Serunya Naik Jeep Keliling Kota Malang Sambil Wisata Sejarah ke Kampung Abad 13

18 Mei 2023 8:45 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Serunya keliling kota Malang naik jeep. Foto: Ciliwungcamp Nusantara
zoom-in-whitePerbesar
Serunya keliling kota Malang naik jeep. Foto: Ciliwungcamp Nusantara
ADVERTISEMENT
Enggak hanya dikenal dengan panorama gunungnya seperti Gunung Bromo, Malang juga punya segudang atraksi wisata yang menarik dijajal. Mau liburan sambil mencoba hal baru? Kamu bisa mengelilingi Kota Apel sambil mengunjungi salah satu kampung bersejarah, seperti yang kumparan lakukan baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
Lewat undangan familiarization trip (famtrip) Parador Hotel and Resort “The Beauty of Magelang and Malang” beberapa waktu lalu, kumparan berkesempatan untuk menikmati salah satu tur di kota Malang sambil ber-jeep ria.
Serunya keliling kota Malang naik jeep. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Meski jam menujukkan sekitar pukul 07.00 WIB, kumparan sudah bergegas menuju area lobby hotel untuk mengikuti briefing atau arahan dari Alaps, selaku tur operator Malang Jeep Tour, sekaligus Kepala Operasional Ciliwungcamp Nusantara. Menurut Alaps saat mengelilingi Kota Malang, kami juga akan diajak menyambangi beberapa spot-spot bersejarah yang ada di Kota Malang.
"Kita akan menuju kawasan heritage-nya kota Malang. View-view atau venue-nya kita akan menuju Ijen, kawasan yang dulunya sebagai rumah-rumah kaum elite-nya Malang. Kemudian kita akan ke Simpang Balap yang ada tugu pahlawannya, dan kita ke alun-alun kota Malang. Kemudian kita akan menuju ke kawasan Kampoeng Heritage Kajoetangan," ujar Alaps.
Serunya keliling kota Malang naik jeep. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Sebelum itu, Alaps juga memberi tahu kapasitas jeep yang akan kami gunakan. Adapun, satu jeep maksimal diisi empat sampai lima orang untuk setiap kelompoknya. Setelah terbagi ke dalam kelompok-kelompok kecil, kami pun akhirnya dipersilakan untuk naik ke dalam jeep.
ADVERTISEMENT
Mobil jeep berkelir merah jadi pilihan kumparan untuk menjelajah kota Malang. Setelah seluruh peserta masuk ke dalam jeep masing-masing, perjalanan kami pun akhirnya dimulai dari Hotel Atria Malang.
Karena saat itu kami masih berada di jam-jam sibuk, weekday, jeep kami sedikit kena macet di ruas Jalan Letjend S. Parman yang berada tidak jauh dari hotel. Menurut penuturan sopir jeep kami, Febrian, macet ini hanya bersifat sementara, karena adanya beberapa lampu merah.
"Di depan sana ada beberapa lampu merah sehingga banyak kendaraan yang harus antre," katanya.
Benar saja, setelah lampu merah kami lewati, jeep kami langsung melesat memecah keramaian jalan kala itu.

