Mengenal Tugu Khatulistiwa, Saksi Bisu Bangunan Tanpa Bayangan

19 Maret 2018 9:21 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tugu Khatulistiwa di Pontianak (Foto: Flickr/baka_neko_baka)
zoom-in-whitePerbesar
Tugu Khatulistiwa di Pontianak (Foto: Flickr/baka_neko_baka)
ADVERTISEMENT
Warga Indonesia tengah bersiap menyambut hari tanpa bayangan yang jatuh pada 21 Maret 2018 mendatang. Nantinya matahari akan berada tepat di atas garis ekuator atau khatulistiwa. 
ADVERTISEMENT
Saat itu matahari akan mencapai titik puncak atau kulminasi sekitar pukul 11.30 hingga 12.30 WIB, yang menyebabkan bayangan akan hilang beberapa saat. Pontianak, Kalimantan Barat adalah 'tuan rumah' bagi hari tanpa bayangan. 
Tugu Khatulistiwa tepatnya, merupakan kawasan yang dilintasi garis khatulistiwa dan saksi bagi peristiwa alam yang terjadi setiap 21-23 Maret dan 3 September itu. Menara yang berada di sisi jalan Khatulistiwa, Pontianak Utara, ini dibuat pada masa pemerintahan Hindia Belanda. 
Tugu Khatulistiwa (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Tugu Khatulistiwa (Foto: Flickr)
Tempat yang menjadi penanda letak nol derajat garis khatulistiwa ini dibangun oleh tim ekspedisi geografi, yang dipimpin oleh ahli geografi berkebangsaan Belanda. Dibangun pada 1928, kala itu untuk menentukan titik equator hanya mengandalkan ilmu astronomi dengan menggunakan alat sederhana dan benda-benda alam, seperti rasi bintang.
ADVERTISEMENT
Dahulu bentuk tugu ini juga masih sederhana, hanya tonggak dengan tanda panah di atasnya. Kemudian pada 1930 Tugu Khatulistiwa kembali disempurnakan dengan mengganti tanda panah menjadi lingkaran.
Bentuk puncak Tugu Khatulistiwa (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Bentuk puncak Tugu Khatulistiwa (Foto: Flickr)
Lalu di tahun 1938, tugu ini kembali diperbaharui dengan bentuk yang lebih baik. Bangunan tugu juga lebih rumit, terdiri dari empat tonggak kayu belian, masing-masing dengan ukuran 0,30 meter.
Dilengkapi dengan dua buah tonggak dibagian depan setinggi 3,05 meter dari permukaan tanah. Sedangkan tonggak di bagian belakang tempat lingkaran dan anak panah petunjuk arah memiliki tinggi 4,40 meter.
Hingga akhirnya tahun 1990 Tugu Khatulistiwa direnovasi dan dibuat kubah sebagai cungkup pelindung. Di atas kubah juga terdapat replika tugu yang ukurannya lima kali lebih besar.
Tugu Khatulistiwa (Foto: Dok. Khatulistiwa Park)
zoom-in-whitePerbesar
Tugu Khatulistiwa (Foto: Dok. Khatulistiwa Park)
Dua tonggak bagian depan berukuran 1,5 meter yang memiliki tinggi 15,25 dari permukaan tanah. Dua tonggak di bagian belakang, di tempat lingkaran dan anak panah petunjuk arah memiliki ukuran 1,5 meter dengan ketinggian 22 meter dari permukaan tanah.
ADVERTISEMENT
Tugu yang memiliki  puncak bola serta panah yang terbuat dari besi itu diresmikan pada 21 September 1991. Kini, Tugu Khatulistiwa menjadi ciri khas kota Pontianak, bahkan setiap tahunnya diadakan Festival Kulminasi. 
Tentunya, festival ini dapat menarik wisatawan dari dalam maupun luar negeri untuk berkunjung ke Pontianak.
Tugu Khatulistiwa dari luar (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Tugu Khatulistiwa dari luar (Foto: Flickr)
Peristiwa kulminasi yang banyak diincari ini hanya terjadi di lima negara, yaitu Indonesia, Equador, Peru, Colombia dan Brazil. Namun, yang benar-benar dilintasi garis khatulistiwa hanya Kota Pontianak.
Selain bisa melihat benda tanpa bayangan, keunikan lainnya adalah telur bisa didirkan secara sempurna. Hal ini disebabkan karena magnet gravitasi yang cukup kuat di area tugu setinggi 4,4 meter tersebut.
Tertarik berkunjung ke sini?