Cara Head of Collaboration kumparan Hadapi Tantangan WFH sambil Urus Keluarga

21 April 2020 19:50 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dhini Hidayati. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dhini Hidayati. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sejak kebijakan WFH diberlakukan sekitar satu setengah sebulan lalu, Head of Collaboration kumparan, Dhini Hidayati, harus beradaptasi dengan realita baru. Tak lagi menghabiskan waktunya di kantor, perempuan berusia 32 tahun itu terus berada di rumah, bertemu 24 jam dengan suami, anak, dan anggota keluarga lainnya. Dalam kondisi tersebut, mau tidak mau, Dhini harus pintar membagi waktu. Dengan caranya sendiri, ia harus tetap bekerja sebagai team leader, mengurus suami, sekaligus mengasuh anaknya yang baru berusia 2 tahun 8 bulan.
Tentu, perubahan gaya hidup ini menjadi tantangan baginya. Apalagi, karena kehidupan profesional dan pribadinya seolah jadi tidak memiliki batas. Seringkali, Dhini harus menyisipkan jadwal untuk keluarganya di sela-sela pekerjaan. Misal, dengan menemani anaknya melakukan video call dengan guru di sekolah sambil bersiap-siap melakukan conference call dengan tim di kantor di pagi hari. Di kesempatan lain, Dhini berupaya menyempatkan diri untuk memasak bagi suaminya, juga menemani anak bermain.
ADVERTISEMENT
“Gimana rasanya? Capek, melelahkan, dan kadang draining. Bukan cuma energi, tapi juga emosi,” ujarnya.
Dhini Hidayati menemani anaknya saat WFH. Foto: Dok. Dhini Hidayati
Dhini menjelaskan, ia memang merasakan adanya tekanan tersendiri ketika sedang bekerja dari rumah. Dalam kondisi normal, Dhini bisa fokus bekerja di kantor, tanpa merasa terlalu terbebani bila sedang tidak mengasuh anak. Namun, sekarang, ia berada di rumah. Sang anak bisa melihatnya dan menganggap Dhini ada untuknya. Bila tidak mengasuh buah hatinya, terbesit rasa bersalah dalam hati Dhini.
“Karena, fisiknya kan di rumah. Kalau dari pagi sampai sore (aku ngurus) pekerjaan sementara dia bolak-balik cari perhatian dan enggak direspons, kan, rasanya bersalah,” tutur Dhini.
Padahal, tanggung jawab Dhini di kantor jauh dari kata sederhana. Dengan posisi Head of Collaboration, lulusan Sastra Cina Universitas Indonesia ini membawahi berbagai bidang program dalam segmen kolaborasi kumparan. Ia menggawangi program 1001 media, campaign terkait Corona, penyaluran donasi yang telah terkumpul, mengurus UGC (user generated content), hingga mengelola program kumparanDerma. Terkadang, Dhini juga dimintai bantuan untuk menjadi moderator wawancara live update oleh tim Sales. Sehari-hari, ia harus selalu online dan standby kapan pun dibutuhkan, sebagaimana karyawan di industri media pada umumnya.
Head of Collaboration kumparan, Dhini Hidayati, saat jalani masa WFH. Foto: Dok. Dhini Hidayati
Akibatnya, Dhini memiliki rutinitas yang begitu padat. Sejak membuka mata hingga kembali tidur, ia akan multitasking untuk bekerja dan mengurus keluarga. Meski mendapatkan bantuan dari asisten rumah tangga (ART), Dhini tidak nyaman bila tak melakukan beberapa hal sendiri. Misal, untuk memasak sarapan bagi suami dan menemani anaknya belajar.
ADVERTISEMENT
Namun, ada harga yang harus dibayar untuk melakukan ini semua. Karena berusaha memenuhi tanggung jawabnya, terkadang, Dhini tidak sempat memikirkan kebutuhannya sendiri.
“Ketika ada waktu kosong di tengah pekerjaan, aku akan mengurus anak. Kalau ada waktu kosong lagi, akan mengurus yang lain--orang tua dan hal-hal lainnya. Kadang, kita tuh (jadi) lupa bahwa sebagai individu, kita juga butuh waktu untuk diri sendiri,” ungkap Dhini.
Head of Collaboration kumparan, Dhini Hidayati, memasak di sela-sela WFH. Foto: Dok. Dhini Hidayati
Praktis, hal ini membuatnya lelah, baik secara fisik maupun psikis. Dalam periode WFH yang baru berlangsung sekitar satu setengah bulan, ia pernah mengalami burn out, membuatnya menangis sendirian di kamar atau toilet.
Akan tetapi, Dhini berusaha menjadikan semua ini sebagai proses menerima situasi. Ia membiarkan dirinya merasa lelah, frustrasi, marah, juga menangis. Setelahnya, ia akan berusaha untuk bangkit. Saat merasa tidak kuat, Dhini berusaha untuk meminta tolong kepada orang lain, termasuk kepada suaminya.
ADVERTISEMENT
I seek help. Aku menjadi jujur sama diri sendiri ketika merasa ini adalah batasanku dan sudah hampir burn out. Aku membuat kesepakatan dengan suami. Misal, kamu ada concall jam berapa? Aku jam segini. Jadi, kalau Miki (anak) lagi clingy atau gimana, please take over,” ujarnya.
Dhini Hidayati beraktivitas bersama keluarganya. Foto: Dok. Dhini Hidayati
Selain itu, Dhini juga terkadang melepas stres dengan melakukan metode self-healing bernama Tapas Acupressure Technique. Mengikuti metode ini, ia akan mengeluarkan apa yang menjadi beban pikirannya, menekan titik acupressure, lalu mengucapkan rangkaian kalimat tertentu. Meski tak melakukannya setiap hari, ia akan menerapkan teknik itu ketika mulai stres dan tak fokus.
Di luar itu, Dhini mengaku tidak memiliki ritual khusus untuk menjaga kesehatannya. Bila ada waktu luang, ia akan berusaha melakukan me time dan menjalani hobinya, yaitu memasak. Namun, ia tidak selalu bisa melakukannya.
Head of Collaboration kumparan, Dhini Hidayati, bersama anaknya. Foto: Dok. Dhini Hidayati

Ingin WFH berakhir karena khawatirkan orang lain

Selama masa WFH berlangsung, Dhini memang mengalami serangkaian tantangan. Ia juga jadi lebih mengenal kebutuhannya sendiri, sekaligus kebutuhan pasangan yang tinggal bersamanya.
ADVERTISEMENT
Uniknya, terlepas dari aneka tantangan yang ada, Dhini masih mengkhawatirkan orang lain. Alih-alih terpaku dengan kendala yang dialaminya, Dhini memikirkan nasib orang-orang yang mungkin tidak seberuntung dirinya di tengah pandemi COVID-19 ini.
Bagi Dhini, bekerja dari rumah adalah sebuah hak istimewa yang tidak dimiliki oleh semua orang. Sebab, ada orang-orang yang harus tetap pergi keluar rumah supaya bisa tetap makan.
Oleh karena itu, Dhini berharap agar pandemi ini segera usai. Bukan karena ia ingin rutinitasnya berakhir, namun karena dia mengkhawatirkan orang lain.
ADVERTISEMENT
Story ini merupakan persembahan Lazada dalam rangka merayakan Hari Kartini. Untuk story menarik lainnya kunjungi collection Cerita Perempuan Hebat.