Menyelami Langit Biru dari Perth hingga Busselton

4 Desember 2018 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Langit biru di Perth (Foto: Rossi Finza/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Langit biru di Perth (Foto: Rossi Finza/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perth masih sama seperti ketika saya mengunjunginya lima tahun lalu. Bedanya, jika lima tahun silam saya datang pada pertengahan tahun ketika cuacanya dingin dan berkabut pada pagi hari, kali ini cuacanya cerah.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, saya sudah diingatkan sebelum berangkat bahwa cuacanya memang cerah dan hangat, tetapi anginnya tetap dingin. Saya pernah mendengar bahwa musim panas di Australia amat terik, tetapi karena sudah diberi peringatan seperti itu, jaket tetap saya bawa.
Langit Biru di Perth (Foto: Rossi Finza/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Langit Biru di Perth (Foto: Rossi Finza/kumparan)
Dengan 4,5 jam perjalanan dengan pesawat dari Jakarta, Perth boleh jadi salah satu destinasi terdekat jika kamu ingin berlibur di Australia. Setengah jam sebelum pesawat saya mendarat, cuaca panas itu sudah mengendus dari luar jendela. Namun, peringatan itu benar, begitu saya beranjak dari pintu keluar bandara, saya membetulkan jaket berulang kali. Anginnya sungguhan dingin.
Saya ingat beberapa hal lain ketika mengunjungi Perth lima tahun lalu, mulai dari pertanyaan konyol teman saya ("Ros, kanguru bisa dipiara, enggak?") hingga pemandangan kota dari King's Park di atas sana. Namun, yang tidak berubah sama sekali adalah langit birunya.
ADVERTISEMENT
Ada sebuah selebaran yang pernah saya baca, langit biru itu memang menjadi ciri khas Perth. "Langitnya jadi terlihat lebih besar," tulis selebaran itu lagi. "Dan yang menyenangkan, nyaris tanpa awan."
Langit Biru Tanpa Batas di Perth (Foto: Rossi Finza/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Langit Biru Tanpa Batas di Perth (Foto: Rossi Finza/kumparan)
Dua kali saya datang, saya bisa memberikan kesaksian bahwa klaim itu benar. Jika kamu jengah dengan langit yang tertutupi gedung pencakar langit, ini adalah tempat untuk menikmati langit biru tanpa gangguan sepuas-puasnya.
Langit tanpa batas itu seolah-olah dituang begitu saja dari laut di sekeliling Perth. Saya membayangkan, Santiago dari "The Old Man and The Sea"-nya Hemingway tengah duduk di pinggirannya sembari menunggu waktu yang tepat untuk mengarungi langit itu.
Hari itu, Minggu (2/12/2018), saya menetap semalam di Perth sebelum beranjak ke Busselton sehari berikutnya. Sekitar dua jam perjalanan, termasuk beberapa pemberhentian, langit biru itu masih mengikuti, masih tanpa awan sama sekali.
Langit Biru di Perth (Foto: Rossi Finza/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Langit Biru di Perth (Foto: Rossi Finza/kumparan)
Busselton adalah kota kecil di pinggir laut. Saya mengunjunginya untuk menikmati obeservasi bawah laut dan, tentu saja, untuk melihat warna biru tumpah ruah ke langit tanpa gangguan, menjadi sesuatu yang jarang bisa saya nikmati di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Saya diberitahu, Australia Barat, tempat Perth dan Busselton berada, terkenal dengan wine dan keju. Saya akan mencobanya kemudian, tetapi untuk sementara, langit biru ini adalah awal dan perkenalan yang menyenangkan buat perjalanan ini.