Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
Nama Masalembu atau Masalambo mungkin belum terdengar akrab di telinga kamu. Tapi, bagi kamu pemerhati angkutan transportasi laut dan udara, nama itu bisa saja tak lagi asing.
ADVERTISEMENT
Dijuluki sebagai Segitiga Bermuda, Masalembu dikenal memakan banyak nyawa, sama seperti Segitiga Bermuda di Samudera Atlantik.
Ada banyak kejadian tragis yang terjadi di kawasan perairannya, mulai dari kecelakaan kapal laut hingga kecelakaan pesawat terbang. Dua kasus yang paling menyita perhatian adalah kecelakaan KM Tampomas II dan hilangnya pesawat Adam Air.
Kecelakaan KM Tampomas II terjadi pada 25 Januari 1981. Kapal itu terbakar ketika tengah bertolak dari Dermaga Tanjung Priok menuju Ujungpandang.
KM Tampomas II membawa 1.105 Penumpang, 191 mobil, dan 200 motor. Akibat insiden tersebut, 431 orang tewas termasuk sang kapten, Abdul Rivai.
Kecelakaan populer berikutnya di Masalembu adalah pesawat Adam Air tujuan Surabaya-Manado yang terbang pada 1 Januari 2007. Pesawat yang membawa 102 penumpang itu dinyatakan hilang tanpa jejak setelah tak bisa dihubungi ATC Makassar.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan rekaman kotak hitam yang ditemukan di perairan Majene oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), disimpulkan bahwa jatuh menabrak permukaan air laut hingga terbelah dua.
Kasus terakhir di Perairan Masalembu adalah Kapal Ro-Ro KM Santika Nusantara dengan rute Surabaya-Balikpapan yang terbakar saat melaut pada pada Kamis, 22 Agustus 2019 pukul 20.45 WIB. Untungnya, seluruh penumpang dinyatakan selamat, tak ada korban jiwa.
Kepulauan Masalembu berada di kawasan segitiga imajiner di perairan Laut Jawa antara Pulau Bawean di Jawa Timur, Kota Majene di Sulawesi Barat, dan Pulau Tengah di Nusa Tenggara Barat.
Lokasinya yang berada di tengah-tengah Pulau Jawa, Sulawesi, dan NTB serta beberapa kasus di atas semakin memperkuat gelar Segitiga Bermuda yang disandang oleh Masalembu.
ADVERTISEMENT
Secara geografis, Kepulauan Masalembu memiliki empat pulau, tiga di antaranya merupakan pulau utama yang berpenghuni, yakni Pulau Masalembu, Masakambing, dan Karamian. Sementara itu, pulau tanpa penghuni di Kepulauan Masalembu dikenal sebagai Pulau Kambing.
Secara administratif, Kepulauan Masalembu berada di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur . Luas total wilayahnya mencapai 40,85 km persegi. Kawasan kepulauan ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa di seluruh sisinya.
Dari sisi legenda, Masalembu dipercaya masyarakat setempat sebagai lokasi bernaungnya kerajaan gaib terbesar di Indonesia yang dihuni siluman dan jin.
Versi lain menyebutkan perairan Masalembu sebagai daerah yang dikuasai Ratu Malaka, sosok gaib tak kasat mata yang diyakini sebagai 'ibu' dari orang-orang Suku Laut.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, warga di Kepulauan Masalembu meyakini bahwa siapa pun yang hendak melalui perairannya, mesti memberi salam dan meminta izin pada para penghuni laut serta membawa sesajen khusus.
Apabila terjadi gelombang bergaris putih, maka itu merupakan tanda bahwa kawasan tersebut tak boleh dilewati. Nekat menerobos, maka nyawa taruhannya. Biasanya, orang-orang yang bandel dan tetap berlayar akan 'disambangi' cuaca buruk atau kelak akan bernasib sial sepanjang perjalanan.
Selain alasan soal kepercayaan dan lokasinya yang berada di segitiga imajiner, 'keangkeran' Masalembu rupanya bisa dijelaskan secara ilmiah.
Jika ditilik lebih dalam, perairan Masalembu memang dikelilingi laut lepas. Jaraknya sekitar 112 mil dari Pelabuhan Kalianget.
Lokasi Masalembu yang mendekati garis khatulistiwa ke arah Selatan membuat pola iklim yang cenderung kering. Salah satu karakteristik iklim kering adalah kerap dilanda angin kencang. Curah hujannya pun rendah tak beraturan.
ADVERTISEMENT
Letak Kepulauan Masalembu juga berada di aliran arus yang tidak normal. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, di perairan Masalembu kerap terjadi gelombang tinggi yang disebabkan arus yang tak stabil
Arus tak stabil itu merupakan efek dari benturan yang terjadi antara arus Laut Jawa (dari Barat ke Timur), arus Laut Flores (dari Timur ke Barat), ditambah dengan arus Selat Makassar yang membelahnya (dari Utara ke Selatan).
Hal ini yang membuat kapal di perairan Masalembu sering kali bergetar hingga kehilangan keseimbangan. Angin kencang yang melanda kawasan ini juga berpotensi merusak alat navigasi kapal, sehingga meningkatkan risiko kapal karam.
"Sebetulnya daerah itu pertemuan arus dari Selat Karimata sama arus Laut Jawa dari arah Barat ke Timur, dari Timur ke Barat," ujar peneliti Konservasi Kakaktua Indonesia yang pernah meneliti di Masalembu kepada kumparan, Senin (22/5/2017).
Di luar dari kisahnya yang angker sebagai Segitiga Bermuda versi Indonesia, Masalembu punya keindahan alam yang tidak bisa diragukan. Lokasinya yang dikelilingi perairan membuat kepulauan ini punya banyak pantai indah.
ADVERTISEMENT
Kawasannya yang juga masih jarang dikenal membuat Masalembu masih sangat asri dan sepi wisatawan. Sangat cocok buat kamu yang ingin menikmati alam pantai yang memikat sambil mencari ketenangan.
Beberapa pantai andalan yang wajib dikunjungi ketika menyambangi Masalembu adalah Pantai Masna, Cemara, dan Sembilan Gili Genting. Lautnya yang jernih membiru berteman pasir putih bikin kamu betah sampai tak mau pulang.
Buat kamu pecinta wisata bahari, Masalembu juga sangat menarik untuk dikunjungi karena variasi ikannya yang melimpah.
Ada yang sudah pernah Masalembu?
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.