Tradisi Bertukar Istri, Cara Suku Drokpa Terhindar dari Roh Jahat

20 Juni 2020 8:02 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suku Drokpa  Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Suku Drokpa Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
Di sebuah lembah terpencil di pedalaman wilayah Ladakh, India Utara, hidup sebuah suku yang dikenal sebagai Suku Drokpa. Suku ini diyakini sebagai generasi terakhir dari orang-orang berdarah murni yang tersisa di dunia.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya memiliki darah murni, suku yang terletak di kawasan Sungai Indus di wilayah Jammu dan Kashmir, India Utara, memiliki tradisi unik yang telah dilakukan turun-temurun, yakni betukar istri dengan pasangan lainnya.
Dropka atau dikenal dengan Suku Arya ini dihuni oleh sekitar 3.000 orang. Banyak teori menyebut, Drokpa asalnya adalah sekelompok tentara Aleksander Agung dari Yunani. Namun, ada juga yang menyebut, bahwa mereka memang suku asli yang berasal dari Pegunungan Himalaya.
Suku Drokpa Foto: Shutter stock
Ya, istri. Pria-pria Dropkpa terbiasa berbagi istri dengan saudara-saudara atau kerabat mereka. Cara mereka bertukar istri pun, seperti selayaknya kompetisi. Para istri bakal bersolek atau merias secantik mungkin untuk menarik perhatian suami lain.
Agar mereka terpilih, para suami yang istrinya akan ditukar pun ikut mempromosikan sang istri semenarik mungkin. Acara bertukar istri ini biasanya diadakan di lingkungan Drokpa.
ADVERTISEMENT
Beberapa tokoh sejarah mengatakan bahwa tradisi bertukar istri yang dilakukan penduduk Drokpa merupakan cara mereka untuk bertahan hidup. Meskipun belum ada penjelasan khusus mengenai tradisi tukar istri tersebut, mereka meyakini, bisa jadi bertukar istri adalah untuk terhindar dari roh jahat.
Suku Drokpa Foto: Shutter stock
Namun rupanya, tradisi yang dilakukan suku ini mendapat kritik dari ketua adat setempat, karena dinilai tidak beradab. Sejak berabad-abad, tradisi tukar istri pun sudah dilarang bagi Suku Drokpa. Ditambah, banyak ajaran agama yang melarangnya.
Selain itu, Suku Drokpa juga dikenal karena kebiasaannya berciuman di depan umum. Berbeda dengan suku lainnya yang berada di sekitar wilayah Tibet-Burman, suku ini mempunyai bahasa, budaya, bahkan ciri fisik yang berbeda. Selain itu, gaya berbusana yang atraktif dan tak biasa membuat suku ini menjadi mudah dikenali.
ADVERTISEMENT