Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Tradisi Pengantin di China: Harus Nangis di Pestanya agar Tak Ditertawai Warga
10 Juni 2022 7:03 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Tradisi pernikahan di dunia ini sungguh beragam, ada yang harus melakukan upacara sebelum pernikahan dan masih banyak lagi kebiasaan atau tradisi yang harus dilakukan.
ADVERTISEMENT
Mungkin tradisi di China ini terbilang unik dan membuat bertanya, kenapa hal tersebut harus dilakukan? Sebab, di sana terdapat tradisi di mana pengantin harus menangis di hari pernikahannya. Tradisi ini bahkan sudah ada lama di Provinsi Sichuan, Tiongkok Barat Daya, China.
Dilansir China Daily, tradisi ini sangat populer hingga akhir Dinasti Qing pada tahun 1644-1911. Walaupun sudah tidak sepopuler dulu, namun adat ini masih ditaati oleh masyarakat di banyak tempat, terutama masyarakat Tujia.
Di daerah yang masih menganut adat ini, para orang tua menganggap pengantin harus menangis saat pesta pernikahan. Karena, jika tidak menangis, para tetangga akan menganggap rendah mempelai wanita sebagai gadis yang kurang berbudaya.
Bahkan, mempelai wanita itu akan menjadi bahan tertawaan warga desa. Ada kasus saat mempelai wanita tidak menangis, dia akan dipukuli ibunya karena melakukan hal tersebut di hari pernikahan.
ADVERTISEMENT
Selama periode negara-negara berperang 475-221 SM, seperti yang diungkapkan oleh catatan sejarah, putri Negara Bagian Zhao menikah dengan Negara Bagian Yan untuk menjadi seorang ratu.
Ibunya, pada saat kepergian putrinya, menangis di depan kakinya dan memintanya untuk kembali ke rumah sesegera mungkin. Belakangan, kisah tersebut disinggung sebagai asal mula tradisi ini.
Di Provinsi Sichuan barat, kebiasaan ini disebut "Zuo Tang" atau duduk di aula. Biasanya, pengantin wanita mulai menangis sebulan sebelum hari pernikahan.
Saat malam tiba, pengantin wanita berjalan di dalam aula dan menangis selama sekitar satu jam. 10 hari kemudian, ibunya bergabung dengannya, menangis bersamanya.
10 hari selanjutnya, sang nenek bergabung dengan putri dan ibunya, untuk menangis bersama mereka. Saudari dan bibi dari pengantin wanita, jika dia punya, juga harus ikut menangis.
ADVERTISEMENT
Singkatnya, menangis di pesta pernikahan adalah cara adat untuk memicu kebahagiaan pernikahan melalui kata-kata sedih yang palsu. Namun, dalam perjodohan China zaman dulu, memang cukup banyak pengantin yang menangisi pernikahan mereka yang tidak memuaskan.
Faktanya, mengumpat pada mak comblang dulunya merupakan bagian penting dari tangisan pernikahan, sekaligus bagian yang paling memberontak.
Dalam masyarakat lama, wanita terikat oleh apa yang disebut tiga ketaatan dan empat kebajikan, sehingga tidak memiliki suara dalam pernikahan mereka, yang semuanya diatur oleh mak comblang dan orang tua.
Oleh karena itu, pengantin wanita sering memaki mak comblang sebelum melangkah ke dalam mobil, yang juga dilihat sebagai bentuk ketidakpuasan dan kebencian mereka terhadap sistem perkawinan lama.
ADVERTISEMENT