Mengenal Manshiyat Naser, Kota Sampah dan Terkumuh di Kairo

29 April 2020 8:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kairo, Mesir Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Kairo, Mesir Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Menjadi titik pusat Revolusi Mesir pada 2011 silam, Kota Kairo dikenal bukan hanya sebagai ibu kota, tetapi juga kota terbesar di negeri yang populer karena Piramida itu.
ADVERTISEMENT
Kota Kairo dikenal memiliki banyak peninggalan sejarah dan budaya. Piramida adalah satu di antara sekian banyak peninggalan yang ada di dalamnya.
Bagi pelancong Muslim, Kota Kairo juga dikenal sebagai titik penting peradaban, terutama perkembangan Islam. Di kota ini Masjid Al Azhar pertama kali hadir sebagai tempat ibadah, dan kemudian berkembang menjadi universitas.
Seorang wanita menggunakan masker membeli lentera 'Fanous' di sebuah kios di Kairo, Mesir. Foto: REUTERS / Mohamed Abd El Ghany
Seiring waktu, masjid tersebut berkembang dan menjadi pusat pembelajaran agama Islam bagi seluruh umat dunia. Enggak heran, pesona Kairo berhasil memikat banyak orang untuk datang dan menikmatinya.
Ironisnya, di tengah kemilau Kairo yang memikat, terselip sebuah daerah kumuh dan miskin yang terpencil. Dilansir Culture Trip, kawasan ini bahkan dijuluki sebagai Kota Sampah Kairo.
Manshiyat Naser namanya, kota ini dikenal sebagai kawasan termiskin se-Kairo. Penduduk di tempat ini dikenal sebagai Zabbaleen atau pemulung.
Tumpukan sampah memadati kawasan Manshiyat Naser Foto: Wikimedia Commons
Sebagai pemulung, mereka mengambil seluruh barang bekas dan sisa sampah dari orang-orang yang berada di Kairo, Mesir. Membawanya ke rumah, dan mendaur ulang seluruh sampah yang ada.
ADVERTISEMENT
Perekonomian warga di kawasan ini bergerak dan berputar dari barang atau benda yang dibuang oleh warga lain. Manshiyat Naser dihuni oleh lebih dari 262 ribu orang.
Di Manshiyat Naser, sampah bisa kamu temukan di mana-mana. Sejauh mata memandang, baik di tepi rumah, sudut jalan, hingga atap, kamu bisa menemukan berkarung-karung sampah.
Suasana kota Manshiyat Naser di Mesir. Foto: Getty Images
Luas kawasan Manshiyat Naser berkisar 5,54 km persegi dan berada di bawah kaki bukit Mokattam. Hampir setiap titik daerahnya berisi sampah.
Rumah warga, tempat bermain, warung makan, semua menyatu dan hidup berdampingan dengan sampah. Bisa kamu bayangin betapa tidak sehatnya lingkungan itu, kan.
Selain kumuh dan kotor karena penuh dengan sampah, Manshiyat Naser juga mengalami kesulitan di infrastruktur, seperti saluran pembuangan, listrik, dan air. Lengkap sudah. Rasanya, semua hal yang paling tak sehat dan tidak nyaman, semua ada di sini.
Suasana kota Manshiyat Naser di Mesir. Foto: Getty Images
Secara historis, Manshiyat Naser muncul ketika petani mulai bermigrasi dari Mesir Hulu pada 1940-an. Migrasi ini terjadi karena kemiskinan dan buruknya hasil panen.
ADVERTISEMENT
Awalnya, penduduk yang mendiami kawasan ini memelihara ternak seperti ayam, babi, atau kambing. Namun, lama kelamaan, cara ini dianggap tak lagi menguntungkan.
Mengumpulkan, memilah, dan mendaur ulang sampah di kota dianggap lebih baik dan menguntungkan ketimbang beternak. Sejak saat itulah, satu per satu warga Manshiyat Naser mulai beralih profesi menjadi pemulung dan menjadikan kawasan ini sebagai "Kota Sampah".
Tumpukan sampah memadati kawasan Manshiyat Naser Foto: Wikimedia Commons
Proses daur ulang dilakukan ketika sampah-sampah masyarakat di Kota Kairo telah dikumpulkan dan dibawa ke Manshiyat Naser menggunakan gerobak keledai atau truk. Masyarakat setempat lantas akan menyortirnya. Mana barang yang dapat bermanfaat dan mana yang tidak.
Ketika proses pemilahan dilakukan, maka pria, wanita, dan anak-anak akan disatukan ke tempat-tempat tertentu. Mereka akan memilah sampah sesuai dengan bagian kerjanya masing-masing, untuk membedakan mana yang masih bisa dijual dan mana yang tidak.
ADVERTISEMENT
Masyarakat setempat akan membawa sampah yang telah disortir untuk dijual pada pabrik-pabrik yang ada di sekitarnya. Sementara itu, para perempuan yang telah mendapatkan pelatihan akan membuat perhiasan dari sampah yang ada tersebut.
Suasana kota Manshiyat Naser di Mesir. Foto: Getty Images
Misalnya pria akan memilah sampah plastik, sementara anak-anak dan wanita akan memilah sampah kaleng di ruangan terpisah. Sekitar 90 persen sampah yang dibawa ke daerah tersebut biasanya akan didaur ulang atau digunakan kembali.
Meski terkesan jorok dan memalukan, Manshiyat Naser tetap bisa menjadi perhatian bagi wisatawan, terutama slum tourist atau turis yang ingin berkunjung ke kawasan kumuh. Hampir mirip dengan kawasan Dharavi di Mumbai, India.
Pemerintah setempat sudah pernah meminta penduduk di Manshiyat Naser untuk pindah. Mereka ditawarkan hunian sementara, sembari menunggu pengembangan yang dilakukan di kawasan pemukiman mereka selesai.
ADVERTISEMENT
Egypt Today melaporkan bahwa ada sekitar 18 keluarga yang pindah mengikuti saran pemerintah. Ada yang memilih bertahan, tetapi ada yang memilih untuk mendapatkan kompensasi.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.