Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, Kemenkes mengungkap bahwa kasus kanker payudara menempati urutan pertama dari jenis kanker lainnya. Data Globocan tahun 2020 menunjukkan bahwa kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 atau 16,6 persen dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Sementara itu, jumlah kematian perempuan akibat kanker payudara mencapai lebih dari 22 ribu jiwa.
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada lebih dari 2,3 juta kasus kanker payudara yang terjadi di dunia dan menjadikannya kanker yang paling umum pada perempuan dewasa.
Kerentanan perempuan terhadap kanker payudara seharusnya membuat kita lebih aware akan penyakit ini, Ladies. Tapi ternyata hingga saat ini masih beredar mitos soal kanker payudara dengan banyak orang yang memercayainya. Apa saja, ya?
ADVERTISEMENT
Mitos: kanker payudara merupakan penyakit keturunan
Kanker payudara memang bisa terjadi karena adanya riwayat keluarga. Tapi Ladies, riwayat keluarga hanya salah satu dari faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker. Menurut American Cancer Society, hanya sekitar 5–10% kanker payudara yang terjadi akibat faktor keturunan. Artinya, masih lebih banyak perempuan yang mengidap kanker payudara tanpa adanya riwayat di dalam keluarga.
Faktanya, ada banyak faktor lain yang bisa meningkatkan risiko kanker payudara, termasuk menstruasi pertama yang terjadi di bawah usia 12 tahun, melahirkan pertama kali di usia 30 tahun, menopause setelah usia 55 tahun, tidak hamil dan menyusui, hingga penerapan gaya hidup yang tidak sehat.
Mitos: bra kawat jadi penyebab kanker payudara
Bra kawat yang dianggap sebagai penyebab kanker payudara menjadi salah satu mitos yang paling banyak dipercaya. Banyak yang percaya bahwa menggunakan bra kawat terutama saat tidur dapat menghambat aliran cairan getah bening ke pembuluh darah yang bisa menjadi penyebab kanker.
ADVERTISEMENT
Namun faktanya, menurut Cancer Council, masih belum ada penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara memakai atau tidak memakai bra jenis apa pun terhadap perkembangan kanker payudara.
Mitos: kanker payudara hanya terjadi pada perempuan
Kanker payudara memang lebih banyak terjadi pada perempuan. Tapi pada kenyataannya penyakit ini juga bisa menyerang kaum laki-laki, Ladies. Menurut data WHO, sekitar 99 persen kanker payudara memang terjadi pada perempuan, tapi 0,5–1 persen kanker payudara juga bisa terjadi pada laki-laki.
Mitos: kanker payudara hanya terjadi di atas usia 40 tahun
Banyak yang percaya bahwa kanker payudara hanya bisa menyerang perempuan yang sudah memasuki usia menopause atau di atas 40 tahun. Faktanya, banyak kasus kanker payudara juga ditemukan pada perempuan yang lebih muda.
ADVERTISEMENT
Menurut studi yang dilakukan oleh American Society 2024, tingkat diagnosis kanker payudara di kalangan perempuan Asia-Amerika di bawah usia 50 tahun meningkat 1,4 persen per tahun, dan 2,7 persen pada perempuan muda di kalangan Kepulauan Pasifik.
Hal ini juga senada dengan fakta yang diungkapkan oleh Ketua Yayasan Lovepink Indonesia, Dede Gracia, bahwa sudah banyak generasi muda di zaman ini yang mengidap kanker payudara.
“Gen Z yang usianya masih muda di bawah 30 tahun tapi sudah terkena kanker, makanya awareness ini (soal kanker payudara) kita majukan. Jadi kalau ada kecurigaan langsung ke dokter,” ujar Dede pada (4/9).
Mitos: mamografi menyebabkan kanker payudara
Mamografi merupakan proses pemeriksaan untuk mendeteksi adanya kanker pada jaringan payudara menggunakan teknologi sinar radiasi. Banyak orang yang menganggap bahwa paparan sinar radiasi ini justru dapat memicu kanker, yang mana anggapan ini benar-benar salah.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari laman National Breast Cancer Foundation, skrining dengan tes mamografi tidak menyebabkan pertumbuhan dan penyebaran sel kanker. Sebaliknya, tes mamografi yang dilakukan sedini mungkin dan berkala dapat mendeteksi kanker lebih cepat dan menurunkan risikonya.
Tes mamografi juga sama bermanfaatnya dengan SADARI, yaitu gerakan memeriksa payudara sendiri untuk melihat adanya kejanggalan pada payudara sebagai cara holistik untuk mendeteksi sel kanker .