Tradisi Wari Lama di Brasil: Kepala Suku Makan Otak Mayat demi Kebijaksanaan

9 Maret 2022 7:13 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi suku pedalaman. Foto: Sergey Uryadnikov/shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi suku pedalaman. Foto: Sergey Uryadnikov/shutterstock
ADVERTISEMENT
Dulunya di Suku Wari yang merupakan minoritas di Amerika Serikat, ketika ada orang yang meninggal mereka akan memakannya dengan alasan sebagai ungkapan cinta dan hormat yang paling mulia untuk orang yang sudah meninggal.
ADVERTISEMENT
Wari adalah suku kuno yang berasal dari tahun 600-an di wilayah Amerika Selatan, berbatasan dengan Samudra Pasifik, juga dikenal sebagai Pakaa Nova.
Pada abad ke-19, karena terjadinya peperangan, mereka pindah dan tinggal di lembah Amazon, Brasil, hingga saat ini.
Ilustrasi suku. Foto: Shutterstock
Dilansir Tips Make, Suku Wari memiliki budaya yang unik dengan konsepsi dunianya sendiri. Salah satunya adalah bagaimana mereka mengubur orang yang dikubur, dalam artian akan memakan mayatnya.
Ketika ada orang yang meninggal di suku tersebut, pemakaman akan diselenggarakan menurut ritual yang sangat khidmat, tidak sedih atau berat. Setelah beberapa hari menyelenggarakan ritual peringatan, mereka memulai proses penguburan.

Proses Penguburan di Suku Wari

Nantinya, kepala suku akan menjadi orang yang melakukan upacara dan mengambil mayatnya. Daging dari mayat tersebut akan dibagi kepada semua orang dengan artian untuk berbagi kehilangan dan kekuatan orang yang meninggal tersebut.
ADVERTISEMENT
Kepala suku akan memakan bagian otak untuk menerima kebijaksanaan orang yang meninggal tersebut. Yang paling dekat seperti seorang istri, akan memakan hati untuk merasakan cinta yang akan tetap ada di tubuhnya.
Saat melakukan ritual, mereka melakukannya dengan hati-hati menggunakan tusuk sate dan sisanya, seperti tulang dan rambut akan dikremasi, lalu prosesi tersebut berakhir.

Mengapa Suku Wari Memiliki Tata Cara Penguburan yang Mengerikan?

Ilustrasi suku. Foto: Anton_Ivanov/Shutterstock
Praktik ini adalah budaya orang Wari untuk mengungkapkan rasa hormat kepada orang yang sudah meninggal.
Mungkin ritual ini terdengar menakutkan dan tidak dapat diterima. Namun bagi masyarakat Wari, ritual ini penting karena membawa banyak makna khusus bagi orang meninggal maupun kerabat yang masih hidup.
Pertama-tama, bagi orang Wari untuk membawa mayat ke tanah berarti membiarkannya dalam keadaan basah, kotor, dingin, dan itu adalah bakti.
Ilustrasi suku. Foto: Milton Rodriguez/Shutterstock
Kedua, mereka percaya bahwa jiwa manusia berkuasa di dalam tubuh. Agar jiwa yang mati dibebaskan dan pergi ke kehidupan baru, tubuh lama harus hilang. Sedangkan makan daging bertujuan untuk mempertahankan kualitas dan kebijaksanaan yang paling elite dari orang meninggal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, bagi masyarakat Wari, ritual kanibalisme ini membantu anak dan cucu untuk menjaga citra orang yang mereka cintai selamanya dan lepas dari ingatan.
Seiring dengan memakan daging mayat, segala sesuatu yang berhubungan dengan orang yang meninggal, seperti rumah dan perabotan ikut dibakar habis, sehingga jiwa tidak mengingat jasad dan benda-bendanya lagi.
Ilustrasi Suku Terasing Foto: Shutter Stock
Namun, sekitar tahun 1960-an, masyarakat Wari terpaksa menghentikan praktik ini karena dilarang oleh pemerintah.
Para tetua di suku tersebut sering bernostalgia dengan kebiasaan lama, dan mengeklaim bahwa itu lebih baik, lebih penuh kasih sayang, danlebih nyaman bagi orang yang sudah meninggal.
Kini seperti seluruh dunia pada umumnya, jika ada orang yang meninggal di Suku Wari, maka akan dilakukan pemakaman sebagaimana mestinya.
ADVERTISEMENT