Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Thaipusam, Festival Penebusan Dosa Suku Tamil di India
13 Februari 2018 7:40 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Setiap negara memang memiliki tradisi unik yang menarik untuk ditelusuri. Contohnya saja Indonesia yang memiliki beragam tradisi di setiap daerah, seperti tradisi potong kuku di Papua hingga tradisi gigi runcing di Mentawai.
ADVERTISEMENT
Namun, tak hanya di Indonesia, di negara lain juga nyatanya memiliki tradisi menarik yang patut diperhatikan. Salah satunya adalah Suku Hindu Tamil di India yang juga punya tradisi unik untuk mengenang Dewa Murugan, anak dari Dewa Siwa atas kemenangannya melawan iblis jahat bernama Surapadman.
Dikenal dengan nama Thaipusman, tradisi ini merupakan Festival Hindu yang berkaitan dengan iman, ketekunan, dan penebusan dosa. Dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur dan penghormatan masyarakat Hindu Tamil dari berbagai kasta dan budaya pada Dewa Perang, serta Dewa Murugan.
Menurut kepercayaan Hindu, Dewa Murugan menang dengan menggunakan senjata pemberian ibunya, Dewi Parwati yang disebut Vel. Vel adalah senjata perlambang kelihaian, yang dijadikan objek penyembahan pada Dewa Murugan di kuil-kuil pemujaannya.
ADVERTISEMENT
Thaipusam berasal dari kata Thai yang artinya bulan dan Pusam yang berarti bintang. Festival ini biasanya jatuh pada bulan purnama dan dirayakan di minggu terakhir Januari sampai awal Februari, tergantung keselarasan yang terjadi antara bumi, bulan, dan matahari. Perayaan ini bisa berlangsung selama tiga sampai empat hari.
Kegiatan ini mengkolaborasikan praktik keagamaan dan tindik pada tubuh. Para pemuja biasanya akan berjalan berarakan dari satu kuil ke kuil lainnya dengan tubuh yang tertusuk benda tajam, seperti jarum, besi, hingga kail pancing sebagai perlambang pengorbanan dan penghormatan mereka.
Benda-benda tajam ini dikaitkan menembus kulit para pemuja yang berarak di bagian dada, punggung, wajah, hingga mulut, untuk membopong berat beban Kavadi.
Kavadi dalam festival ini terbagi menjadi empat jenis, yaitu Idumban Kavadi, kavadi berisi ember yang diisi susu dan diikatkan pada sebuah batang yang akan diletakkan di bahu.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Mayil Kavadi, hampir sama dengan Idumban hanya saja dihiasi bulu burung merak. Pal Kavadi, ember besi berisi susu dan dibopong hanya menggunakan satu bahu saja. Terakhir adalah Pushpa Kavadi, ember berisi susu yang diletakkan diatas kepala.
Hal ini dilakukan para pemujanya untuk meminta imbalan atas doa mereka, seperti kesembuhan dari penyakit, penebusan dosa, atau agar permintaannya terkabul.
Partisipan dalam acara ini biasanya membawakan seserahan atau persembahan, seperti bunga melati dan buah yang berwarna kuning atau jingga sambil menggunakan pakaian cerah berwarna senada.
Kuning dan jingga dianggap sebagai warna yang mendominasi,sedangkan susu dianggap sebagai lambang kesuburan. Para wanita akan mengenakan bunga melati di rambutnya, dan anak-anak akan dibotaki dan dibawa berkeliling agar diberkati olah para pemuja tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebelum melakukan festival ini, sebulan sebelumnya para pemuja yang akan membawa Kavadi harus menyucikan dirinya dengan berpuasa, berdoa, mendisiplinkan jasmani dan rohani, tidak melakukan hubungan seksual, dan diet vegetarian.
Hal ini dipercaya akan membuat para pemuja menjadi kebal dan tidak merasakan rasa sakit, ketika tubuhnya ditusuk dengan mata kail atau ditindik, dan tindikan tersebut tidak akan meninggalkan bekas luka. Arak-arakan ini biasanya akan diiringi oleh pemusik dan pemain drum.
Festival ini dirayakan bukan hanya di India, tetapi juga di Malaysia dan Singapura yang memiliki banyak penduduk suku Tamil. Malaysia menjadi negara terbesar yang merayakan festival ini.
Festival Thaipusam yang paling meriah di Malaysia biasanya dilakukan di Batu Caves dengan membawa Kavadi berarakan menaiki 272 anak tangga
ADVERTISEMENT
Yang menakjubkan dari festival ini adalah tidak ada darah yang keluar dari tubuh para pemuja yang ditindik dengan benda-benda tajam, dan bahkan tidak ada bekas luka yang tertinggal setelahnya.
Bagaimana menurutmu?