Mengenal Suku San, Suku Tertua Sekaligus Terbesar di Afrika

12 Oktober 2020 8:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suku San atau yang juga dikenal Bushmen di Afrika bagian selatan Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Suku San atau yang juga dikenal Bushmen di Afrika bagian selatan Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Selain wisata alamnya yang eksotis, Afrika juga dikenal dengan beragam tradisi dan suku yang dimilikinya. Keberadaan suku-suku tersebut pun masih bisa kamu temukan hingga saat ini kala berkunjung ke Benua Hitam.
ADVERTISEMENT
Dari sekian banyak suku yang ada di Afrika, ada satu suku yang cukup populer di kalangan wisatawan. Ialah Suku San, suku ini disebut sebagai suku tertua dan terbesar yang ada di Afrika.
Suku San atau yang juga dikenal Bushmen di Afrika bagian selatan Foto: Shutter Stock
Dilansir dari laman resmi Taman Nasional Krueger, Suku San diperkirakan telah menempati wilayah tersebut sejak zaman batu awal, sekitar 20.000 tahun yang lalu.
Nenek moyang suku San dianggap sebagai penduduk pertama wilayah Botswana. Secara historis, keberadaan mereka tampak jelas di Perbukitan Tsodilo di Botswana Utara, membangun tempat tinggal di gua-gua atau di bawah tebing berbatu. Di wilayah ini, alat-alat dari batu dan seni di batu berasal dari masa ribuan tahun yang lalu.
Suku San sendiri diperkirakan juga mendiami sebagian wilayah Gurun Kalahari hingga Sungai Molopo.
ADVERTISEMENT
Istilah San sendiri awalnya digunakan untuk menyebut rumpun kelompok etnis di Afrika Selatan yang memiliki matapencaharian sebagai pemburu-pengumpul. Hal tersebut juga berkaitan dengan hubungan sejarah dan bahasa.
Sejak kedatangan koloni Belanda, Suku San disebut sebagai Bushmen atau orang-orang semak. Istilah ini mereka dapatkan ketika terjadi pertempuran melawan penjajah yang sebelumnya mereka kira suatu penghormatan atas keberaniannya melawan kolonialisme.
Namun, julukan ini memiliki makna konotatif, berasal dari kata 'bossiesman' yang berarti penjahat atau bandit, sehingga penyebutan 'bushmen' tersebut ditiadakan karena dianggap telah menghina kelompok mereka.
Suku San atau yang juga dikenal Bushmen di Afrika bagian selatan Foto: Shutter Stock
Suku San memiliki sejarah kelam terkait kemiskinan, penolakan sosial, diskriminasi kelompok dan penurunan identitas budaya.
Pada abad ke-17, ketika bangsa kulit putih tiba di tempat mereka, penghuni Afrika Selatan terhimpun atas tiga kelompok berbeda yang mencakup; pemburu-pengumpul (San), penggembala (Khoikhoi) dan petani (BaNtu). Pada awalnya, San hidup berdampingan secara damai dengan penutur bahasa Nguni (kelompok sub-bahasa BaNtu; Zulu, Xhosa, Swazi dan Ndebele).
ADVERTISEMENT
Namun sayangnya, Suku San akhirnya bertempur melawan kelompok BaNtu karena adanya perselisihan. Ketika San bertempur melawan BaNtu, mereka sangat dirugikan tidak hanya dalam jumlah, tetapi juga kekurangan senjata.
Hal itu pun diperparah dengan hadirnya pendatang dari Eropa yang akhirnya membuat Suku San semakin terpojok. Suku San pernah mengalami perbudakan dan juga banyak di antara mereka yang tewas setelah peperangan oleh pendatang dari Eropa.

Kehidupan Suku San

Suku San memiliki tradisi semi-nomaden. Mereka berpindah ke wilayah tertentu secara musiman berdasarkan ketersediaan sumber daya, seperti air, hewan buruan, dan tumbuhan yang bisa dimakan karena mereka tidak bercocok tanam maupun beternak hewan.
Berburu dan meramu merupakan salah satu keahlian mereka. Keterampilan berburu orang-orang San memungkinkan mereka untuk membedakan antara jejak hewan yang terluka dan kawanan lainnya.
Salah satu anggota Suku San yang sedang berburu Foto: Shutter Stock
Metode dalam berburu menggunakan jebakan, terkadang busur, dan anak panah yang diolesi dengan racun mematikan. Biasanya racun terbuat dari larva kumbang kecil, bisa ular atau dari tanaman berbunga euphorbia.
ADVERTISEMENT
Mereka juga dikenal karena memiliki keterampilan dalam bertahan hidup di alam liar. Suku San juga mampu mengkategorikan ribuan tanaman dan kegunaannya, mulai dari kandungan nutrisi, membuat racun, hingga meramu obat-obatan herbal.
Karya seni Suku San yang dibuat di sebuah dinding batu Foto: Shutter Stock
Selain itu, orang-orang San juga terkenal lihai dalam membuat karya seni di sebuah batu. Gambar-gambar yang mereka buat biasanya menggambarkan kehidupan mereka, mulai dari berburu hingga hal-hal lainnya.
Sementara itu, orang-orang San pada umumnya mempercayai dan menyembah dewa-dewa, mereka memberi upacara penghormatan kepada arwah orang yang telah meninggal, dan terdapat sebagian kecil kelompok yang memuja bulan.
Suku San atau yang juga dikenal Bushmen di Afrika bagian selatan Foto: Shutter Stock
Makhluk spiritual yang diyakini sebagian besar kelompok San adalah Kaggen atau dewa penipu yang muncul dalam banyak mitos sebagai pencipta atau pembantu orang-orang San.
ADVERTISEMENT
Ritual keagamaan dilakukan untuk memperingati peristiwa-peristiwa penting. Mereka melakukan berbagai tarian yang diyakini sebagai media penyembuhan suatu kelompok.

Keberadaan Suku San Saat Ini

Dari tahun 1950-an hingga 1990-an, beberapa orang San menjadi petani karena mengikuti program modernisasi pemerintah. Meskipun gaya hidup mereka berubah, mereka tetap memberi banyak informasi untuk ilmu antropologi dan genetika.
Penelitian keanekaragaman genetik yang diselesaikan pada tahun 2009 menunjukkan bahwa San merupakan salah satu dari lima populasi dengan tingkat keanekaragaman genetik tertinggi dari 121 populasi Afrika yang menjadi sampel. Pada tahun 2010, terdapat sekitar 50.000 hingga 60.000 orang San di Botswana.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)