Pemerintah Ingin Wisata Kebugaran, Kerokan, dan Jamu Bisa Naik Kelas

19 November 2019 17:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi jamu tradisional. Foto: ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jamu tradisional. Foto: ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
ADVERTISEMENT
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kini tengah mengembangkan dan mempromosikan wisata kebugaran dan jamu. Klaster ini merupakan bagian dari pengembangan Wisata Kesehatan yang juga digagas oleh kedua kementerian tersebut sejak 2017.
ADVERTISEMENT
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, mengatakan untuk mempromosikan wisata kebugaran dan jamu, maka kedua hal ini harus dikemas dengan menarik dan unik. Apalagi sejatinya Indonesia punya industri jamu yang hebat. Jika dikemas dan dipromosikan dengan benar, maka ramuan tradisional asli Indonesia ini bisa jadi daya tarik utama wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia.
“Kebugaran dan jamu inilah yang harus dimasyarakatkan terus. Kita punya industri jamu yang hebat-hebat, tapi enggak pernah kita ungkapkan. Misalnya Purwaceng. Lalu kalau kebugaran ada Mak Erot, itu kalau dikemas dengan baik wisatawan asing pasti datang,” ungkap Terawan, di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa (19/11).
Ilustrasi jamu tradisional. Foto: ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Selain jamu, Indonesia juga punya metode-metode kebugaran yang unik dan tak dimiliki negara lain. Misalnya saja metode kebugaran dengan kerokan. Sayangnya, metode kerokan tak pernah dikemas menjadi salah satu metode kebugaran selayaknya spa premium yang ada di resor-resor mewah.
ADVERTISEMENT
“Kalau yang lain jual bekam, ya kita jual kerokan. Jangan sepelekan kerokan. Kalau sediakan 100 kamar dengan return timenya hanya 20 menit itu sudah berapa. Begitu keluar minum jamu, jamunya berapa. Tambah pijat pula. Itu hal-hal yang kadang tidak kita komunikasikan. Banyak teknik-teknik lain bisa sebenarnya kita kembangkan,” ujarnya.
Menurut Terawan, para stakeholder di bidang pariwisata harus mampu mencetuskan ide-ide segar dan menggelitik. Hal-hal unik menurutnya akan memancing rasa keingintahuan yang tinggi dari wisatawan. Terawan cukup optimistis bahwa sejatinya orang Indonesia punya ide cemerlang dan inovasi yang baik untuk menjual sesuatu.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio. Foto: Selfy Momongan/kumparan
“Hanya kadang kita malu, karena tiap hari melihatnya. Kita anggap kerokan itu tidak elit. Padahal bagi orang asing itu hal yang unik. Itu bisa menarik. Misalnya nama kerokan diganti tato sehat. Kan itu kayak tato sementara,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Konsep dan Peta Jalan Pengembangan Wisata Kesehatan yang telah disepakati bersama, Wisata Kesehatan terdiri dari empat klaster, yaitu Wisata Medis, Wisata Kebugaran dan Jamu, Wisata Olahraga yang mendukung Kesehatan, dan Wisata Ilmiah Kesehatan.
Dalam buku Skenario Perjalanan Wisata Kebugaran yang diluncurkan oleh Kemenparekraf dan Kemenkes dijelaskan, bahwa wisata kesehatan lebih ditujukan kepada individu dengan kondisi medis tertentu yang melakukan perjalanan untuk memulihkan atau mendapatkan pengobatan bagi kesehatannya.
Ilustrasi Kerokan. Foto: Shutter Stock
Sedangkan wisata kebugaran lebih diperuntukkan bagi individu yang sehat, tetapi mencari metode terapi kesehatan tertentu untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik, serta untuk menjaga kesehatan dan kebugaran dalam perjalanan wisatanya.
Global Wellness Institute (GWI) secara sederhana memberikan batasan wisata kebugaran sebagai suatu perjalanan yang terkait dengan berbagai upaya untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan kualitas hidup seseorang.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, Kemenparekraf dan Kemenkes mendefinisikan wisata kebugaran sebagai perjalanan terencana yang dilakukan wisatawan dalam jangka waktu sementara ke tempat-tempat tertentu, dengan aktivitas utama terkait dengan kebugaran untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.