5 Fakta Samantha Lewthwaite, Perempuan Paling Dicari di Dunia karena Terorisme

10 Juli 2021 20:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 14:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Samantha Lewthwaite pada 26 September 2013 di London, Inggris. Foto: Interpol via Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Samantha Lewthwaite pada 26 September 2013 di London, Inggris. Foto: Interpol via Getty Images
ADVERTISEMENT
Seorang perempuan Inggris bernama Samantha Lewthwaite disebut sebagai perempuan paling berbahaya dan paling dicari di dunia. Namanya sudah tak asing lagi di dunia kriminologi maupun terorisme. Perempuan 38 tahun ini diduga telah terlibat dalam kasus terorisme di berbagai negara dan sejak lama menjadi incaran Interpol, organisasi yang dibentuk untuk mengkoordinasikan kerja sama antar kepolisian di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Proses pencarian ibu empat anak ini bahkan masuk dalam salah satu episode serial dokumenter Netflix bertajuk World's Most Wanted. Dalam serial tersebut disebutkan bahwa Samantha adalah sosok perencana, motivator, dan pelaksana di gerakan al-Shabaab atau gerakan terorisme lainnya di Afrika Timur.
Samantha Lewthwaite. Foto: Dok. Netflix
Dalam pemberitaannya, Daily Mirror bahkan menyebut Samantha sebagai Mother of All Terrorists. Pihak kepolisian juga mengakui bahwa Samantha telah mengalahkan mereka karena berhasil lolos dari penyelidikan dan pengawasan.
Untuk mengetahui siapa sosok Samantha Lewthwaite sebenarnya dan bagaimana kisahnya sebagai The White Widow, kumparanWOMAN telah merangkum beberapa faktanya. Dilansir berbagai sumber, simak selengkapnya berikut ini.

1. Lahir dari keluarga tentara Inggris

Samantha Lewthwaite pada 26 September 2013 di London, Inggris. Foto: Interpol via Getty Images
Terlahir di Banbridge, County Down, Irlandia Utara, Samantha merupakan anak dari pasangan Andrew dan Elizabeth Christine Lewthwaite. Ayahnya merupakan mantan anggota tentara Inggris yang bertugas di tim 9th/12th Royal Lancers. Ini merupakan tim yang menangani konflik domestik di Irlandia Utara.
ADVERTISEMENT
Saat bertugas, Andrew Lewthwaite bertemu dan jatuh cinta dengan Elizabeth Christine yang kemudian menjadi istrinya. Dari pernikahan ini, pasangan Lewthwaite dikaruniai tiga orang anak, yaitu Samantha, Sabrina, dan Allan Lewthwaite.

2. Jadi mualaf di usia 17 tahun

Semasa hidupnya, Samantha merupakan perempuan biasa yang juga menjalani pendidikan. Ia sekolah SMP di Elmhurst dan SMA di The Grange, Aylesbury, Inggris. Pada 1994, kedua orang tua Samantha bercerai. Banyak teman yang mengatakan bahwa perpisahan orang tuanya ini cukup memberikan dampak buruk bagi Samantha.
Menurut laporan The Daily Telegraph, Samantha kemudian mencari perubahan suasana di rumah tetangganya yang merupakan keluarga Muslim. Ia meyakini bahwa hubungan keluarga tetangganya ini lebih kuat dari keluarganya sendiri. Lalu pada usia ke-17 tahun, ia memutuskan menjadi mualaf dan masuk Islam. Samantha lalu menggunakan nama Sherafiyah saat jadi mualaf.
ADVERTISEMENT

