Tak Pakai Semen, Nasi Ketan Rupanya Jadi Rahasia Kekokohan Tembok Besar China

22 April 2020 13:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah turis mengenakan masker saat mengunjungi Tembok Besar China di Badaling, Beijing, China, Selasa (24/3/2020). Foto: REUTERS/Thomas Peter
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah turis mengenakan masker saat mengunjungi Tembok Besar China di Badaling, Beijing, China, Selasa (24/3/2020). Foto: REUTERS/Thomas Peter
ADVERTISEMENT
Dibangun pada abad ke-7, Tembok Besar China didirikan pada masa Dinasti Zhou di sebuah negara hegemon yang dikenal sebagai Chu. Tembok legendaris ini dibangun selama 2.500 tahun oleh berbagai dinasti yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Dulunya, Tembok Besar China dibangun sebagai benteng, untuk mempertahankan diri dari invasi musuh dan melindungi jalur sutra. Ribuan orang tewas dalam pembangunannya.
Salah satu bagian yang masih bertahan hingga saat ini berasal dari Dinasti Ming (1368-1644). Kawasan ini memiliki panjang sekitar 5.500 mil atau sekitar 8.851 km. Sementara ukuran aslinya mencapai 21, 19 juta meter.
Tembok Besar China, China Foto: dok : Pixabay
Enggak heran, Tembok Besar China masuk ke dalam daftar Tujuh Keajaiban Dunia serta Situs Warisan Dunia UNESCO. Menariknya, walau sudah berdiri selama ratusan tahun, Tembok Besar China sangat kokoh.
Bahkan di tepi tiap sambungan batu batanya tidak ada gulma yang tumbuh. Lantas, apa rahasia kekokohannya?
Dilansir Ripleys, rupanya tembok legendaris ini bukan dibuat menggunakan semen selayaknya bangunan di masa kini, melainkan nasi dari beras ketan.
ADVERTISEMENT
Ya, kamu enggak salah baca. Nasi ketan yang menjadi perekat antara batu bata untuk pembuatan Tembok Besar China merupakan salah satu inovasi teknologi terbesar di zaman Dinasti Ming.
Tembok Besar China. Foto: Pixabay
Mortar tersebut dibuat dari campuran tepung ketan dan jeruk nipis. Menurut peneliti China, ini adalah mortar komposit pertama dalam sejarah yang mencampurkan bahan organik dan anorganik.
Enggak cuma di Tembok Besar China saja, para arsitek dan insinyur dari Dinasti Ming juga menggunakan resep yang sama untuk membuat mortar di berbagai bangunan penting lainnya. Misalnya di pagoda, makam, dan tembok kota.
Menariknya, struktur bangunan yang direkatkan dengan nasi ketan ini tahan terhadap bencana alam, termasuk gempa bumi. Struktur ini membuktikan bahwa mortar dari ketan lebih kuat dan bertahan lebih lama, ketimbang yang terbuat dari kapur murni.
Tembok Besar China. Foto: Pixabay
Tim peneliti dari Universitas Zhejiang, Bingjian Zhand, Ph.D. yang menyelidiki komposisi kimia dari mortar era Ming itu menemukan, bahwa nasi mengandung suatu jenis karbohidrat kompleks bernama amilopektin.
ADVERTISEMENT
Ketika bercampur dengan campuran mortar lainnya, amilopektin akan mengontrol pertumbuhan kristal kalsium karbonat, sehingga campurannya jadi lebih rapat. Campuran ini juga tahan air dan memiliki penyusutan yang lebih kecil, sehingga dapat mempertahankan bentuk bangunannya.
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman saat berkunjung ke Tembok Besar China di Beijing, China. Foto: Bandar Algaloud/Courtesy of Saudi Royal Court/Handout via REUTERS
Kelebihan lainnya adalah seiring waktu, reaksi kimia kunci dalam mortar jenis ini akan membuatnya semakin kuat. Masih ada kelebihan lainnya, mortar dari beras ketan juga dianggap memiliki stabilitas dan kompatibilitas fisik yang lebih baik secara keseluruhan.
Faktor-faktor ini yang membuat Zhang makin percaya untuk 'menghidupkan' kembali resep mortar dari ketan untuk pemulihan dan pelestarian bangunan bersejarah. Apalagi 'ramuan' ini dianggap sebagai alternatif yang layak dan lebih otentik.
Salah satu buktinya adalah Jembatan Shoucang di China Timur yang telah berusia 800 tahun. Dengan menggunakan semen dari nasi ketan ini, jembatan tersebut dapat dipulihkan.
ADVERTISEMENT
Wah, keren banget, ya.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
****
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.