Mengintip Pesona Masjid Raya Al-Mashun Medan yang Memikat

7 Juni 2019 11:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masjid Raya Al-Mashun Medan memadukan gaya Timur Tengah, India, dan Spanyol dalam bangunannya Foto: Flickr/Slilin
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Raya Al-Mashun Medan memadukan gaya Timur Tengah, India, dan Spanyol dalam bangunannya Foto: Flickr/Slilin
ADVERTISEMENT
Bagi kamu yang berkampung halaman di Medan, Sumatera Utara, nama Masjid Raya Al-Mashun tentunya terdengar tak asing lagi di telingamu.
ADVERTISEMENT
Dengan memadukan gaya arsitektur Timur Tengah, Spanyol dan India, Masjid Raya Al-Mashun memberikan kesan mewah dan keunikan tersendiri.
Terlebih lagi, masjid ini memang sejak lama sudah dikenal sebagai landmark kota Medan sekaligus peninggalan bersejarah, karena merupakan warisan dari Sultan Deli. Tak heran, masjid yang berdiri di Jalan Sisingamangaraja No.61, Kec. Medan Kota tersebut juga memiliki lokasi yang tak jauh dari Istana Maimun.
Masjid Raya Al-Mashun Medan memiliki luas mencapai 5 ribu meter persegi dan dibangun di atas lahan seluas 18 ribu meter persegi. Pembangunannya memakan waktu hingga tiga tahun, yaitu sejak 21 Agustus 1906 hingga 19 September 1909.
Bagian dalam kubah Masjid Raya Al-Mashun, Medan Foto: Flickr/Muh. Sirojul Munir
Pembangunan Masjid Raya Al-Mashun Medan dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Ma'moen Al Rasyi Perkasa Alam (1873-1924) yang juga membangun Istana Maimun. Karena dulunya sengaja dibangun sebagai masjid kerajaan, maka Sang Sultan menginginkan masjid ini dibangun dengan sangat megah, bahkan lebih megah dari pada istananya sendiri.
ADVERTISEMENT
Meski didesain sebagai masjid kerajaan, Masjir Raya Al-Mashun sejak dulu memang difungsikan untuk melayani seluruh umat muslim yang berada di Medan. Desain bangunan masjid dibuat oleh arsitek asal Belanda bernama J.A. Tingdeman.
Masjid Raya Al-Mashun Medan yang megah Foto: Flickr/Muh. Sirojul Munir
Alasannya sederhana, karena pada masa itu, Sang Sultan belum menemukan arsitek bangsa pribumi yang dianggap mumpuni.
Biaya pembuatan masjid yang juga dikenal sebagai Masjid Deli ini bahkan mcapai satu juta gulden pada masa itu. Dan biayanya dikeluarkan sendiri oleh sultan dari kantong pribadinya.
Lantainya terbuat dari marmer Italia dan lampu gantungnya didatangkan langsung dari Prancis. Kubahnya yang terlihat sedikit lebih pipih dibandingkan masjid lainnya, serta dihiasi dengan bulan sabit, memperlihatkan nuansa Moor yang khas.
Jendela dan pintu Masjid Raya Al-Mashun Medan bergaya Moor Foto: Flickr/Ilya Yakubovich
Moor adalah sebutan gaya arsitektur yang berkembang di Spanyol ketika berkembang di bawah pengaruh Islam. Nuansa ini juga diperkuat dengan bentuk pintu dan jendela yang melengkung dan interior penuh dekorasi.
ADVERTISEMENT
Ruang utama masjid berbentuk segi delapan tidak sama sisi. Dan di sisi yang berhadapan, kamu akan menemukan porch.
Porch adalah area terbuka dengan atap dan lantai yang memisahkan satu tempat dengan yang lainnya.
Masjid Raya Al Mashun di Medan. Foto: Ade Nurhaliza/kumparan
Di depan porch kemudian terdapat tangga dengan plengkung majemuk seperti plengkung di masjid-masjid Andalusia.
Keindahan yang istimewa ini jugalah yang menjadikan Masjid Raya Al-Mashun sebagai salah satu destinasi wisata religi yang rajin disambangi turis domestik maupun mancanegara saat berada di Medan.
Selain populer dikenal sebagai Masjid Deli, Masjid Raya Al-Mashun juga memiliki nama lain, yaitu Masjid Agung Medan. Jadi, jangan heran jika saat kamu tiba di Medan, ada orang yang menyebutkan masjid ini dengan nama yang berbeda.
Turis berkunjung ke Masjid Raya Al Mashun Medan. Foto: Septianda Perdana/Antara
Tidak hanya unik karena nama, Masjid Raya Al-Mashun juga punya memiliki daya tahan yang mengagumkan. Sebab, kabarnya masjid kerajaan ini belum pernah direnovasi sama sekali oleh pihak pengelola.
ADVERTISEMENT
Pemerintah daerah dan pengelola biasanya hanya melakukan penambahan sarana penunjang agar tidak mengubah bentuk aslinya.
Hal inilah yang menjadi alasan, mengapa Masjir Raya Al-Mashun masih mampu bertahan dengan bentuk aslinya walau telah berusia hampir satu abad.
Wah, menarik sekali, kan. Sudah punya rencana jalan-jalan ke masjid bersejarah di Medan ini?