Bisakah Terkena Kanker Serviks Jika Belum Berhubungan Seks? Ini Penjelasannya

4 November 2022 15:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kanker serviks. Foto: Emily frost/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kanker serviks. Foto: Emily frost/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ladies, tahukah kamu bahwa kanker serviks merupakan kanker dengan jumlah kasus paling tinggi di Indonesia setelah kanker payudara? Data Observasi Kanker Dunia pada tahun 2020 mencatat 36.633 kasus baru dan 21.003 kematian akibat kanker serviks di Tanah Air. Dengan kata lain, terdapat 88 kasus baru dan lebih dari 50 kematian akibat kanker leher rahim setiap hari di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dokter spesialis kandungan dan ginekologi, dr. Cindy Rani SpOG menjelaskan bahwa kanker serviks adalah kanker pada leher rahim (bagian bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina). Kanker serviks umumnya disebabkan oleh Human papillomavirus (HPV).
HPV adalah virus yang bisa datang dari mana pun dan menyebabkan penyakit lainnya, seperti kutil kelamin, kanker vagina, kanker vulva, kanker penis, kanker anus, maupun kanker orofaring atau tenggorokan. HPV, pada tipe yang berisiko tinggi seperti tipe 16 dan 18, bisa menyebabkan kanker leher rahim.
Ilustrasi kanker serviks. Foto: Vitalii Vodolazskyi/Shutterstock
Menurut Cindy, virus ini dapat menular melalui rute seksual, seperti melakukan hubungan senggama, genital, anal, atau oral. Namun, seseorang yang belum pernah melakukan hubungan seksual juga memiliki risiko terkena kanker serviks. Penyebabnya adalah HPV yang bisa menyebar atau menempel di mana saja, bahkan toilet umum sekalipun.
ADVERTISEMENT
“Misalnya, riwayat keturunan, pemakaian sex toys, hingga menggunakan toilet umum yang tidak steril,” ujar Cindy dalam Kelas Jurnalis bersama PT Merck Sharp & Dohme (MSD) Indonesia dan Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, Rabu (2/11).
Kanker serviks juga tidak terjadi secara tiba-tiba dan biasanya memerlukan waktu bertahun-tahun. Cindy mencontohkan, bila seorang remaja yang aktif melakukan hubungan seksual kemudian terpapar HPV, kanker serviks dapat muncul ketika usianya sudah dewasa.
“Misalnya, kita melakukan hubungan seksual di usia remaja, kejadian kanker serviks ini baru terjadi di usia 40, 45, hingga 50 tahun. Hal ini karena perjalanan penyakit yang dimulai dari masuknya virus, mengubah epitel kita hingga terjadi kerusakan, dan semakin mendalam sehingga virusnya menyebar ke organ-organ lain,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Merujuk laman Healthline, aktivitas seksual memang bukan satu-satunya medium penularan HPV. Virus ini lebih banyak hidup di area tubuh lain dibandingkan alat kelamin, seperti anus, mulut, dan tenggorokkan.
Seseorang yang belum pernah melakukan hubungan seksual atau kontak skin-to-skin termasuk seks vaginal, oral, atau anal, tidak mungkin memiliki HPV. Namun, dimungkinkan untuk menularkan HPV melalui kontak seksual tanpa penetrasi.

Gejala kanker serviks

Ilustrasi Vagina. Foto: Shutterstock
Kanker serviks kerap tidak menimbulkan gejala, sehingga sering kali baru terdeteksi setelah memasuki stadium lanjut. Namun, terdapat gejala umum dari kanker serviks yang harus diwaspadai:
Dilansir dari Medical News Today, perdarahan pada perempuan pasca menopause, nyeri panggul, keputihan dengan bau yang menyengat dan bercampur dengan darah juga menjadi gejala kanker serviks yang umum terjadi.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, tidak sedikit perempuan yang masih merasa khawatir untuk melakukan kontrol kesehatan karena mitos yang beredar, misalnya takut dicap gemar berganti-ganti pasangan seksual.
“Padahal, meskipun hanya mempunyai satu pasangan seks pun tetap berpotensi tertular HPV apabila pasangannya telah terinfeksi HPV,” tutup Cindy.
Pemeriksaan dini nyatanya penting dilakukan untuk mengetahui secara detail persoalan yang dialami penderita. Hal ini untuk mengurangi perkembangan virus menjadi lebih jauh sebelum berakibat fatal.