan Pengajaran), dan Departement van Financien (Departement Keuangan). Kemudian Departement van Binnenlandsch Bestuur (Departemen Dalam Negeri), Departement van Economische Zaken (Departemen Perekonomian), Hoge Raad (Mahkamah Agung), Volksraan (Dewan Rakyat), Centraall Regeering (Pusat pemerintahan), Algemeene Secretarie (Sekretariat Umum), Paleis van Gouverneur General (Istana Gubernur Jenderal), Balai Negara, dan Pusat Laboratorium Geologi.
Ilustrasi Gedung Sate. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Namun, akibat terjadinya resesi ekonomi (malaise) di tahun 1930-an, akhirnya rencana pemindahan ibu kota negara beserta bangunan-bangunan pemerintah pusat dari Batavia ke Bandung tidak dilanjutkan. Sedangkan bangunan-bangunan yang sempat dirampungkan di antaranya Gedung Departement Verkeer en Waterstaat (Gedung Sate), Hoofdbureau PTT (Kantor Pusat Pos dan Giro), Laboratorium dan Museum Geologi, serta bangunan Pensioen Fonds (Dana Pensiun) yang kini menjadi Gedung Dwi Warna.
ADVERTISEMENT
Dalam masa perang kemerdekaan, Gedung Sate memiliki nilai sejarah. Pada tanggal 3 Desember 1945, tujuh orang pemuda pejuang yang mempertahankan bangunan tersebut gugur melawan Pasukan Ghurka yang datang menyerang.
Kini sebuah monumen peringatan bagi pahlawan yang gugur itu berdiri tegak di depan Gedung sate. Sejak tahun 1977, sebuah bangunan besar dengan kontekstual yang serasi, tegak menyesuaikan bentuk terhadap langgam arsitektur bangunan Gedung sate rancangan arsitek Ir. Sudibyo, yang kini berfungsi menjadi gedung DPRD Provinsi Jawa Barat.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)