Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
ADVERTISEMENT
Kecanggihan smartphone ternyata tak serta merta membuat orang mengandalkannya sebagai alat komunikasi. Banyak orang lebih memilih alat komunikasi tradisional ketimbang komunikasi dengan perangkat gadget. Hal ini seperti yang dilakukan oleh warga salah satu desa di Turki .
ADVERTISEMENT
Sekelompok penduduk di Desa Kuskoy yang terletak di pegunungan di atas pantai Laut Hitam Turki, masih berkomunikasi dengan cara bersiul seperti burung. Bentuk komunikasi ini dimulai sejak 500 tahun lalu, saat zaman Kekaisaran Ottoman, yang tersebar luas di seluruh wilayah Laut Hitam.
Dilansir XinhuaNet, letak desa Kuskoy yang berada di pegunungan dan jarak antara satu rumah dengan rumah lain lumayan jauh. Karena itulah, mereka harus memiliki cara berkomunikasi yang efektif karena bila sudah malam hari tidak memungkinkan untuk mereka saling berkunjung ke rumah satu sama lain.
Namun, sekitar 50 tahun yang lalu bahasa yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Kuskoy ini mulai terkikis oleh perkembangan teknologi yang masuk ke wilayah tersebut. Adanya sistem seluler membuat warisan budaya tersebut di bawah ancaman serius.
ADVERTISEMENT
Teknologi membuat komunikasi bahasa burung digantikan oleh pesan teks yang lebih mudah dijamah oleh penduduk desa Kuskoy. Setelah berabad-abad, bahasa yang diturunkan oleh nenek moyang itu tidak lagi digunakan.
Kepala desa Kuskoy, Muhtar Kocek, mengatakan bahwa Telepon seluler memiliki dampak tertentu pada tradisi bersiul di Desa kuskoy. Ia pun mengungkapkan 80 persen warga Kuskoy sampai saat ini masih berusaha mempertahankan budaya tersebut tetap hidup, dengan memperkenalkannya dengan keturunan mereka.
Kini, bahasa burung yang digunakan oleh penduduk Desa Kuskoy telah masuk ke daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Pada 2017, Badan Budaya PBB telah menerima bahasa burung penduduk desa Laut Hitam sebagai bagian dari warisan dunia yang terancam punah yang membutuhkan perlindungan.
ADVERTISEMENT
"Kami sangat puas bahwa bahasa burung kami sekarang menjadi bagian dari warisan budaya dunia, itu adalah mimpi yang menjadi kenyataan karena kami pikir itu juga akan menginspirasi orang lain," kata Muhtar Kocek.
Tidak hanya itu, sejak adanya listrik, warga tak takut lagi berjalan malam hari atau berkumpul bila ada kepentingan. Remaja di Kuskoy lebih banyak yang meninggalkan desa.
Agar bahasa siulan burung ini tak punah, setiap tahun diadakan Festival Kuskoy. Festival ini acaranya adalah berkomunikasi dengan bahasa siulan burung.
"Sejak 20 tahun yang lalu kami menyelenggarakan festival pada bulan Juli di desa kami dan itu telah menjadi daya tarik wisata nyata dengan ratusan orang hadir dari bagian-bagian ini dan juga dari berbagai daerah di Turki ," ujar Kocek.
ADVERTISEMENT
Festival unik ini menarik banyak perhatian dan diikuti oleh setidaknya 2000 orang setiap tahun. Ternyata dalam hati setiap warga Kuskoy, merindukan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa unik ini.
---------------------------------------------------------------------------
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona )
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!