Alasan Perempuan Zaman Dulu Tak Boleh Pakai Lipstik, Dianggap Penyihir?

27 Juli 2021 21:04 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Memakai Lipstik Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Memakai Lipstik Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Memakai lipstik saat kegiatan sehari-hari adalah hal yang hampir dilakukan oleh seluruh perempuan. Tujuannya tentu untuk meningkatkan penampilannya agar terlihat lebih cantik.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, beberapa orang memiliki warna bibir yang berbeda-beda, ada yang pucat, gelap, dan lainnya. Untuk menutupi warna bibir yang tidak diinginkan, kebanyakan perempuan memulasnya dengan lipstik.
Namun, apakah kamu tahu, Ladies, kalau di zaman dahulu tepatnya di masa pertengahan saat agama Kristen mulai memasuki Eropa, pemakaian lipstik dilarang oleh gereja-gereja. Mengapa demikian?
Mengutip Huffpost, larangan memakai lipstik ini disebabkan karena suatu pandangan yang beranggapan bahwa seseorang yang memakai perona bibir tersebut adalah seorang penipu.
Tidak hanya itu, pemakaian lipstik juga dianggap berdosa, karena telah melawan Tuhan dengan mengubah bentuk tubuh yang diberikannya.
"Seiring dengan munculnya agama Kristen saat itu, banyak pendapat dari orang-orang gereja yang menganggap setiap upaya untuk mengubah penampilan seorang perempuan adalah tindakan melawan Tuhan," jelas Madeline Mash, seorang penulis buku Compacts and Cosmetics: Beauty from Victorian Times to the Present Day.
ADVERTISEMENT
Bahkan menurut surat yang dituliskan oleh Santo Siprianus, seorang Uskup Kartago yang memiliki peran penting dalam perkembangan Kristen di abad ketiga, seorang perempuan diperingatkan untuk tidak memalsukan karya Tuhan dengan cara menggunakan perona bibir, pemerah pipi, dan kosmetik lainnya.
"Semua perempuan pada umumnya harus diperingatkan bahwa karya Tuhan tidak boleh dipalsukan dengan cara menggunakan pemerah pipi, perona bibir, atau kosmetik apa pun yang merusak gambaran alami," jelas Santo Siprianus.

Bercerai dengan pasangan sampai dianggap seperti seorang penyihir

Ilustrasi Memakai Lipstik Foto: Shutterstock
Di tahun 1400 hingga 1500-an, gereja Inggris mulai aktif menyuarakan untuk menentang seluruh perempuan untuk menggunakan lipstik. Bahkan, apabila ada seorang perempuan yang sudah bersuami dan menggunakan lipstik, sang suami diperbolehkan untuk menceraikannya.
ADVERTISEMENT
"Kamu bisa menceraikan istrimu jika dia memakai riasan. Itu sebenarnya dilihat sebagai dosa, karena perempuan itu tidak terlihat seperti apa yang dilihat," jelas sejarawan kosmetik dari Amerika Serikat, Rachel Weingarten, kepada Huffpost.
Kemudian, di tahun 1700-an, diberlakukan undang-undang yang ditujukan kepada perempuan yang memakai kosmetik, rambut palsu, bahkan sepatu hak tinggi. Tidak tanggung-tanggung, pemakaian lipstik di tahun tersebut akan dipandang seperti seorang penyihir. Hal ini karena dianggap telah melakukan sihir dengan mengubah bentuk wajahnya.

Dipandang sebagai simbol keberanian

Ilustrasi Perempuan Mengenakan Lipstik Foto: Dok. Shutterstock
Ketika Perang Dunia II terjadi, pandangan lipstik pun mulai berubah. Jika sebelumnya lipstik dianggap sebagai sesuatu yang negatif, kini kosmetik tersebut dianggap sebagai simbol keberanian, patriotisme, dan ketahanan.
"Ada banyak alasan mengapa pemakaian lipstik dinyatakan seperti itu. Salah satunya pemakaiannya yang dianggap sebagai bentuk untuk menjaga semangat ketika Perang Dunia II berlangsung," tutup Rachel.
ADVERTISEMENT
Penulis: Johanna Aprillia