Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Di tengah wabah corona dan instruksi untuk mengisolasi diri di rumah, banyak orang akhirnya berbondong-bondong untuk melakukan aktivitas berjemur di bawah sinar matahari. Tak heran, karena aktivitas ini dipercaya bisa mendatangkan beragam manfaat kesehatan, salah satunya adalah untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
ADVERTISEMENT
Namun di tengah maraknya anjuran untuk berjemur di bawah sinar matahari pada masa wabah pandemi corona ini, ternyata muncul kebingungan di masyarakat soal waktu terbaik untuk berjemur itu sendiri. Kebingungan tersebut disebabkan karena banyaknya versi atau pendapat soal waktu terbaik untuk berjemur. Ada sebagian pendapat ada yang menyebut bahwa pukul 10 pagi hingga 2 siang adalah waktu ideal untuk berjemur, sementara pendapat lain menyebut sebaliknya, yaitu di bawah jam 10.
Lalu sebetulnya mana yang benar? Untuk menjawab kebingungan tersebut, kumparanWOMAN bertanya pada beberapa ahli.
Menurut dr. Eddy Karta, SpKK, Phd yang berpraktik di klinik pribadinya di daerah Cikajang, Jakarta Selatan, untuk menentukan jam terbaik saat berjemur (sekaligus meminimalkan efek negatif dari sinar matahari), kita harus memperhitungkan dua hal; yaitu ketinggian matahari, dan juga indeks ultra violet (IUV).
ADVERTISEMENT
dr. Eddy menyebut sinar matahari mulai bermanfaat untuk pembentukan vitamin D saat ketinggian 30 derajat (kurang lebih jam 8 pagi). Sementara di bawah jam 8 pagi, sinar matahari masih terhalang lapisan ozon (hanya UV A saja yang banyak), jadi belum terlalu banyak untuk meningkatkan sistem imun melalui vitamin D. “Tapi, idealnya itu saat ketinggian matahari 45 derajat,” ujar dokter yang praktik di daerah Cikajang, Jakarta Selatan, kepada kumparanWOMAN.
Posisi matahari 45 derajat tersebut menurut dr. Eddy ada pada sekitar pukul 9 hingga 10 pagi. “Ketinggian matahari 45 derajat itu sekitar pukul 9 hingga 10 pagi. Di atas jam 10 pagi, sinar matahari masih bermanfaat (untuk meningkatkan sistem imun) tapi efek mudaratnya lebih besar daripada manfaatnya,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dr. Eddy juga menjelaskan mengenai indeks ultra violet yang mesti kita perhitungkan sebelum berjemur. Indeks ultra violet ini memiliki nilai yang berkisar dari 1 sampai 11. Besarnya IUV juga menurutnya selalu berubah-ubah antar jam. dr. Eddy menyebut bahwa indeks UV 3 sudah bisa menghasilkan vitamin D.
“Lalu bagaimana mengetahui besaran IUV saat kita mau berjemur apakah sudah di atas 3 atau belum? Kita bisa mengecek aplikasi weather di iPhone. Kalau IUV nya semakin tinggi, maka semakin berbahaya dan harus melindungi bagian tubuh,” lanjut dr. Eddy.
Sependapat dengan dr. Eddy, Ketua Kelompok Studi Dermatologi Laser Indonesia, Dr Amaranila Lalita Drijono spKK FINSDV FAADV, juga merekomendasikan masyarakat Indonesia untuk berjemur di bawah pukul 10 pagi.
ADVERTISEMENT
“Intensitas UVB di Indonesia itu berbeda dengan di geografi lain seperti misalnya di Italia. Di Indonesia pasti lebih kuat intensitasnya karena di Khatulistiwa. Sehingga, bisa saya katakan untuk Indonesia sebaiknya tidak berjemur di antara jam 10 pagi hingga 2 siang, karena intensitas UVB (dan juga UVA) sangat tinggi,” ungkap dr. Nila saat dihubungi kumparanWOMAN pada Kamis (2/4).
Nah, sudah tahu kan sekarang kapan waktu yang terbaik untuk berjemur?