Meniti Kisah Sejarah di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta

12 April 2019 9:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dibangun atas gagasan Pemerintah Belanda pada tahun 1970-an, siapa sangka kini Benteng Vredeburg malah jadi museum sejarah bangsa Indonesia yang ikonik di Yogyakarta?
ADVERTISEMENT
Ya, benteng yang berada di Jalan Malioboro dengan dominasi warna putih pada bangunannya itu telah jadi museum di Kota Pelajar dengan nama Museum Benteng Vredeburg.
Bangunan Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Diresmikan pada 28 Oktober 1998 oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. DR. Edi Sedyawati, Museum Benteng Vredeburg awalnya dinamai sebagai Museum Benteng Yogyakarta. Benteng Vredeburg memiliki bentuk segi empat dengan menara pengawas di tiap sudutnya serta parit lebar di sekitarnya.
Di dalam benteng, terdapat meriam yang pada zamannya siap ditembakkan apabila Belanda diserang. Kini, meriam tersebut menjadi salah satu warisan sejarah yang menghiasi benteng milik Kolonial Belanda tersebut.
Salah satu pintu di bagian belakang Museum Benteng Vredeburg Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Nama Benteng Vredeburg memiliki arti Benteng Perdamaian. Sebelum disempurnakan dan berganti nama sekitar tahun 1765 - 1788, Benteng Vredeburg awalnya dinamai sebagai Rustenburg yang artinya Peristirahatan.
ADVERTISEMENT
Hari Minggu lalu, tepatnya pada tanggal 7 April 2019, kumparan berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg. Dibandingkan dengan hari-hari biasa, hari itu terasa jauh lebih ramai, karena bertepatan dengan akhir pekan.
Salah satu pintu di bagian belakang Museum Benteng Vredeburg Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Pengunjung hilir mudik mengitari kawasan museum, ada yang asyik mencari foto di dalam gedung, dan ada pula yang sibuk berburu angle apik di sudut lapangan.
Di dalam maupun luar museum terlihat ramai. Para pedagang pun sibuk menjajakan makanan dan minuman mereka di depan gerbang. Museum Benteng Vredeburg terlihat megah dan gagah dalam waktu yang bersamaan. Teriknya sinar matahari tidak membuat surut niat kumparan untuk menjelajahi setiap sisi sejarahnya. Dan perjalanan pun dimulai.
Meriam di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Bermodal uang sebesar Rp 3 ribu, kumparan membeli tiket masuk. Tanpa panduan dari guide, kumparan berjalan menyusuri bangunan demi bangunan, sudut demi sudut, sesuai keinginan langkah kaki.
ADVERTISEMENT
Benteng Vredeburg dibangun pertama kali pada tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atas permintaan Belanda. Alih-alih didirikan untuk menjaga keamanan keraton dan sekitar, benteng berwarna putih itu awalnya dimaksudkan untuk mengontrol pergerakan dan perkembangan yang terjadi di dalam keraton.
Papan denah Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Ketika pertama dibangun, Benteng Vredeburg didirikan dengan desain yang sangat sederhana. Temboknya terbuat dari tanah yang diperkuat kayu penyangga dari pohon kelapa dan aren. Sedangkan bagian dalamnya disusun menggunakan bambu dan kayu, lengkap dengan ilalang sebagai atapnya.
Pemandangan yang sangat berbeda akan kamu temukan di masa sekarang. Bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang menjadi bagian dari Museum Benteng Vredeburg terlihat kokoh dan bersih, wajar saja, bangunan tersebut memang telah dipugar, walau masih mengikuti bentuk aslinya.
Papan penunjuk arah di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Dindingnya kokoh terbuat dari batu bata dan beton yang telah dilapisi semen. Lapangan di dalamnya terlihat hijau dihiasi rerumputan, tepi jalannya ditanami pepohonan.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang bahkan terlihat sibuk bercengkrama menikmati sepoi angin di bawah pohon dekat dengan pintu belakang benteng. Di sisi lain, bangunan bergaya Betawi dengan jendela panjang bernuansa khas terlihat telah menjadi kantor pihak pengelola.
Koleksi gamelan di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Sementara bagian dalamnya, walau remang, tapi kental dengan nuansa sejarah, selayaknya museum pada umumnya.
Diorama-diorama dipajang rapi lengkap dengan informasinya. Kemudian ada pula patung-patung pejuang. Salah satunya, Ibu Fatmawati yang sedang menjahit bendera pusaka pertama, kumpulan pilot yang menerbangkan pesawat Indonesia pertama, dan masih banyak patung lainnya.
