Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Turf House: Rumah Rumput Islandia Warisan Nasional dan Nenek Moyang
1 Januari 2023 8:03 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Bertahan hidup abad ke-9 masehi untuk orang Norse yang menetap di Islandia adalah hal yang cukup sulit. Bagaimana tidak, di sana memiliki suhu di bawah nol dan salju tebal menutupi bahkan di dataran rendah sepanjang tahun.
ADVERTISEMENT
Namun, ketika para pelaut Norse pertama kali melihat Islandia, dulunya kira-kira 30 persen pulau ini masih dipenuhi hutan. Hal ini disebabkan cakupan yang rendah dibandingkan dengan tempat lain di Skandinavia saat itu.
Dengan kayu yang terbatas, bahan untuk membangun rumah sulit didapat, apalagi batuan basal pulau ini saat itu sulit untuk dicari.
Akhirnya, mereka membangun tempat tinggal bernama torfbæir atau Turf house yang berarti rumah rumput. Rumah ini digunakan untuk berlindung sejak zaman pemukim Nordik pertama hingga akhir abad ke-20.
Dilansir BBC, tempat tinggal ini dibangun di sekitar kerangka kayu dasar, dengan menggunakan balok-balok yang dipotong dari rumput dan tanah setebal 1 meter.
Setelah itu disusun di atas lapisan dasar batu dan dikemas untuk membentuk dinding dan atap struktur. Meskipun itu terbilang kuno, namun hingga saat ini rumah tersebut masih bisa ditemui di Islandia.
ADVERTISEMENT
Biasanya Turf house yang terbuka untuk umum berada di Glaumbær di barat laut, Laufás di utara, dan Keldur di selatan.
Turf house di Glaumbær Farm & Museum di fyord utara Skagafjordur, Islandia, dibangun selama abad ke-18 dan ke-19, serta digunakan sebagai rumah pendeta hingga rumah pertanian.
Glaumbær adalah kumpulan bangunan rumput yang paling luas dan utuh di Islandia. Ke-13 bangunan di kompleks utama itu berdempetan seperti perumahan bertingkat rumput, dinding satu bangunan bersentuhan dengan bangunan berikutnya.
Ada barisan depan yang terdiri dari enam bangunan, masing-masing menampilkan fasad kayu sempit bercat kuning dan putih, dan sebuah lorong yang menghubungkan tujuh bangunan yang tersisa mengarah ke tempat tinggal di belakang kompleks.
ADVERTISEMENT
Seorang pembangun rumah rumput yang berspesialisasi dalam memulihkan bangunan rumput tua, Helgi Sigurdson, mengatakan mereka tidak punya peninggalan nenek moyang selain rumput.
"Rumput adalah satu-satunya yang berdiri di antara nenek moyang kita dan binasa. Itu juga yang diketahui para pemukim: mereka datang dari tempat yang sudah terbiasa membangun dengan bahan ini," kata Helgi Sigurdson.
Dia menjelaskan bahwa ada sejarah membangun tempat tinggal rumput di garis lintang yang sama dengan Islandia terutama di permukiman Sámi Norwegia utara, di Kepulauan Faroe, di Greenland, dan Newfoundland.
"Rumah rumput yang terakhir diketahui sebagai rumah di sini adalah tahun 1992, dan banyak yang masih digunakan sebagai bangunan luar pertanian, jadi bangunan ini adalah bagian dari memori kolektif kita baru-baru ini," ujar Direktur Museum, Berglind Thorsteinsdottir.
ADVERTISEMENT
Torfbæir menawarkan wawasan sejarah yang unik tentang teknik pembangunan rumah rumput dan kondisi kehidupan penghuninya.
Konon, banyak tempat tinggal rumput di seluruh Islandia telah dimodifikasi. Di mana tidak perlu mempertahankannya sebagai bagian dari tempat tinggal, pihak berwenang membangun kembali beberapa untuk tujuan pariwisata.
"Mereka cukup mudah untuk direstorasi secara salah, tetapi lebih sulit dilakukan dengan akurasi sejarah," ungkap Sigurdson.
Setiap struktur di kompleks bangunan rumput dibangun secara individual dan ditempatkan berdampingan, sehingga memangkas biaya dengan berbagi dinding dan meningkatkan kehangatan struktur terdalam.
Struktur terdalam ini akan menampung tempat tinggal. Terjemahan Islandia dari tempat tinggal, baðstofa atau "kompor mandi", mengungkapkan apa fungsi utama dari kamar-kamar ini untuk memberikan kehangatan.
ADVERTISEMENT
Dari abad ke-9 hingga ke-18, tempat tinggal ini tidak memiliki pemanas tambahan selain panas tubuh manusia atau hewan. Mereka tidak membutuhkannya, karena rerumputan dan tanah memberikan isolasi dari hawa dingin.
Sekitar awal abad ke-20, para dermawan turun tangan, mengeluhkan ketidakpraktisan dan kondisi rumah rumput yang tidak menyenangkan. Kayu, batu, dan kemudian beton, yang lebih mudah tersedia sejak pertengahan abad ke-19 dan seterusnya seiring meningkatnya perdagangan luar negeri, menjadi lebih umum digunakan untuk konstruksi.
Namun, butuh waktu bagi rumah modern untuk menggantikan rumput. Banyak orang, yang pindah dari torfbæir ke bangunan baru dan sebenarnya mulai mengeluhkan hawa dingin yang mereka rasakan.
Seorang arsitek Islandia, Hjörleifur Stefánsson, mengatakan rumah rumput di Islandia sangat penting. Selain untuk estetika itu juga merupakan warisan nasional.
ADVERTISEMENT