3. Disebut 'White Widow' usai terlibat kasus pengeboman di Inggris

Pada 2001, Samantha bertemu dengan Germaine Lindsay saat sedang melakukan aksi protes Stop the War di Hyde Park, London. Menurut laporan The Sun, keduanya kemudian memutuskan untuk menikah di Aylesbury, Inggris pada 30 Oktober 2002. Menikah secara Islam, Samantha dan Germaine kala itu menggunakan nama Asmantara dan Jamal. Saat menikah, kedua orang tua Samantha tak mau hadir sebab mereka juga tak pernah menyetujui keputusan anaknya yang mualaf.
Perempuan yang pernah kuliah jurusan ilmu politik dan agama ini kemudian terlibat dalam kasus pengeboman yang dilakukan oleh suaminya sendiri. Pada 7 Juli 2005, sebuah peristiwa bom bunuh diri terjadi di kereta bawah tanah London. Media setempat menyebutkan bahwa ini adalah aksi pengebom bunuh diri pertama yang terjadi di Britania Raya.
ADVERTISEMENT
Salah satu pelaku pengeboman yang menewaskan 56 orang dan melukai lebih dari 700 orang itu adalah Germaine, suami Samantha. Sejak saat itu, Samantha dijuluki sebagai White Widow sebab tak ada yang mencurigai sosok Samantha setelah peristiwa pengeboman terjadi meski suaminya merupakan salah satu tersangka. Kala itu, Samantha sempat menjual ceritanya pada The Sun senilai 30 ribu poundsterling atau sekitar Rp 604 jutaan (Kurs hari ini). Dalam ceritanya Samantha menggambarkan dirinya sebagai korban dan mengatakan suaminya adalah mualaf baru yang telah ditipu oleh para ekstremis untuk melakukan aksi pengeboman. Padahal, menurut keluarga Germaine, pria ini sudah mualaf sejak usia 15 tahun.
Kisahnya ini menjadi kontroversi dan kondisi Samantha sendiri saat itu sedang hamil anak kedua dan saat itu anak pertamanya masih berusia 14 bulan sehingga tak sedikit masyarakat yang merasa iba.
ADVERTISEMENT

4. Diduga menjadi dalang di balik aksi terorisme penting

Dilansir The Guardian, pada 2007, Samantha dan anak-anaknya pindah ke Kenya dan menikah dengan pria Kenya. Saat Samantha berada di Kenya, tepatnya pada September 2013, terjadi sebuah aksi penembakan massal di sebuah pusat perbelanjaan di Nairobi, ibukota Kenya.
Aksi penyerangan tersebut dilakukan oleh empat orang pria yang diduga berasal dari kelompok al-Shabaab. Kabarnya, aksi itu merupakan bentuk protes terhadap militer setempat. Mengutip The Guardian, Menteri Luar Negeri Kenya menyatakan bahwa seorang perempuan Inggris terlibat dalam serangan tersebut.
Setelah ditelusuri, ternyata sosok tersebut adalah Samantha yang menggunakan passport palsu dengan nama Natalie Faye dan mengatakan berasal dari Afrika Selatan. Meski teridentifikasi, pihak berwenang tak bisa menemukan keberadaan Samantha.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada 2014, ia kembali menikah dengan pria bernama Hassan Maalim Ibrahim atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sheikh Hassan. Ia merupakan seorang komandan senior dari organisasi teroris al-Shabaab, sekutu dari al-Qaeda dan juga kelompok ekstremis fundamental yang bermarkas di Afrika bagian timur, khususnya Somalia dan Kenya.
Menurut Daily Mail, Samantha pun kemudian diasumsikan telah bergabung dengan al-Shabaab setelah terlibat dalam pengeboman daerah wisata di Mombasa, Kenya. Kala itu pihak kepolisian menemukan bukti bahwa ia mencari informasi seputar cara merakit bom.

5. Keberadaan Samantha Lewthwaite yang masih jadi misteri

Nama Samantha memang sudah tak asing lagi di dunia kriminal, terutama aksi-aksi terorisme. Hingga saat ini, keberadaannya masih menjadi misteri. The Guardian melaporkan bahwa sejumlah media bahkan menyebutnya sebagai mythological creature atau makhluk mitos.
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun lalu The Sun sempat melaporkan bahwa Samantha telah ditembak mati oleh Rusia, namun sayangnya kabar ini belum terbukti kebenarannya. The White Widow diduga masih hidup dan berada di bawah lindungan kelompok al-Shabaab, serta memiliki peran penting di organisasi teroris ini. Sesuai dengan area penyebaran al-Shabaab, Samantha diduga tinggal di sekitar Somalia dan Kenya. Sosoknya hingga kini masih menjadi misteri bagi polisi, Interpol, FBI dan organisasi pemerintahan di sejumlah negara.