Tempat Wisata Disebut Overtourism Saat Libur Nataru, Ini Kata Kemenparekraf

30 Desember 2023 13:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga menikmati keindahan alam wisata kebun teh, Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (14/5).
 Foto: Yulius Satria Wijaya/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Warga menikmati keindahan alam wisata kebun teh, Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (14/5). Foto: Yulius Satria Wijaya/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) banyak dimanfaatkan wisatawan Indonesia untuk berlibur sejenak, dan menjauh dari hiruk pikuk perkotaan. Maka tak jarang, ketika libur sekolah yang dibarengi dengan momen Nataru tiba, banyak tempat wisata yang dipenuhi wisatawan.
ADVERTISEMENT
Contohnya saja kawasan Lembang, Puncak, Bromo, hingga tempat-tempat wisata di daerah Sumatera. Bahkan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat berencana untuk memberikan alternatif tempat wisata lain, karena kawasan Puncak yang disebut sudah overtourism, karena membludaknya wisatawan.
Hal ini pun turut dialami oleh salah satu wisatawan, Tika. Ia bercerita bahwa minggu lalu, Tika bersama keluarganya pergi ke Puncak untuk berlibur.
Foto udara kepadatan kendaraan di pintu keluar gerbang Tol Ciawi menuju kawasan wisata Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Dirinya sengaja memilih hari Minggu untuk ke Puncak, karena berpikir wisatawan sudah banyak yang kembali ke rumah. Namun, perkiraannya salah, ia justru harus terjebak macet dari mulai pintu keluar tol, dan membutuhkan waktu berjam-jam untuk sampai ke kawasan Puncak atas.
"Saya sengaja memilih hari Minggu ke Puncak, karena saya kira orang-orang sudah balik ke rumah, sebab Senin harus bekerja. Ternyata pikiran saya salah. Saya terjebak macet dari bawah, dan peru waktu tiga jam untuk sampai puncak atas, benar-benar padat," cerita Tika, kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Banyaknya wisatawan yang memenuhi tempat wisata di kawasan Puncak, Bogor, Bali, Yogya, hingga Bromo pun bukan tanpa alasan. Pengamat pariwisata sekaligus akademisi Universitas Udayana Bali, Nyoman Sukma Arida, mengatakan bahwa overtourism terjadi karena adanya efek media sosial.
"Overtourism terjadi menurut saya, karena efek media sosial. Jadi, destinasi atau objek wisata di-posting di media sosial, yang lain tertarik, terus datang ke sana. Jadi itu satu hal yang tidak bisa dikontrol," kata Nyoman, kepada kumparan.
Wisatawan menikmati suasana Pantai Perancak, Badung, Bali. Foto: Nyoman Hendra Wibowo/Antara Foto
Tak hanya itu, terbatasnya tempat wisata yang menarik juga menjadi alasan mengapa wisatawan akhirnya membludak ke tempat yang itu-itu saja. Seperti Puncak, Nyoman mengungkapkan bahwa hal tersebut terjadi, karena wisatawan tidak punya pilihan lain dalam berwisata.
"Daerah Puncak sudah overtourism karena dia dekat dengan tempat wisata dan masyarakat tidak punya pilihan lagi, sehingga mau tidak mau harus ke sana. Dan juga karena posisi Puncak dengan Jakarta, jadi tidak punya pilihan, orang Jakarta wisatanya ke Puncak," tutur Nyoman.
ADVERTISEMENT
"Kalau di Bali mungkin bisa disebutkan saat ini yang mulai mengalami overtourism itu mungkin daerah Kintamani, karena kan di sana booking-an selalu full setiap akhir pekan dan kita harus booking dua bulan atau tiga bulan sebelumnya," tambahnya
Oleh karena itu, menurut Nyoman, pemerintah harusnya mengembangkan satu atau dua objek wisata lainnya yang strategis, agar wisatawan bisa memiliki pilihan.
"Pemerintah mestinya apa ya, setidaknya tidak hanya mengembang satu atau dua objek wisata, tetapi beberapa objek wisata, sehingga masyarakat punya pilihan untuk berwisata, tidak hanya numplek di satu tempat saja," terangnya.
Pengunjung saling bercengkrama dengan latar savana Gunung Bromo di Bukit Teletubbies, Probolinggo, Jawa Timur, Senin (16/10/2023). Foto: Muhammad Mada/ANTARA FOTO
Menanggapi hal tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), lewat Biro Komunikasi Kemenparekraf mengatakan bahwa mereka mengimbau Pemprov dan Pemkot terkait untuk bersama stakeholder pariwisata, agar melakukan upaya agar wisatawan tidak hanya terfokus di satu tempat.
ADVERTISEMENT
"Upaya mendorong agar wisatawan tidak terkonsentrasi di satu tempat destinasi wisata favorit, tapi menyebar ke destinasi lainnya di sekitarnya perlu dilakukan dengan melibatkan semua instansi terkait dan stakeholder pentahelix pariwisata," katanya .
Nantinya, Kemenparekraf juga akan terus memantau daerah tujuan wisata yang berpotensi mengalami lonjakan kunjungan wisatawan, khususnya menjelang pergantian tahun dan berpotensi terjadi overtourism.
"Kemenparekraf mendorong pemda dan pengelola destinasi wisata memperbanyak petugas di tempat wisata, bila terjadi lonjakan pengunjung. Selain itu, menerapkan kapasitas maksimal, agar pengunjung dapat menikmati berwisata bersama keluarga dengan aman, nyaman, dan menyenangkan," pungkasnya.