Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah hubungan cinta , sepasang kekasih seharusnya memberikan dan menerima cinta secara seimbang. Tidak seharusnya ada pihak yang perlu mengeluarkan upaya lebih demi menjaga hubungan tetap utuh.
ADVERTISEMENT
Namun, ada kalanya tidak demikian. Tanpa disadari, kita mungkin berusaha memberikan segala yang dimiliki, sementara pasangan kita sama sekali tidak melakukannya. Sekilas kita mungkin merasa bahwa ini diperlukan, karena kita masih mencintai pasangan. Akan tetapi, kita tidak boleh melakukannya. Sebab, bisa jadi kita tengah terjebak dalam hubungan tak sehat yang bernama codependency.
Dr. Shawn Burn, penulis buku 'Unhealthy Helping: A Psychological Guide to Codependence, Enabling, and Other Dysfunctional Giving', menggambarkan codependency sebagai hubungan yang tak imbang di antara sepasang kekasih.
"Dalam sebuah hubungan codependent, salah satu pihak mengemban beban untuk memberikan perhatian dan seringkali kehilangan diri mereka pada prosesnya," ujar Dr. Shawn Burn, seperti dikutip Time.
Ada berbagai hal yang bisa menyebabkan terjadinya hal ini. Salah satunya adalah karena seseorang memiliki dasar pola interaksi insecure, lantaran mereka tumbuh dengan interaksi yang tak stabil dengan orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Hal ini pun bisa menyebabkan seseorang merasa perlu berusaha memberikan segalanya, supaya bisa bertahan dalam suatu hubungan. Sementara, di sisi lain, ada juga orang yang menolak untuk membuat jalinan emosional dengan pasangan, sehingga mereka cenderung pasif dan hanya mau menerima tanpa memberi kepada pasangan.
Kita perlu berhati-hati, agar tidak terjebak dalam pola hubungan tersebut. Sebab, hubungan ini tak sehat dan bisa membuat kita kehilangan batasan-batasan personal.
Selengkapnya, berikut beberapa ciri hubungan cinta codependent yang perlu kita ketahui.
1. Hubungan yang tak lagi seimbang
Seharusnya, setiap pasangan perlu mengeluarkan upaya yang seimbang untuk bisa mempertahankan hubungan. Namun, hal ini tidak berlaku dalam sebuah hubungan codependent. Dalam hubungan itu, akan ada pihak yang lebih banyak memberi, sementara pihak lain lebih banyak menerima. Misalnya, ketika salah satu pihak menjadi satu-satunya yang 'bertanggung jawab' menjaga komunikasi dalam hubungan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Saat salah satu pihak mulai mengurangi waktu, usaha, dan perhatian yang mereka berikan, pihak yang lain akan mengisi kekosongan dengan bekerja lebih keras untuk tetap terhubung," ujar Shannon Thomas, terapis sekaligus buku asal Texas, seperti dikutip Business Insider Singapura.
"Ketika ini terjadi, hubungan itu mulai mengarah secara tidak sehat ke codependency," ujarnya melanjutkan.
2. Keinginan untuk memperbaiki pasangan
Tidak cuma itu, seseorang yang terjebak dalam hubungan codependent juga akan berusaha memperbaiki pasangannya. Ia merasa bisa bertahan dalam hubungan dan berharap dapat memperbaiki pasangan yang memiliki kecenderungan tak sehat, seperti adiksi terhadap zat terlarang atau hal buruk lainnya.
Sekilas, seseorang mungkin merasa ini adalah hal yang tepat untuk dilakukan. Padahal, tidak selamanya demikian. Hal ini bisa berbahaya, terutama bila Anda justru kehilangan diri dalam upaya menyenangkan pasangan.
ADVERTISEMENT
3. Tidak punya kehidupan pribadi lagi
Selain itu, seseorang yang terjebak dalam hubungan cinta codependent juga seperti tidak memiliki batasan dengan pasangannya. Mereka tidak bisa mengatakan 'tidak' dan sangat mengedepankan keinginan pasangannya.
Selain itu, orang-orang ini juga seperti tidak memiliki kehidupan sendiri. Mereka selalu berada bersama pasangan, sampai-sampai mereka kehilangan kontak dengan orang-orang lain dalam hidupnya. Dalam taraf gawat, ada juga orang yang bahkan merasa perlu untuk meminta izin kepada pasangan untuk melakukan hal-hal terkecil dalam hidup.
4. Terus membutuhkan pengakuan dalam hubungan cinta
Orang yang terjebak dalam hubungan cinta jenis ini juga akan terus mempertanyakan apakah pasangannya masih mencintainya. Mereka akan mempertanyakan hal-hal seperti, 'Apakah dia masih mencintai saya?' dan 'Apakah dia tidak akan meninggalkan saya?'.
ADVERTISEMENT
Padahal, pertanyaan seperti ini mungkin tidak akan pernah terjawab. Sebab, seperti apapun dia berusaha, pasangannya mungkin akan menghindari tanggung jawab dan tidak memberikan kebutuhan emosionalnya.
5. Tidak memedulikan hal-hal buruk mengenai pasangan
Saat jatuh cinta, kita mungkin tak mempedulikan kekurangan seseorang. Namun, kita sebaiknya tidak melakukan hal ini. Apalagi, jika pasangan memiliki kebiasaan yang tidak sehat, seperti ketergantungan terhadap alkohol, narkoba, seks, maupun hal lainnya.
Menurut Melody Beattie, penulis dari buku berjudul 'Codependent No More', ketergantungan itu bisa mencelakai kedua pihak dalam hubungan cinta .
"Seseorang dengan adiksi bisa menelantarkan pasangannya, sementara si pasangan mungkin merasa perlu memberikan lebih kepada orang itu karena rasa takut, bersalah, maupun kebiasaan," ujarnya, seperti dikutip Time.
ADVERTISEMENT
Sehingga, kita seharusnya bisa lebih membuka mata terhadap kekurangan pasangan. Saat ingin membantu pasangan keluar dari masalahnya, kita juga harus tetap memprioritaskan diri sendiri.