Kawasan Heritage Ijen Boulevard

Serunya keliling kota Malang naik jeep. Foto: Ciliwungcamp Nusantara
Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, kumparan akhirnya tiba di pemberhentian atau check point pertama, yaitu kawasan Ijen Boulevard. Menurut salah satu peserta yang satu jeep dengan kumparan, kawasan ini mengingatkan kami akan kawasan Pondok Indah, dengan rumah-rumah elite di setiap kanan-kirinya.
ADVERTISEMENT
Hanya saja perbedaannya, Ijen Boulevard merupakan salah satu tempat bersejarah yang ada di Malang. Mengutip laman Malangkota.go.id, Ijen dulunya adalah kawasan elite yang menjadi tempat tinggal orang-orang pemerintahan era kolonial.
Enggak heran kalau di sini kamu bisa menemukan banyak rumah elite dengan arsitektur khas zaman dulu. Menariknya, rumah-rumah ini ternyata saat ini ditinggali oleh para pemiliknya, yaitu warga Kota Malang itu sendiri.
Mereka diperbolehkan tinggal atau membeli rumah tersebut, hanya saja mereka tidak boleh mengubah fungsi bangunannya.
Serunya keliling kota Malang naik jeep. Foto: Ciliwungcamp Nusantara
Dari kawasan Ijen Boulevard, kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Simpang Balapan, salah satu bundaran ikonik yang ada di Kota Malang. Di sini kamu hanya akan menemukan sebuah bundaran dengan taman-taman kota yang ada di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Karena tidak ada pemberhentian, mobil jeep kami akhirnya melanjutkan perjalanan ke spot berikutnya. Dari Simpang Balapan, kumparan melanjutkan perjalanan ke Alun-Alun Kota Malang.
Di sini kamu bisa menemukan beberapa bangunan pemerintahan Kota Malang, seperti kantor Bupati Malang. Enggak hanya itu, ada juga taman terbuka hijau yang ditujukan bagi masyarakat yang ingin bersantai atau beristirahat di akhir pekan.
Masih berada di kawasan alun-alun, di sini kamu juga bisa menemukan bangunan-bangunan bersejarah yang masih dipertahankan sampai sekarang.
Setelah mengelilingi alun-alun kota Malang, sampailah kumparan pada checkpoint terakhir, yaitu Kampung Heritage Kajoetangan.

Kampung yang Sudah Ada Sejak Abad ke-13

Kampoeng Heritage Kajoetangan di Malang yang dibangun sekitar abad ke-13. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Pertama kali memasuki tempat ini, kumparan seakan teringat dengan kawasan Kota Tua ataupun Braga. Sebab, enggak berbeda jauh, di sini kamu bisa menemukan banyak sekali bangunan-bangunan bersejarah.
ADVERTISEMENT
Hanya saja yang unik, di Kampoeng Heritage Kajoetangan, kehidupan masyarakat dulu dan sekarang hidup saling berdampingan. Sebab, mereka yang menjadi keturunan dari para orang tua masih tinggal di sini.
Menurut Epic, guide yang menemani perjalanan kami, keunikan dari Kampoeng Heritage Kajoetangan memang kehidupan masyarakatnya yang saling berdampingan satu sama lain.
"Tidak seperti museum, ini kampung ada penghuninya, ada penduduknya yang membaur juga. Ada sekitar 4 RW, RW 1, RW 2, RW 9, RW 10," ujar Epic, kepada kumparan.
Wisatawan yang sedang memfoto Rumah Jacoeb, salah satu bangunan tua di Kampoeng Heritage Kajoetangan. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Yang menarik menurut Epic adalah keberadaan Kampung Heritage Kajoetangan yang ternyata sudah ada sejak lama. Bahkan, menurutnya, orang yang mengembangkan kampung ini masih ada kaitannya dengan Pangeran Diponegoro, pahlawan nasional Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Kampung ini mulai sekitar abad ke-13, sudah ada kampung ini. Ada yang buka kampung ini. Ketika anak buahnya Pangeran Diponegoro yang ditangkap, itu yang mengembangkan wilayah sini. Itu ada Makam Mbah Nggo (Honggo), penasihat bupati pertama Malang," lanjutnya.
Salah satu bangunan bersejarah di Kampoeng Heritage Kajoetangan Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Lebih lanjut, Epik mengatakan bahwa sejarah kampung ini juga bisa ditelusuri dari Prasasti Singosari. Kata dia, nama kampungini sudah tertulis sejak abad ke-13.
Adapun, pertama-tama kumparan diajak mengunjungi Gallery Abbas Akup yang dulunya adalah sutradara.
"Itu film Inem Pelayan Seksi sutradaranya dulu tinggalnya di sini. Dulu Abbas Akup yang tinggal di sini, sekarang anaknya yang ," kata Epic, sembari menunjuk pamflet film tua yang ada di galeri.
Selain benda-benda koleksi sang sutradara, di sini kamu juga bisa menemukan kendaraan antik, seperti vespa keluaran tahun 1970-an.
ADVERTISEMENT
Dari Gallery Nya' Abbas Akup, kumparan kemudian melanjutkan perjalanan ke sebuah rumah yang tak kalah tua. Ialah Rumah Jacoeb, yang ternyata sudah dibangun sejak tahun 1920-an.
Rumah foto, salah satu tempat bersejarah di Kampoeng Heritage Kajoetangan. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Salah satu hal menarik dari rumah ini adalah bagian temboknya yang didesain tak seperti rumah-rumah kebanyakan.
"Rumah ini dibangun 1920. Ini adalah 'buk', untuk menerima tamu di luar. Makanya ini didesain seperti meja, kursi. Jadi, kalau mereka malas menerima tamu di dalam, mereka bisa menerima tamu di luar, ini ada mejanya, kursinya," katanya.
Dari Rumah Jacoeb, kumparan kemudian melanjutkan perjalanan ke Kafe Yowis. Sesuai namanya, kafe ini ternyata dulunya pernah jadi lokasi syuting film Yo Wis Ben yang diperankan oleh Joshua Suherman sebagai Doni, hingga Cut Meyriska sebagai Susan.
ADVERTISEMENT
Selain menyajikan makanan atau minuman bagi wisatawan, kamu juga bisa membeli barang-barang antik yang dipajang di sana.
Beberapa barang yang ditawarkan di antaranya lukisan, mesin jahit, radio, mesin ketik, kursi kayu, hingga hiasan unik lainnya.

