Perang Air di Gianyar, Tradisi Masyarakat Bali Sambut Tahun Baru 2020

3 Januari 2020 9:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perang Air di Gianyar, Bali. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
zoom-in-whitePerbesar
Perang Air di Gianyar, Bali. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada banyak cara yang bisa kamu lakukan untuk merayakan tahun baru 2020. Namun, ketimbang memilih aktivitas mainstream seperti pesta kembang api, konser musik, atau barbeque semata, masyarakat Bali di Desa Suwat, Gianyar, punya cara yang lebih seru.
ADVERTISEMENT
Berbekal gayung dan air yang berasal dari Tukad Melanggih, masyarakat Desa Suwat keluar dari rumah masing-masing dan berkumpul di perempatan desa atau yang dikenal pula sebagai catus pata dengan mengenakan pakaian tradisional.
Tukad Melanggih adalah sumber air yang berlokasi di bawah Pura Dalem. Penduduk Bali di Gianyar percaya bahwa air yang berasal dari Tukad Melanggih merupakan air yang suci. Sesuai dengan namanya yang terdiri dari Mela berarti Baik dan Langgih yang diartikan bisa dipakai.
Perang Air di Gianyar, Bali. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Menariknya lagi, air dari Tukad Melanggih juga sudah lama digunakan sebagai sarana penyucian sejak dulu. Kabarnya, Kerajaan Gianyar dulunya menggunakan air dari Tukad Melanggih untuk dikonsumsi raja-raja, obat penyembuh, bahkan ritual keagamaan.
Sementara itu, titik kumpul yang berada di perempatan jalan atau catus pata dianggap sebagai titik pusat atau episentrum dari berbagai sumber energi. Lokasi ini juga dianggap cocok dengan tradisi Siat Yeh atau Perang Air yang berfungsi untuk menyeimbangkan.
ADVERTISEMENT
Tradisi Siat Yeh pada tahun baru 2020 merupakan yang kelima kalinya. Tradisi perang air ini memang diadakan rutin satu kali dalam setahun, bertepatan dengan tahun baru.
Perang Air di Gianyar, Bali. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Sebelum memulai 'peperangan', pemuka agama akan mengambil tempat melakukan prosesi ibadah. Air akan dituangkan pada sejumlah penari dan disiramkan pada warga.
Setelahnya, pemimpin agama (pinandhita) akan membagi masyarakat setempat menjadi dua kelompok. Kedua kelompok ini akan saling siram satu dengan yang lainnya.
Perang Air berlangsung dengan meriah. Setiap orang berusaha saling melempar air kepada lawannya. Cipratan air segar pun terlihat menghiasi udara di sekitarnya. Sementara yang lainnya mengalir segar di tanah Desa Suwat.
Gayung warna-warni mengacung di antara kumpulan warga yang saling berteriak kesenangan ketika disiram air dengan selang. Raut wajahnya tampak sangat bahagia. Tidak heran tradisi ini menarik perhatian banyak wisatawan.
ADVERTISEMENT
Tua, muda, anak-anak, orang dewasa, laki-laki, perempuan turut serta ambil bagian. Karena Siat Yeh tak terbatas untuk kalangan tertentu, maka setiap orang yang berminat boleh turut ambil bagian, termasuk wisatawan.
Byar byur! Suara air terdengar nyaring saat disiramkan. Suara siraman itu kemudian diikuti dengan tawa garing setiap warga yang ikut serta. Salah seorang anak bahkan diangkat ke pundak pria paruh baya. Meriah sekali.
Perang Air di Gianyar, Bali. Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
Tradisi Siat Yeh bertujuan untuk membasuh dan meneguhkan diri untuk menapaki hari baru dengan semangat yang juga baru. Tradisi ini diyakini dapat membersihkan diri dari berbagai emosi dan sifat negatif yang terjadi selama setahun. Sehingga tahun yang baru dapat dimulai dengan hati yang baru dan akhlak yang menyejukkan seperti air.
ADVERTISEMENT
Perang air juga diharapkan dapat melawan hal-hal buruk yang terjadi akibat ketidakseimbangan yang terjadi di sekitar masyarakat.
Selain untuk menyucikan diri, tradisi Siat Yeh juga merupakan cara penduduk Desa Suwat di Gianyar untuk menghormati sumber mata air Tukad Melanggih. Perang air menjadi wujud penghormatan masyarakat setempat terhadap pentingnya air dalam kehidupan manusia selama hidup
Tidak ada sanksi atau denda tertentu bagi warga yang tak bersedia ikut serta. Bagi warga yang telah lanjut usia atau belum cukup umur seperti bayi, tidak diwajibkan untuk ikut serta.
Namun, biasanya sebagai bentuk tanggung jawab, anggota keluarganya akan membawa air yang digunakan dalam Siat Yeh untuk dibasuhkan ke tubuh mereka. Sehingga seluruh anggota keluarga dapat melalui tradisi ruwatan ala Bali ini.
ADVERTISEMENT
Seru banget, ya. Tertarik datang dan melihat sendiri keseruan perang air ini?