Uniknya Neft Daslari, Kota Apung Sekaligus Kilang Minyak Tertua di Dunia

16 April 2020 7:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Neft Daslari, kota di atas kilang minyak di Azerbaijan Foto: Dok. Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Neft Daslari, kota di atas kilang minyak di Azerbaijan Foto: Dok. Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Di tengah Laut Kaspia, tepatnya 55 kilometer dari bibir pantai Azerbaijan, berdiri sebuah kota apung yang tak biasa.
ADVERTISEMENT
Bernama Neft Daslari, kota ini tak seperti kota umumnya. Sebab, seluruh bangunannya berada di atas pulau buatan yang sekaligus menjadi kilang minyak terbesar di Azerbaijan.
Bahkan, menurut Guiness Book of World Records, Neft Daslari atau yang dikenal dengan Oil Rocks merupakan kota di atas kilang minyak tertua yang ada di dunia.
Hal tersebut tak lepas dari Azerbaijan yang selama ini memang dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya minyak. Bahkan pada awal abad ke-3 dan ke-4, ditemukan fakta bahwa di sana sudah terdapat pengeboran minyak bumi dan perdagangan sumber daya alam tersebut.
Dilansir Amusing Planet, pengeboran modern dimulai sekitar tahun 1870, setelah Rusia menaklukkan wilayah itu. Pada awal Perang Dunia I, sumur minyak Azerbaijan sudah memasok 175 juta barel minyak per tahun atau sekitar 75 persen dari produksi minyak di seluruh negara itu.
ADVERTISEMENT
Setelah perang berakhir, seorang insinyur Uni Soviet menemukan minyak yang lebih berkualitas di sekitar Laut Kaspia yang terletak di kedalaman 1.100 meter. Tak lama setelahnya, platform minyak di lepas pantai pertama di dunia dibangun dan Neft Daslari pun tercipta.
Selain jadi kilang minyak terbesar, kota ini memiliki fondasi yang terbilang unik. Seluruh jaringan platform minyak dan pulau-pulau buatan ini saling terhubung melalui jembatan trestle sejauh 300 km.
Bahkan, salah satu fondasinya adalah 7 kapal yang tenggelam, termasuk di antaranya tanker minyak pertama di dunia. Selama beberapa dekade, di sana muncul 2.000 platform pengeboran terbesar.
Saat platform ini tercipta, pekerja mulai membangun pertokoan, perumahan, lapangan sepak bola, perpustakaan, restoran, dan bioskop. Mereka juga membawa bibit tanaman dari darat untuk ditumbuhkan di atas pulau buatan tersebut.
ADVERTISEMENT
Saat itu, terdapat sekitar 5.000 orang tinggal di sana yang merupakan pekerja dan keluarganya.
Namun, seiring berjalannya waktu, Neft Daslari mulai ditinggalkan, karena runtuhnya Uni Soviet dan penemuan ladang minyak baru di tempat lain.
Selain itu, karena kurangnya pemeliharaan, pulau buatan ini mulai rapuh dan perlahan runtuh kembali masuk ke dalam laut. Dari yang semula memiliki luas hingga 300 km, kini hanya tersisa 45 km.
"Tinggal di Oil Rocks sangat sulit dan juga berbahaya. Sebagian besar hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca di Laut Kaspia yang tak menentu, terutama selama musim dingin. Ketika musim dingin membuatnya sepertinya sangat sulit untuk melihat. Angin benar-benar turun dan aku tidak bisa berjalan ke mana pun tanpa memegang pagar," kata seorang pekerja yang tak ingin disebutkan namanya, menceritakan tentang sulitnya hidup di Neft Daslari, seperti dikutip Vice.
ADVERTISEMENT
Belum lagi, beberapa insiden di tempat pengeboran juga pernah terjadi dan menyebabkan hilangnya nyawa para pekerja di sana. Bahkan, di sekitar kota tersebut terdapat monumen peringatan bagi para pekerja yang tewas saat bekerja di Neft Daslari.
Dalam perayaannya yang ke 60 tahun, pembuat film asal Swiss pernah mengangkat kota ini ke dalam film dokumenter yang berjudul Oil Rocks: City of the Sea yang dirilis pada tahun 2009.
Kini, kota tersebut masih melanjutkan kegiatannya untuk mengeruk minyak dari dalam laut Kaspia. Tak hanya itu, Neft Daslari juga menjadi pengingat saat Soviet berlomba-lomba dengan Barat untuk mencari minyak kala itu.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!
ADVERTISEMENT