Mengenal Tradisi Kowtow, Bentuk Penghormatan Tertinggi di China dengan Bersujud

28 September 2020 7:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tradisi Kowtow di China  Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tradisi Kowtow di China Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
China menjadi salah satu magnet pariwisata dunia. Selain wisata alamnya nan indah, ritual dan budaya negeri tirai bambu ini juga menjadi daya tarik utama wisatawan saat berkunjung ke China. Salah satu yang menjadi perhatian wisatawan adalah cara bersalaman kelompok masyarakat China.
ADVERTISEMENT
Selain Ghongshou, ritual salam yang paling terkenal di China adalah Kowtow atau bersujud. Kowtow adalah suatu cara memberi hormat dalam budaya China. Kowtow dilakukan dengan cara berlutut dan bersujud sampai kepala menyentuh tanah.
Dalam budaya China, kowtow adalah bentuk penghormatan yang tertinggi, ucapan terima kasih, berserah diri, atau memohon. Tradisi Kowtow biasanya dilakukan terhadap orang tua dan sosok yang dihormati.
Ilustrasi tradisi Kowtow di China Foto: Shutter stock
Tradisi ini dikenal dengan nama upacara Qi Meng (pencerahan). Tradisi ini dikenal sangat penting di China, karena sudah sejak China kuno. Dalam tata cara kekaisaran pada masa lampau, kowtow juga dilakukan terhadap kaisar.
Pada periode Ming (1368–1644), ritual berakar dari ajaran Konfusianisme yang hierarki. Di kuil Konfusius, kowtow dilakukan oleh perwakilan negara asing kepada kaisar yang tengah menjalin hubungan dengan China. Kowtow tidak hanya dilakukan untuk kaisar. Tradisi ini juga biasa dilakukan anak-anak di China saat upacara kematian, hari pertama sekolah, dan majikan atau atasan.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan kowtow di hadapan kaisar menandakan pengakuan negara mereka terhadap kaisar China sebagai "putra surga" (tianzi) dan China sebagai Kerajaan Tengah (Zhongguo) di dunia. Kowtow menjadi kosakata Bahasa Inggris sejak awal abad ke-19 untuk menjelaskan suatu cara memberi hormat, namun perlahan maknanya menyempit menjadi "suatu sikap merendahkan diri dan tunduk".
Ilustrasi tradisi Kowtow di China Foto: Shutter stock
Hal ini lah yang membuat budaya kowtow semakin ditentang oleh negara-negara perdagangan Barat pada akhir abad ke-18 ketika Inggris datang diwakili oleh Earl Macartney pada tahun 1793. Macartney menolak untuk bersujud dan hanya berlutut kepada kaisar, seperti yang dilakukannya di hadapan penguasa Inggris.
Pada masa kekaisaran, kowtow dianggap sangat penting dalam hubungan diplomatik antara Tiongkok dengan negara-negara lain. Duta besar Kerajaan Inggris, George Macartney, 1st Earl Maccartney (1793) dan William Pitt Amherst, 1st Earl Amherst (1816) menolak melakukan kowtow karena menganggap bahwa dengan bersujud berarti memperlakukan raja mereka sebagai bawahan kaisar China.
Ilustrasi tradisi Kowtow di China Foto: Shutter stock
Kowtow juga dipraktikkan dalam hubungan diplomatik dengan negara-negara tetangga Tiongkok seperti Jepang dan Korea. Berdasarkan Joseon Wangjo Sillok (Babad Dinasti Joseon), pada tahun 1596, sang unifikator Jepang, Toyotomi Hideyoshi harus berlutut lima kali dan bersujud tiga kali untuk menyatakan kepatuhannya pada Dinasti Ming.
ADVERTISEMENT
Penguasa Dinasti Joseon, Raja Injo, menyatakan kebesaran Huang Taiji, kaisar pertama Dinasti Qing dengan berlutut tiga kali dan bersembah-sujud sembilan kali. Sejak saat itulah, Korea menjadi negara pengikut Dinasti Qing.
Setelah Perang Candu, konflik perdagangan antara Tiongkok dan Barat pada pertengahan abad ke-19, persyaratan bersujud untuk utusan Barat pun dihapuskan. Dengan jatuhnya Dinasti Qing pada tahun 1911 atau 1912, kowtow tidak lagi digunakan dalam upacara resmi tetapi tetap dalam kehidupan sipil untuk beberapa acara resmi, terutama di daerah pedesaan dan di beberapa lingkaran seni pertunjukan tradisional.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).