3 Bahaya Toxic Productivity yang Berdampak pada Kesehatan dan Karier

12 Juli 2021 18:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan bekerja. Foto: dok. Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan bekerja. Foto: dok. Unsplash
ADVERTISEMENT
Ketika seseorang sudah mencapai karier yang diinginkannya, ia akan melakukan segala cara untuk bisa mempertahankan atau setidaknya meningkatkannya. Salah satu caranya adalah dengan terus bekerja hingga melakukan berbagai kegiatan sehingga sulit baginya untuk mengatur waktu.
ADVERTISEMENT
Namun, Ladies, tahukah kamu jika kondisi seperti itu disebut dengan toxic productivity? Artinya, kamu memiliki obsesi untuk selalu bekerja dan melakukan kegiatan untuk terus mengembangkan diri. Dan ketika kamu tidak melakukan kegiatan yang produktif, maka kamu bisa merasa bersalah kepada diri sendiri.
Akibatnya, ketika kamu memiliki waktu luang untuk beristirahat, berkumpul bersama teman, atau menonton santai di rumah, kamu tidak bisa menikmatinya karena perasaan bersalah tersebut. Nah, Ladies, jika kamu terus-menerus membiarkan diri sendiri seperti itu, maka kamu bisa saja merasakan bahaya dari toxic productivity itu, loh.
Mengutip Real Simple, berikut kumparanWOMAN telah merangkum informasinya hanya untuk kamu. Simak di bawah ini ya, Ladies!

1. Burnout

Ilustrasi lelah bekerja. Foto: Shutter Stock
Ketika kamu mengalami toxic productivity, hal yang paling memungkinkan terjadi kepadamu adalah burnout, situasi dimana kamu merasa kelelahan baik secara emosional, fisik, dan mental. Biasanya, pemicu burnout ini muncul apabila kamu mengalami stres yang berlebih dalam waktu berkepanjangan.
ADVERTISEMENT
Tentunya tanpa disadari pekerjaan yang selalu kamu kerjakan dan kegiatan lainnya akan membuat kamu merasa stres dan kelelahan. Sayangnya, kamu terus merasa bahwa diri kamu mampu dan tidak merasa lelah. Akibatnya, kamu terus merasa denial dan berusaha untuk melakukan kegiatan seperti biasanya.
Padahal, tanpa disadari tubuh kamu membutuhkan istirahat yang cukup setelah memaksakan diri. Jika sudah seperti ini, bukan tidak mungkin pekerjaan yang kamu lakukan tidak semaksimal biasanya.
Ilustrasi lingkungan kerja toxic. Foto: Getty Images/Tuaindeed
Gangguan mental seperti kecemasan hingga depresi menjadi potensi dari bahaya toxic productivity loh, Ladies. Kecemasan sendiri bisa muncul ketika kamu terlalu menekan diri sendiri untuk bisa selalu produktif. Akibatnya, kamu menjadi cemas dan khawatir jika tidak bisa memenuhi kemauan dari diri kamu sendiri.
ADVERTISEMENT
Kecemasan ini juga bisa berhubungan dengan depresi. Karena ketika kamu merasa tertekan, tanpa disadari pikiran ikut merasa depresi sehingga kamu tidak bisa berpikir dengan jernih. Kamu menjadi pesimis dengan kemampuan yang kamu miliki. Cobalah untuk mengambil waktu istirahat sebaik mungkin, Ladies. Jangan pikirkan tentang pekerjaan atau kegiatan yang tidak bisa kamu kerjakan.
Dengan begitu, tekanan yang selama ini kamu alami bisa berkurang dan pemikiran kamu bisa kembali jernih. Sehingga pekerjaan yang sebelumnya terasa berat untukmu, bisa dengan cepat kamu selesaikan.

3. Tidak bisa bersosialisasi

Ilustrasi lingkungan kerja. Foto: Shutterstock/Antonio Guillem
Toxic productivity cenderung akan membuat kamu menghabiskan seluruh kegiatan untuk selalu bekerja, sehingga kamu tidak memiliki waktu untuk berkumpul bersama teman-teman. Akibatnya, kamu tidak bisa dengan bebas bersosialisasi seperti biasanya. Orang yang mengalami toxic productivity ini biasanya akan menganggap bahwa bersosialisasi adalah kegiatan yang tidak produktif sehingga mereka ingin menghindarinya.
ADVERTISEMENT
Nah, Ladies, salah satu cara untuk bisa menghilangkan burnout, kecemasan ataupun depresi yang dialami karena toxic productivity, ada baiknya untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan begitu, kamu bisa menemukan suasana baru untuk memulai bekerja atau kegiatan lainnya.
Penulis: Johanna Aprillia