Diorama penggalian mayat korban G30 September di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Diorama dalam Museum Benteng Vredeburg dibuat bukan tanpa alasan. Setiap koleksinya menggambarkan kisah yang berbeda. Mulai dari masa perjuangan, Proklamasi Kemerdekaan, Gerakan 30 September, hingga masa Orde Baru.
ADVERTISEMENT
Seluruh diorama diletakkan secara terpisah di dalam kotak kaca, lalu dipajang berjejer. Ada pula baju seragam tentara pertama, foto-foto, hingga lukisan tentang perjuangan nasional bangsa Indonesia dalam mendapatkan dan mempertahankan Indonesia.
Patung pejuang yang dipamerkan di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Selain diorama, foto, lukisan, dan bangunan yang indah, kamu juga bisa menemukan koleksi benda-benda bersejarah seperti sepatu, peralatan minum berbahan tembikar dan keramik dalam bentuk teko, gelas, serta nampan. Kemudian ada pula senjata, naskah, peralatan dapur, peralatan rumah tangga dan sebagainya.
Benda-benda yang dikenal sebagai koleksi realia ini merupakan benda-benda yang nyata, bukan tiruan. Pernah dipakai di masa lalu atau berperan langsung saat peristiwa bersejarah terjadi.
Koleksi peralatan minum yang dipamerkan Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Tak hanya bisa menemukan koleksi bersejarah saja, dalam Museum Benteng Vredeburg kamu juga bisa belajar mengenai sejarah panjang bangsa Indonesia. Sebab di ruangan Diorama I dan Diorama II, kamu akan menemukan sarana media interaktif dengan fasilitas touchscree yang terpampang di sekitar koleksi diorama dan patung-patungnya.
ADVERTISEMENT
Melalui media tersebut, kamu bisa mengetahui cerita peristiwa secara lebih lengkap dan mendetail. Ada ruangan untuk memutarkan film-film dokumenter serta film perjuangan yang bisa kamu saksikan sembari beristirahat.
Sepasang sepatu di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Kemudian ada pula fasilitas menarik seperti Wi-Fi yang bisa dinikmati oleh pengunjung. Sehingga wajar saja jika Museum Benteng Vredeburg bukan cuma dikunjungi sebagai destinasi wisata saja bagi turis maupun penduduk lokal, tetapi juga lokasi asyik untuk belajar dan mengerjakan tugas.
Menurut penuturan Yenni (22), salah seorang mahasiswa universitas negeri di Yogyakarta, selama 4 tahun belakangan tinggal dan menuntut ilmu di Kota Pelajar, ia sering kali datang ke Museum Benteng Vredeburg untuk mengerjakan tugas.
Salah satu koleksi keramik Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
"Aku biasanya sering ngerjain tugas di sini. Nanti janjian sama teman-teman buat ketemu dan bikin tugas di sini. Apalagi dulu pernah dapat tugas sejarah juga," katanya saat ditanya kumparan pada Minggu (7/4).
ADVERTISEMENT
Museum Benteng Vredeburg bukan cuma ramah pelajar dan wisatawan, destinasi yang satu ini juga terbukti ramah anak. Sebab saat berkunjung, kumparan menemukan sebuah taman bermain anak yang bisa digunakan oleh pengunjung saat membawa buah hati mereka. Sehingga sang buah hati tak mesti merasa bosan.
Patung pilot pertama Indonesia di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Kemudian di sekitar kawasan lapangan, kamu juga bisa menemukan patung tentara Belanda, pejuang Indonesia, dan pria Jawa berwajah ramah yang kehadirannya tentu saja dapat menghibur si kecil.
Bagi kamu yang hendak berkunjung dan melakukan eksplorasi di Museum Benteng Vredeburg, kumparan sarankan untuk membawa topi, sunglasses, dan juga menggunakan sunblock. Karena sinar terik matahari Yogyakarta akan terasa sangat membakar. Untuk itu, sebaiknya hindari berkunjung pada tengah hari.
Diorama di Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Puas berkeliling, kamu juga bisa melanjutkan perjalanan dengan wisata belanja di sekitar kawasan Malioboro atau melanjutkan keseruan eksplorasi ke Museum Senobudoyo atau sekadar bersantai di alun-alun kota menikmati istimewanya Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Siap merencanakan perjalanan bersejarahmu ke Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta?