Menyusuri Goa Kiskendo, Objek Wisata di Puncak Bukit Menoreh

15 Juni 2022 15:58 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Goa Kiskendo di Desa Jatimulyo. Foto: Caroline Pramantie/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Goa Kiskendo di Desa Jatimulyo. Foto: Caroline Pramantie/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Yogyakarta memiliki banyak objek wisata yang menghadirkan keindahan alam. Salah satu objek wisata dengan fenomena alam yang cantik dan udara yang sejuk pun bisa kamu nikmati di kawasan bukit Menoreh, Kulonprogo.
ADVERTISEMENT
Salah satu destinasi wisata yang menjadi daya tarik di kawasan ini adalah Goa Kiskendo. Goa yang terletak di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo ini menyimpan kisah dan mitos yang patut untuk dinikmati.
Kedalaman goa yang mencapai 800 meter ini bisa ditempuh para wisatawan untuk melakukan wisata sejarah. Namun bagi yang mempunyai hobi khusus, wisatawan juga dapat melakukan susur goa.
"Untuk susur goa, panjangnya 1,5 kilometer dengan perjalanan yang dapat ditempuh 3-4 jam. Di dalam pun sudah ada jalan setapak dan sedikit penerangan supaya wisatawan lebih nyaman," ungkap Suisno selaku pengelola dan pemandu wisata di Goa Kiskendo, Selasa (14/6).
Suisno pengelola Goa Kiskendo di Desa Jatimulyo. Foto: Caroline Pramantie/kumparan
Menurut Suisno, Kiskendo ditemukan oleh masyarakat pada abad 1821 masehi. Dan pada tahun 1972, Pemerintah ingin mengangkat kisah sejarah Krisendo menjadi objek wisata sejarah.
ADVERTISEMENT
"Akhirnya tahun 1974 lahan ini dibeli oleh Pemerintah. Tahun 1980 mulai dibangun, pertamanya relief. Dulu ini adalah tebing, lalu ditempel, diambil cerita dari legenda dan dibuat [reliefnya] oleh tim ISI," jelas Suisno.

Kiskendo Tak Hanya Sajikan Wisata Sejarah, tapi Juga Wisata Religi

Suisno mengatakan bahwa Kiskendo juga merupakan tempat wisata religi di mana awalnya ini adalah kerajaan Mahesa Sura dan Lembu Sura. Mempunyai 9 tempat yang dinaungi masyarakat kala itu sebelum adanya peradaban agama seperti saat ini.
"Tujuannya religi, menyembah kepada yang Maha Kuasa, namun di dalam semedi dan yang mengabulkan tetap Yang Maha Kuasa. Jadi, Kiskendo hanya tempat dan di dalam ada tempat masing-masing yang berhubungan dengan tani, duniawi, senin, bersih diri, memelihara hewan berkaki dua dan berkaki empat, dan lain sebagainya," bebernya.
Goa Kiskendo di Desa Jatimulyo. Foto: Caroline Pramantie/kumparan
Untuk melestarikan hal tersebut, wisata religi pun masih tetap ada dan hanya dilakukan di malam hari.
ADVERTISEMENT
"Karena masih banyak masyarakat yang percaya dengan adat istiadat dan budaya jawa, maka wisata religi itu tetap ada, tetap kita lestarikan karena awalnya Kiskendo seperti itu," ujarnya.
Goa Kiskendo sendiri dibuka untuk umum setiap hari dengan tiket seharga Rp 6 ribu. Sementara untuk parkir motor dikenakan biaya Rp 2 ribu dan parkir mobil Rp 5 ribu. Biasanya, goa ini ramai dikunjungi wisatawan pada hari sabtu dan minggu, termasuk di hari-hari libur nasional maupun libur anak sekolah.
Goa Kiskendo di Desa Jatimulyo. Foto: Caroline Pramantie/kumparan
Sementara itu, untuk jasa pemandu goa ada biaya sebesar Rp 50 ribu, dan penyewaan senter serta helm sebesar Rp 10 ribu.
"Untuk jasa pemandu tidak saklek aturannya, dari kami memang Rp 50 ribu, namun bila pengunjung memberi seikhlasnya berapa pun, ya, kami terima," ujar Suisno.
ADVERTISEMENT
Wisatawan pun tak perlu khawatir selama berada di dalam goa, karena goa bisa dilalui dengan nyaman karena ada jalan setapak dan sedikit penerangan. Kendati demikian, suasana di dalam goa masih terasa keasliannya. Para pengunjung pun diharapkan untuk mematuhi aturan dan tetap berlaku sopan selama menjalani wisata goa Krisendo.
"Kalau sedang datang bulan memang tidak boleh masuk, lalu tidak boleh membawa sesuatu selain foto, dan tidak boleh meninggalkan sesuatu selain jejak dan tidak boleh mengeluarkan kata-kata kotor," ujarnya.
Goa Kiskendo di Desa Jatimulyo. Foto: Caroline Pramantie/kumparan
Sementara itu di luar area goa Kiskendo, terdapat lahan luas yang bisa dipakai pengunjung untuk bersantai sesaat dan menikmati keindahan alam puncak bukit Menoreh, dan juga merasakan udara sejuknya.
Sendratari Topeng Sugriwa Subali. Foto: Caroline Pramantie/kumparan
kumparan juga sempat menikmati pertunjukan Sendratari Topeng Sugriwa Subali yang dipentaskan di panggung terbuka atau amphitheater. Kesenian ini juga dibuat sebagai bentuk dari pelestarian budaya Kiskendo.
ADVERTISEMENT
"Bagaimana kita melestarikan Kriskendo, maka dari cerita rakya ditorehkan jadi cerita mati di tahun 2014. Kriskendo kini diciptakan jadi cerita hidup melalui kolosal Sugriwa Subali yang ditarikan oleh masyarakat Jatimulyo. Kalau Prambanan punya Ramayana, kami punya Kriskendo satu-satunya wisata alam yang mengarah ke sejarah dan kami mau melestarikan itu," kata Suisno.

