Tradisi Menato Wajah, Simbol Kecantikan Suku Chin di Myanmar

21 Maret 2018 17:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wajah wanita Suku Chin (Foto: Flickr / RURO photography)
zoom-in-whitePerbesar
Wajah wanita Suku Chin (Foto: Flickr / RURO photography)
ADVERTISEMENT
Tato kini sedang menjadi tren di kalangan anak muda. Banyak yang berlomba-lomba membuat tato di tubuhnya dengan berbagai motif agar semakin indah dipandang.
ADVERTISEMENT
Biasanya tato dibuat pada bagian tangan, kaki, punggung, perut, bahkan muka. Rasa sakit ketika proses pembuatannya pun luar biasa.
Namun, bagi Suku Chin di Myanmar, mereka membuat tato bukan karena sedang tren, namun karena takut 'diambil' oleh raja. Kala itu, ketika Raja Burma datang ke wilayah tempat tinggal Suku Chin, ia terpesona dengan kecantikan salah satu wanitanya. Lantas sang raja langsung mempersuntingnya untuk dijadikan istri.
Masyarakat yang melihat aksi sang raja ini justru tak suka. Oleh karena itu, orangtua yang memiliki anak perempuan mulai menato wajah anaknya agar tak terlihat kecantikannya dan menghindari perlakuan serupa.
Potret wanita Suku Chin (Foto: Flickr / Ronald Vriesema)
zoom-in-whitePerbesar
Potret wanita Suku Chin (Foto: Flickr / Ronald Vriesema)
Dilansir BBC, ada juga cerita lain yang menyebutkan jika mereka menato wajah sebagai identitas agar tampak berbeda dengan suku lain. Selain itu, Suku Chin percaya jika tato wajah menjadi simbol kecantikan.
ADVERTISEMENT
Bahkan, ada pula yang mengaitkannya dengan agama. Dikabarkan jika sejak masa penjajahan Inggris, banyak masyarakat dari Suku Chin yang memeluk agam Kristen. Dahulu ada seorang pendeta lokal yang mengatakan jika memiliki tato sajalah yang pantas masuk surga.
Wajah wanita Suku Chin (Foto: Wikimedia commons)
zoom-in-whitePerbesar
Wajah wanita Suku Chin (Foto: Wikimedia commons)
Tak jelas secara pasti mengapa wanita Suku Chin menato wajah mereka. Tato-tato yang menghiasi wajah mereka pun memiliki motif yang berbeda.
Di antara enam Suku Chin, semuanya memiliki ciri khas tato yang berbeda. Seperti wanita Muunun yang memiliki tato berbentuk lingkaran "P" atau "D" yang besar di wajah mereka. Serta simbol "Y" di dahi mereka.
Lain halnya dengan wanita M'kaan yang memiliki tato garis di dahi dan juga dagu. Ada pula dari Suku Yin Du dan Dai yang memiliki tato garis vertikal panjang di seluruh wajah, termasuk pada bagian kelopak mata.
ADVERTISEMENT
Dan Suku Uppriu yang paling sulit ditemui. Wanita dari suku ini menato seluruh wajahnya dengan motif berupa bintik-bintik.
Wanita Suku Chin (Foto: Flickr / Gabriele Rodriquez)
zoom-in-whitePerbesar
Wanita Suku Chin (Foto: Flickr / Gabriele Rodriquez)
Namun, kini tradisi yang menyakitkan ini sudah ditinggalkan. Pemerintah setempat sudah melarang para wanita untuk melakukannya.
Mengingat praktik ini sudah dihentikan, tentunya hanya wanita yang sudah berumur saja yang memiliki tato di wajahnya. Sebab, generasi mereka lah yang menjadi generasi terakhir yang memiliki tato di wajah.
Wanita Suku Chin dengan tato (Foto: Flickr / Sai Main)
zoom-in-whitePerbesar
Wanita Suku Chin dengan tato (Foto: Flickr / Sai Main)
Proses pembuatan tato ini sendiri dikerjakan selama satu hari penuh, namun sakit yang dirasa bisa berminggu-minggu. Mereka menggunakan bahan-bahan alami untuk membuat tato, seperti daun, tunas, dan jelaga.
Daun berfungsi memberikan warna, jelaga untuk desinfektan, dan tunas sebagai jarum untuk membuat tato serta pola di wajah. Dahulu wanita berumur 11 hingga 15 tahun yang bisa menato wajahnya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana menurutmu?