Rumah yang Koleksi Beragam Kamera

Rumah Jacoeb yang dibangun tahun 1920. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Menariknya, di akhir perjalanan kumparan juga berkesempatan menyambangi Studio A E O Photo. Bagi kamu pecinta fotografi atau kamera, wajib menyambangi tempat ini karena akan menemukan berbagai jenis kamera mulai dari yang paling jadul hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Pemiliknya, Iing, mengatakan bahwa kecintaannya dengan kamera membuatnya mampu menghadirkan sebuah atraksi wisata baru bagi wisatawan.
"Awalnya itu adalah properti dan barang-barang. Lama-lama jadi spot wisata bagi penikmat nostalgia," ungkapnya.
Gallery Nyak Abas Akup. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Hobinya mengumpulkan kamera dimulai sekitar tahun 1990-an, dari yang hanya beberapa kamera atau puluhan kamera saja, kini Iing mengaku telah memiliki ratusan berbagai jenis kamera. Menariknya, enggak hanya sebagai pajangan, ia juga menjual kameranya kepada para wisatawan ataupun kolektor yang menyukai barang-barang lama.
ADVERTISEMENT
"Saya mulai tahun 1990 koleksinya, ada banyak. Ini juga kolekdol atau 'koleksi, payu, di-dol' (koleksi, laku, dijual). Yang dijual kisaran Rp 100 ribu, relatif lah. Kalau yang Rp 100 ribu itu kelas-kelas pocket atau kamera saku," kata Iing.
Selain rumah yang koleksi beragam kamera, kamu juga bisa menyambangi bangunan bersejarah lainnya, seperti rumah STMJ, rumah jamu, hingga toko es oen yang berada tidak jauh dari sana.
Wisatawan yang sedang menyambangi Kampoeng Heritage Kajoetangan. Foto: Gitario Vista Inasis/kumparan
Untuk mengunjungi tempat ini, kamu hanya perlu merogoh kocek Rp 5 ribu bagi orang dewasa, sedangkan anak-anak bebas biaya alias gratis. Selain tiket masuk, kamu juga hanya perlu membayar jasa guide sebesar Rp 50 ribu.
Sedangkan bagi yang mengikuti paket tur Mojito dari Hotel Atria Malang atau Ciliwungcamp Nusantara, kamu tak perlu membayar lagi tiket masuk wisatanya.
ADVERTISEMENT
Adapun, untuk harga paket trip naik jeep dibanderol sebesar Rp 195 ribu per 1 orang untuk paket long trip atau Majito Heritage. Sedangkan untuk Majito yang biasa atau tidak eksplorasi kawasan bersejarah, kamu hanya dikenakan tarif sekitar Rp 150 ribu per orangnya.
Bagaimana, tertarik juga eksplorasi Malang seperti yang dilakukan kumparan?