Wisata Jepang di Mata Indonesia Pasca Topan Jebi dan Penguatan Dolar

9 September 2018 14:57 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Farm Tomita, Hokkaido. (Foto: Flickr/Craig / Stanton)
zoom-in-whitePerbesar
Farm Tomita, Hokkaido. (Foto: Flickr/Craig / Stanton)
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini kamu mungkin sering mendengar isu terkait topan Jebi di Jepang dan penguatan nilai tukar dolar terhadap rupiah. Sebagai salah satu destinasi wisata favorit wisatawan asal Indonesia, bagaimana kabar Jepang?
ADVERTISEMENT
Menurut penuturan Arief Kurnia, General Manager Retail Business Unit H.I.S. Travel Indonesia, fluktuasi nilai tukar tidak terlalu berdampak bagi wisata Jepang, terutama wisatawan asal Indonesia.
"Mengenai keadaan rupiah, kami melihat untuk segi traveling, market Indonesia tidak pernah mati," tuturnya saat ditemui kumparanTRAVEL pada konferensi pers Cool Japan Travel Fair beberapa waktu lalu.
Kondisi ini juga berlaku pasca topan Jebi di Jepang yang melanda pada Selasa (4/9). Arief menuturkan bahwa saat kejadian, memang terjadi banyak pembatalan keberangkatan dari, dan menuju Jepang. Namun, pembatalan tersebut tidak berdampak signifikan pada wisatawan.
"Untuk tamu-tamu dari Asia Tenggara atau umumnya dari Asia, salah satunya China, kebetulan penerbangannya lebih banyak yang menuju Tokyo. Jadi aman.
ADVERTISEMENT
Banyak penerbangan yang dibatalkan, jadi secara otomatis ada penurunan jumlah wisatawan. Tapi secara keseluruhan tidak ada pengaruh terhadap wisatawannya," tambahnya.
Konferensi Pers Cool Japan Travel Fair 2018, Jakarta, Jumat (07/09/2018). (Foto: Helinsa Rasputri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers Cool Japan Travel Fair 2018, Jakarta, Jumat (07/09/2018). (Foto: Helinsa Rasputri/kumparan)
Ia juga menambahkan bahwa kalau pun ada penurunan tingkat transaksi yang terjadi pada Agustus bukan berasal dari kondisi topan Jebi. Tetapi karena bulan Agustus dan September bukan bulan untuk keberangkatan.
Arief juga menjelaskan bahwa bulan keberangkatan turis Indonesia adalah pada Maret-April untuk musim sakura, Oktober-November untuk musim gugur dan wisata musim salju di Hokkaido.
Walau begitu, Arief juga berharap agar kondisi alam di Jepang segera membaik.
"Kita masih terus berkomunikasi dengan tim yang ada di sana (Jepang) terkait perkembangan di sana. Sama juga seperti di Lombok, kita berharap yang terbaik juga di Jepang," tutupnya.
ADVERTISEMENT