Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Nama Chiang Mai bagi wisatawan dari Indonesia mungkin saja tidak sefamiliar Bangkok, Phuket atau Pattaya. Tapi, percaya atau tidak, kota di Thailand ini memiliki pesona yang menarik bagi para pengunjungnya, termasuk saya, saat berkunjung untuk melihat Festival Loy Khratong beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Jauh dari kata ramai dan berisik, kehidupan di Chiang Mai berjalan santai dan tak terburu-buru. Cuacanya sangat berbeda dengan Bangkok yang cenderung panas dan bikin gerah. Chiang Mai menghadirkan hawa yang sejuk, kurang lebih mirip dengan Bogor atau Bandung.
Salah satu landmark populer di Chiang Mai yang sempat saya sambangi beberapa kali adalah Tha Pae Gate atau Gerbang Tha Pae. Gerbang yang dibangun dengan bata merah itu berada di alun-alun Kota Chiang Mai dan tak pernah sepi pengunjung.
Gaya bangunannya yang klasik membuat Tha Pae Gate senantiasa jadi buruan wisatawan maupun fotografer dari Thailand maupun mancanegara. Di sekitar tembok gerbang, kamu akan menemukan beberapa warga lokal membawa plastik berisi makanan burung.
ADVERTISEMENT
Salah seorang pria berjongkok sambil memegang ponsel dan mengarahkan gaya pada wisatawan. Sementara pria lainnya memberi makan burung sambil memegang topi sembari menunggu burung merpati berkumpul di sekitar 'model'.
Di belakang mereka terdapat beberapa fotografer yang sudah menunggu dengan setia. Menanti. Telunjuk mereka seakan siap siaga bekerja, menempel di shutter kamera, tanpa ingin diganggu. "Oh, rupanya mereka mau ikut ambil foto," kata saya dalam hati.
Tanpa disuruh, saya pun ikutan tengkurap sambil mengarahkan kamera ke model, berdampingan dengan para fotografer. Setelah burung merpati dianggap sudah cukup berkumpul, pria yang tadinya memberi makan burung, kemudian mengibaskan topinya.
Burung-burung merpati itu pun terbang dan memberikan efek dramatis dalam foto sang wisatawan. Pemandangan ini tak hanya saya lihat satu kali, tetapi beberapa kali di sejumlah titik. Seperti sudah menjadi sebuah kebiasaan.
Namun, yang lebih menarik perhatian adalah gerbang itu sendiri. Menurut cerita penjaga di hostel yang saya tempati, gerbang tersebut tadinya berbentuk persegi dan memiliki pintu masuk di setiap sisinya.
ADVERTISEMENT
Tha Pae Gate dibangun pada abad ke-13, tepatnya pada 1296 oleh Raja Mangrai. Pada masa itu, Chiang Mai masih menjadi Ibu Kota Kerajaan Lanna.
Persis di depannya, kamu akan menemukan parit berukuran besar. Desain tembok dan parit ini berfungsi sebagai benteng selama abad ke-13 hingga abad 18 untuk menghindarkan kawasan sekitarnya dari serbuan Kerajaan Thailand dan Burma (kini lebih dikenal sebagai Myanmar).
Namun, karena adanya invasi yang dilakukan selama berabad-abad dan keusilan penduduk setempat serta wisatawan yang memanjatnya, Tha Pae Gate mulai runtuh sedikit demi sedikit. Kini, yang bisa kamu temukan hanyalah sisa reruntuhannya saja.
Walau tak lagi memiliki bentuk persegi sempurna, tapi Tha Pae Gate tetap mempesona. Buat kamu yang senang berburu foto-foto, gerbang ini memberikan nuansa yang Instagenic bagi para pengunjungnya.
ADVERTISEMENT
Makanya, tak heran, saat kumparan berkunjung ke sana, ada dua orang wanita yang mengenakan pakaian tradisional. Kedua wanita itu bahkan sudah didandani sangat cantik, seperti tengah syuting film.
Mereka berdua bergantian berpose dan saling memotret satu dengan yang lain. Tak lama setelahnya, ada pula pasangan Thailand yang datang lengkap dengan gaun pengantin untuk melakukan pemotretan prewedding.
Tha Pae Gate pernah menjadi sasaran vandalisme. Untungnya, pemerintah cepat bergerak. Sekarang, Tha Pae Gate menjadi landmark wisata dan tentu saja ikon bagi Kota Chiang Mai.
Di sekitarnya kamu akan menemukan banyak hotel, restoran, bar, kafe, thai massage, toko suvenir, minimarket, pasar, dan tentu saja hostel. Hostel yang diinapi kumparan saja saat itu hanya berjarak sekitar 10 menit dengan jalan kaki dari gerbang unik ini.
ADVERTISEMENT
Tha Pae Gate juga memiliki kawasan lapangan yang luas, sehingga sering dijadikan sebagai venue untuk berbagai acara. Mulai dari festival air Songkran pada bulan April, hingga Loy Khratong pada bulan November.
Pada beberapa kesempatan penting lainnya, lapangan Tha Pae Gate juga digunakan untuk acara-acara yang berkaitan dengan pariwisata. Misalnya konser musik, pagelaran budaya, festival, dan tentu saja jadi tempat nongkrong seru setiap malam minggu. Karena tiap Sabtu malam, selalu ada live music yang melantun indah menghibur para pengunjung.
Seru dan menarik sekali, ya. Jangan lupa memasukkan Tha Pae Gate dalam daftar to-do-list kamu saat liburan ke Chiang Mai, ya.