Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tentunya, menghadapi kanker payudara bukanlah hal yang mudah. Proses pengobatannya dapat melelahkan secara fisik, mental, juga finansial. Belum lagi, bila kanker baru terdeteksi di stadium akhir dan mempersulit proses pengobatan pasien.
Sehingga, para dokter umumnya akan menyarankan agar para perempuan secara rutin melakukan pengecekan mandiri, agar kita bisa mengambil tindakan penanganan sedini mungkin.
Namun, mungkin masih ada banyak yang bertanya-tanya. Sebenarnya, apa yang harus dilakukan jika seseorang terkena kanker payudara ? Apa saja langkah yang harus diambil dan apa saja terapi yang akan dilakukan?
kumparanWOMAN sempat berbincang dengan Dr. dr. Andhika Rachman, SpPD-KHOM yang berbagi informasi tentang langkah yang harus dilakukan dalam menghadapi kanker payudara. Apa saja?
1. Deteksi sendiri
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan PerikSA PayuDAra sendiRI (SADARI). Caranya, adalah dengan menghadap ke cermin dan melakukan pemeriksaan sesuai tahapan yang ada. Idealnya, pemeriksaan ini dilaksanakan secara rutin setiap bulan, antara hari ke-7 menstruasi hingga hari ke-10, saat jaringan payudara tidak terlalu sensitif. Sementara, bila sudah menopause, Anda bisa memilih tanggal yang mudah diingat untuk melakukan SADARI.
ADVERTISEMENT
Setelah melakukan pemeriksaan ini, ada beberapa tanda yang bisa Anda waspadai. Di antaranya adalah mengerasnya kulit payudara, adanya cekungan atau lekukan di payudara, keluarnya cairan dari puting, atau tumbuhnya pembuluh darah pada payudara.
Bila kemudian terdeteksi adanya benjolan pada payudara, Anda bisa memeriksakan diri ke dokter.
2. Pemeriksaan ke dokter
Setelah memeriksa secara mandiri, Anda bisa menjalani pemeriksaan awal oleh dokter. Secara umum, ada beberapa jenis pemeriksaan yang akan dilakukan oleh dokter dalam tahapan ini. Misalnya, pemeriksaan dengan metode USG atau ditambah dengan Breast MRI untuk pasien yang berusia di bawah 40 tahun. Sementara, untuk pasien di atas 40 tahun, pemeriksaan akan dilakukan dengan metode USG dengan mammografi.
Bila dari pemeriksaan ini didapatkan klasifikasi BI-RADS tertentu (Breast Imaging Reporting and Data System--sistem yang digunakan untuk membaca hasil mammografi), selanjutnya akan dilakukan biopsi, dengan berkonsultasi kepada dokter bedah.
ADVERTISEMENT
"Lihat hasilnya. Kalau angkanya ganas, IHK (Immuno Histokimia, indikator standar dalam menentukan subtipe kanker payudara)-nya dapat, ini harus dioperasi," ujar dr. Andhika saat ditemui kumparanWOMAN di Raffles Hotel Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
3. Tindakan dari dokter
Biasanya, tindakan yang dilakukan dokter akan dibuat berdasarkan besaran angka klasifikasi TNM (T = ukuran tumor, N = penyebaran kanker ke kelenjar getah bening, M = metastase atau penyebaran kanker ke bagian tubuh lainnya).
"Setelah angka stadium itu didapatkan, baru bisa diklasifikasikan tindakannya seperti apa. Bisa operasi full, operasi dengan kemoterapi, juga operasi, radiasi, kemoterapi, sekaligus terapi hormonal," lanjutnya lagi.
Seperti yang dituturkan dr. Andhika, ada beberapa jenis terapi kanker payudara yang dapat diambil. Terapi ini terkadang bisa dikombinasikan dan juga dibagi menjadi lini pertama dan lini kedua yang dilakukan berdasarkan kesuksesannya dalam mengentaskan sel kanker pasien.
ADVERTISEMENT
Selain beberapa opsi yang disebutkan oleh dr. Andhika, ada pula terapi bernama terapi target. Metode ini dilakukan dengan menyasar molekul biologis yang berperan merangsang pertumbuhan sel kanker.