Sejarah Goa Kriskendo

Goa yang berjarak 38 km ke barat dari Kota Jogja dan 21 km ke arah utara dari pusat Kota Wates ini mempunyai sejarah yang menarik. Diambil dari mitos perwayangan, Goa Kriskendo merupakan tempat pertempuran antara Mahesa Sura yang merupakan raja dari kerajaan Kriskendo dan patihnya Lembu Sura, melawan Subali dan Sugriwa.
Sendratari Topeng Sugriwa Subali. Foto: Istimewa
Mereka adalah kakak beradik yang diperintahkan para dewa untuk merebut Dewi Toro, Dewi cantik yang diculik Mahesa Sura.
ADVERTISEMENT
"Ini cerita tentang dulu di Khayangan Suroloyo, siapa yang bisa membunuh Mahesa Sura, kalau perempuan, maka akan dijadikan saudara Dewi Toro Kasih. Sedangkan jika laki-laki, akan dijadikan suaminya. Maka majulah Guwarsih Guwarso, anaknya prabu romo yang punya anak 3, yaitu Anjani, Guwarsih, Guwarso. Guwarsih dan Guwarso ini adalah Subali dan Sugriwa, badannya manusia, kepalanya kera," cerita Suisno.
Sendratari Topeng Sugriwa Subali. Foto: Caroline Pramantie/kumparan
Dalam kisahnya, Subali masuk ke dalam Kiskendo dan Sugriwa berjaga di depan. Subali pun berpesan, bila dalam aliran sungai keluar darah putih, berarti Subali mati. Namun bila darah merah tandanya Mahesa Sura dan Lembu Sura yang mati.
"Sugriwa yang menunggu di luar pun berjaga-jaga, ternyata dalam aliran sungai keluar darah merah dan darah putih. Karena pesan sang kakak, Sugriwa menyangka Subali telah mati sehingga pintu goa ditutup batu. Dengan hal tersebut, maka Subali tak bisa keluar dari goa, padahal Mahesa Sura dan Lembu Sura itu diadu domba antara kepala dengan kepala, maka keluarlah otak bercampur darah, jadi aliran sungai merah dan putih," bebernya.
Sendratari Topeng Sugriwa Subali. Foto: Caroline Pramantie/kumparan
Subali kemudian memakai ajian Pancasona untuk keluar dari Kiskendo. Hal itu pun terbukti nyata dari sebuah lubang di dalam goa yang diberi nama Sumelong.
ADVERTISEMENT
"Ada buktinya di dalam goa namanya sumelong, vertikal 28 meter, horizontal 5 meter. Kalau dalam wisata biasa namanya ventilasi udara dalam goa, kalo di wisata sejarah namanya sumelong, tempat Subali keluar dari Kiskendo saat pintu ditutup Sugriwa," pungkasnya.
Goa ini mulai dibuka resmi menjadi destinasi wisata oleh Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1987. Pengelolaan goa yang memiliki kedalaman 1,5 kilometer di dalam perut bumi ini diserahkan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Kulonprogo pada tahun 2005.