Potret Kehidupan Suku Karen, Suku Berleher Panjang di Thailand

3 Februari 2018 7:30 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wanita suku Karen, Thailand. (Foto: Instagram @bikinghobo)
zoom-in-whitePerbesar
Wanita suku Karen, Thailand. (Foto: Instagram @bikinghobo)
ADVERTISEMENT
Thailand menjadi salah satu negara yang tak ada habisnya untuk dibahas. Terlebih lagi, mereka dapat mengemas pariwisatanya dengan baik.
ADVERTISEMENT
Tak hanya terkenal dengan candi yang megah nan eksotik atau street food yang murah dan menguggah selera saja, di balik itu ada hal menarik yang kadang terlewatkan.
Salah satunya adalah melihat keunikan dari Suku Karen. Ya, suku dengan leher panjang ini berada di Thailand, tepatnya bagian utara Thailand.
Jika ingin melihat keunikan suku tersebut, kamu bisa mengunjungi Baan Tong Luang yang berada di Chiang Rai.
Suku Karen bukan asli Thailand, melainkan berasal dari dataran tinggi Tibet. Kemudian pindah ke Myanmar tepatnya di Karen State yang berbatasan langsung dengan Thailand.
Beberapa etnis pindah ke Thailand karena bentrok dengan pemerintah setempat. Suku Karen menganut animisme, tetapi kini sebagian kecil dari mereka menganut agama Kristen.
ADVERTISEMENT
Wanita Suku Karen mewajibkan dirinya untuk memanjangkan leher dengan tumpukan kawat dari kuningan. Wanita Suku Karen menganggap semakin panjang leher mereka, maka akan semakin cantik di mata pria. Jadi, mereka melakukan tradisi ini sejak masih gadis agar lehernya tampak lebih panjang.
Jika bertambah usia maka jumlah kuningan di lehernya pun juga akan bertambah. Wanita Suku Karen juga tak boleh melepas tumpukan kawat yang mereka pakai meski sedang melakukan aktivitas.
Tak hanya leher saja, bahkan kaki dan tangan juga mereka pasang kawat kuningan tersebut. Kalung besi ini dilepas ketika menikah, melahirkan dan meninggal dunia. Atau ketika akan dibersihkan.
Kalung besi ini juga digunakan agar terhindar dari serangan binatang buas. Dahulu Suku Karen hidup di pedalaman sehingga tak heran jika mereka sewaktu-waktu bisa bertemu dengan hewan-hewan buas.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu saja, mereka juga dapat membuat kerajinan tenun hingga ukiran kayu. Tenun yang mereka buat biasanya untuk dipakai sebagai selimut, pakaian, topi hingga kaus kaki. Keahlian menenun itu diwariskan secara turun-temurun.