Beli Tas Mewah dengan Alasan Investasi? Ini Kata Pakar Keuangan

3 September 2020 12:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Beli Tas Mewah dengan Alasan Investasi? Ini Kata Pakar Keuangan. Foto: dok. Chanel
zoom-in-whitePerbesar
Beli Tas Mewah dengan Alasan Investasi? Ini Kata Pakar Keuangan. Foto: dok. Chanel
ADVERTISEMENT
Bisa memiliki tas mewah lansiran rumah mode dunia seperti Gucci, Chanel, Louis Vuitton hingga Hermes, bisa menjadi kebanggan tersendiri bagi sebagian perempuan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak, harganya yang selangit dan modelnya yang menarik dan tak lekang oleh waktu, serta bahan yang berkualitas membuat banyak perempuan rela merogoh kantong ratusan juta hingga miliaran rupiah hanya untuk membeli satu tas.
Selain itu, beberapa tahun yang lalu membeli tas mewah bukan hanya perkara gengsi atau sebagai pelengkap penampilan saja. Tetapi menurut Emily Dang, pemilik situs belanja SnobSwap yang menjual segala jenis tas mewah preloved, berbelanja tas mewah bisa menjadi salah satu bentuk investasi yang menguntungkan.
Benarkah tas mewah bisa jadi barang investasi? Foto: Shutterstock
Menurutnya, nilai dari tas mewah dapat berubah sesuai tren atau kepopularitasan. Tas Hermes Birkin misalnya, harganya bisa naik dua kali lipat dari harga aslinya (sekitar Rp 2.3 miliaran) dalam kurun waktu 10 tahun. Jadi tidak heran kalau perempuan sering kali ingin membeli tas mewah dengan alasan investasi.
ADVERTISEMENT
Namun benarkah demikian? Benarkah tas mewah bisa jadi instrumen investasi yang tepat? Ataukah itu hanya menjadi pembenaran saja bagi banyak perempuan untuk menghabiskan uang dalam jumlah besar demi fashion?
Ilustrasi tas mewah. Foto: dok. Louis vuitton
Menurut Financial Planner, Safir Senduk, membeli tas mewah untuk dijadikan investasi itu hanya alasan saja. Sebab meskipun harganya bisa meningkat, tetapi tas tak bisa dijadikan sebagai barang investasi.
"Kalau ada perempuan yang ingin membeli tas mewah (dibilang) untuk investasi, itu hanya alasan dia saja supaya bisa membeli tas tersebut," ungkap Safir Senduk kepada kumparanWOMAN.

Membedakan barang investasi dengan barang konsumtif

Safir Senduk menegaskan bahwa sebuah barang bisa dikatakan sebagai wujud investasi itu tergantung pada cara kita memperlakukan barang tersebut. Jika kita membeli tas mewah dengan tujuan berinvestasi tapi sewaktu-waktu tas tersebut dipakai, maka tas mewah itu sudah tidak bisa dijadikan sebagai barang investasi.
Jika tas mewah atau barang apapun sudah dipakai, itu tandanya tidak bisa dijadikan sebagai barang investasi. Christie
"Karena selama tas itu dipakai, tas atau barang apapun, yang sudah dibeli lalu dipakai, berarti itu sudah menjadi barang konsumtif walaupun nilainya bisa meningkat," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Jangankan tas mewah atau barang lain, menurut Safir Senduk, sebuah rumah yang sudah dibeli dan ditinggali oleh pemiliknya saja tidak bisa dikatakan sebagai bentuk investasi karena sudah berubah menjadi rumah konsumtif.
"Rumah bisa disebut sebagai investasi kalau tidak ditinggali. Artinya, rumah tersebut diubah menjadi ladang bisnis seperti dikontrakkan atau dijadikan kos-kosan. Dan biasanya rumah yang dimanfaatkan seperti itu adalah rumah kedua. Hal ini berlaku juga dengan apartemen. Kalau dibeli lalu disewakan, itu bisa jadi investasi. Tapi kalau dibeli lalu dipakai sendiri, ya itu bukan investasi," pungkasnya.
Ilustrasi tas Louis Vuitton Foto: Shutter Stock
Jadi Ladies, intinya sebuah barang bisa dinilai sebagai investasi itu bukan dari mereknya, tetapi tergantung pada bagaimana pemiliknya memperlakukan barang tersebut.
Lagi pula, kalau membeli tasnya masih dengan cara dicicil lebih baik uangnya langsung diinvestasikan dalam bentuk saham, reksa dana, atau deposito saja Ladies.
ADVERTISEMENT