Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Mimizuka, Kuil yang Berdiri di Atas Pemakaman Ribuan Hidung Manusia di Jepang
4 Oktober 2020 7:30 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Di tengah lingkungan perumahan yang tenang di pinggiran Kyoto, Jepang, sebuah kuil berdiri di atas bukit setinggi 30 kaki. Tak seperti kuil pada umumnya di Jepang, kuil ini diketahui berdiri di atas pemakaman ribuan hidung manusia.
Dilansir Amusing Planet, lahan bernama Mimizuka itu merupakan rumah bagi 38 ribu hidung milik pria, wanita, dan anak-anak yang dibantai selama invasi Jepang ke Korea pada akhir abad ke-16. Mimizuka adalah tempat yang digunakan Panglima Perang Toyotomi Hideyoshi untuk menguburkan bukti-bukti dari penyerangan Jepang ke Korea dan China.
Dipimpin oleh Hideyoshi, Jepang menginvasi Korea pada tahun 1592 dengan tujuan menaklukkan Semenanjung Korea dan China, yang pada waktu itu berada di bawah Dinasti Ming. Pasukan Jepang sebagian besar berhasil menguasai Semenanjung Korea, tetapi tidak dapat menguasai China.
ADVERTISEMENT
Akhirnya saat permusuhan berakhir, Hideyoshi menyuruh mundur pasukannya, tetapi kembali tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1597 dengan serangan kedua. Pertahanan yang kuat dari pasukan gabungan Ming dan Joseon dari Korea memaksa Jepang untuk mundur ke semenanjung selatan, di mana akhirnya Jepang bisa mengunci kedua pasukan lawan dan merasa terpojok selama 10 bulan.
Pada masa-masa itu, para pejuang sering memenggal kepala musuh sebagai bukti bahwa mereka telah membunuhnya. Kepala-kepala itu diasingkan, dikemas dalam tong dan dikirim kembali ke Jepang, di mana usaha para jenderal dihargai berdasarkan jumlah musuh yang telah dibunuh pasukan mereka.
Ketika invasi berlangsung, jumlah kepala pasukan yang dikirim kembali dari medan perang menjadi tidak mungkin untuk dikuburkan semuanya.
Akhirnya, diputuskan bahwa hanya hidung yang akan diambil. Para pasukan musuh pun masih dipenggal, namun hanya hidungnya yang dipotong dan dikirim kembali ke Jepang.
ADVERTISEMENT
Stephen R. Turnbull, dalam bukunya Samurai Invasion menceritakan kisah seorang bhikkhu Jepang yang menggambarkan kekejaman mengerikan yang diderita penduduk sipil.
"Sejak subuh keesokan paginya kami mengejar dan memburu mereka di gunung dan menjelajahi desa-desa selama satu hari. Ketika mereka terpojok, kami membantai mereka secara berkelompok,'' ujar Stephen.
"Selama 10 hari kami menangkap 10 ribu musuh, tetapi kami tidak memotong kepala mereka. Kami memotong hidung mereka, yang memberi tahu kami ada berapa kepala. Pada saat ini total kepala Yasuharu sudah lebih dari 2 ribu," lanjutnya.
Menurut Stephen R. Turnbull, pasukan Hideyoshi mengumpulkan 185.738 kepala orang Korea dan 29.014 kepala orang China. Tidak mungkin untuk mengetahui jumlah sebenarnya dari korban, karena banyak kepala mungkin telah dibuang.
Di sisi lain, tidak semua hidung dipotong dari mayat. Untuk meningkatkan jumlah korban yang dibunuh, banyak tentara memenggal hidung manusia yang masih hidup. Orang-orang Korea ini dilaporkan selamat selama bertahun-tahun tanpa hidung atau telinga.
ADVERTISEMENT
Hidung yang dikirim ke Jepang dimakamkan di dua tempat, yakni Kyoto dan Okayama. Di Kyoto, Hideyoshi memerintahkan agar hidung yang diiris untuk dikuburkan di dasar Kuil Hokoji.
Pada tahun 1970-an, Presiden Korea Selatan saat itu, Park Chung Hee, mengungkapkan keinginannya untuk meratakan gundukan tersebut. Negeri Gingseng itu juga sempat berencana memindahkan gundukan itu ke Korea untuk menenangkan roh orang yang telah tiada. Namun, bagi banyak warga Korea, gundukan itu tidak lebih dari monumen kemenangan prestasi senjata Hideyoshi.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona ).