Mengintip Sawah Adat yang Mirip Jaring Laba-Laba di NTT

21 Januari 2019 9:09 WIB
clock
Diperbarui 11 Desember 2019 11:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sawah Lodok di NTT (Foto: Instagram/@the_fadli)
zoom-in-whitePerbesar
Sawah Lodok di NTT (Foto: Instagram/@the_fadli)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berbicara mengenai sawah tentu yang terlintas dibenakmu adalah sebuah tempat bagi para petani untuk bercocok tanam. Biasanya jika kita melihat hamparan sawah yang luas, sawah tersebut memiliki petak-petak berbentuk persegi.
ADVERTISEMENT
Namun, ternyata ada sawah unik yang dapat kamu temui di Nusa Tenggara Timur (NTT). Pasalnya, sawah ini menyerupai jaring laba-laba atau yang kerap disebut lodok oleh warga lokal.
Bentuk sawah yang unik ini, bagi masyarakat Manggarai terkait dengan fungsi sawah yang terkait dengan pola pengelolaan lahan secara adat. Lingko, demikian sistem pembagian sawah ini disebut, merupakan tanah adat yang dimiliki secara komunal untuk memenuhi kebutuhan bersama masyarakat adat yang pembagiannya dilakukan oleh ketua adat atau Tu'a Teno.
Area persawahan ini terletak di Kecamatan Desa Cancar, Kabupaten Manggarai, NTT. Menurut Kepala Dinas Pariwisata NTT, Marius Ardu Jelamu, persawahan tersebut merupakan sebuah ekspresi kultur yang ada di NTT.
"Tempat ini tak hanya daerah persawahan saja tetapi memiliki nilai kultural dan budaya. Daerah sawah ini adalah ekspresi dari kultur yang ada di NTT," ujar Marius saat dihubungi kumparanTRAVEL, Minggu (20/1).
ADVERTISEMENT
Pembagian tanah dengan model tradisi ini, membuat sawah tidak berbentuk petak-petak persegi, namun berbentuk semacam jaring laba-laba. Jadi sawah ini dibagi secara adil oleh pemimpin tanah atau orang yang berwenanh membagi tanah yang dinamakan Tu’a Teno (ketua adat).
Kadispar NTT, Marius Jelamu di Labuan Bajo (Foto: Helinsa Rasputri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kadispar NTT, Marius Jelamu di Labuan Bajo (Foto: Helinsa Rasputri/kumparan)
"Tu'a teno itu adalah pemimpin tanah atau yang berwenang membagi tanah. Ia membagi tanah dan membuat sawah serta mencetak sawah dengan pola sentrum di tengah lalu ditarik ke sudut-sudut itu ke dalam berbagai bentuk kalau kita lihat dari udara itu berbentuk jaring laba-laba," ujar Marius.
Pembagian lahan sawah tersebut juga mengikuti tradisi yang sudah berjalan secara turun-temurun. Selain itu, pembagian tanah juga didasarkan silsilah atau keluarga.
Marius menggambarkan, bahwa satu klan atau satu suku itu kan terdiri dari banyak orang, nah kemudian Tu'a Teno yang yang punya otoritas untuk membagi tanah ini. Membagi tanah itu sesuai dengan urutan dan kedudukan masing-masing keluarga itu struktur keluarga itu sesuai klan itu.
ADVERTISEMENT
"Sawah ini juga dibagi sesuai dengan urutan dan kedudukan masing-masing keluarga, struktur keluarga tersebut. Selain itu, status sosialnya juga menentukan jumlah tanah yang diberikan. Karena semakin tinggi status sosialnya tanah yang ia miliki semakin banyak,"papar Marius.
Selain itu, Bagian tengah yang ada di area persawahan tersebut juga memiliki arti dan makna tersendiri. Bagian yang disebut sentrum tersebut merupakan simbol dari kekerabatan, kebersamaan, dan kekeluargaan.
"Simbol sentrum itu menggambarkan suatu kekerabatan, kebersamaan, dan kekeluargaan," ujar Marius.
Ketika kamu datang ke Sawah Lodok masyarakat sekitar juga melakukan sebuah ritus-ritus (upacara adat) yang dilakukan di sawah itu ketika mereka sebelum menanam itu ada ritusnya.
"Dan ada simbol-simbol ritual yang ada ketika mulai menanam, memanen, atau habis panen dan sebagianya. Jadi seperti di Jawa kan juga ada ritus-ritus yang dilakukan sebelum mereka tanam, sebelum panen, dan saat panen," ujar Marius.
ADVERTISEMENT
Wisata sawah unik ini telah menyedot banyak wisatawan lokal maupun mancanegara. Karena mereka tidak hanya disuguhkan dengan sawah yang unik tetapi juga terdapat nilai-nilai kultural yang bisa digali. Selain itu, Sawah Lodok juga hanya dapat kamu temui di NTT saja.
"Jadi orang tidak hanya datang untuk melihat bentuk sawah itu sebagai tapi akan menggali banyak nilai kultural yang merupakan ekspresi dari nilai kehidupan masyarakat setempat yaitu kebersamaan, kekeluargaan, dan solidaritas, gotong-royong itu semua ada di dalam bentuk sawah itu dengan satu pusatnya di tengah," tutup Marius.
Tertarik untuk berkunjung?