Dipakai Kylie Jenner & Rihanna, Karya Rajutan Ini Buatan Perempuan Indonesia

19 Juli 2021 20:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dipakai Kylie Jenner & Rihanna, Karya Rajutan Ini Buatan Perempuan Indonesia. Foto: dok. Instagram @its_memorialday @kyliejenner
zoom-in-whitePerbesar
Dipakai Kylie Jenner & Rihanna, Karya Rajutan Ini Buatan Perempuan Indonesia. Foto: dok. Instagram @its_memorialday @kyliejenner
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun belakangan ini barang fashion berbahan rajut atau knitwear menjadi tren dan banyak digemari perempuan maupun laki-laki. Tak melulu berupa baju hangat, saat ini knitwear hadir dalam berbagai macam model. Mulai dari atasan, celana, topi, tas, hingga bikini.
ADVERTISEMENT
Salah satu label knitwear yang terkenal dan banyak dikenakan selebriti adalah Memorial Day. Label yang baru berdiri pada tahun 2021 ini merilis fashion items seperti bucket hat dan bikini. Koleksinya memiliki desain yang simpel dengan pemilihan warna-warna cerah. Jadi tak heran kalau selebriti seperti Bella Hadid, Rihanna, Kylie Jenner, hingga anak tiri wakil presiden AS, Kamala Harris melirik label tersebut.
Tapi siapa sangka bahwa label yang berbasis di New York ini sebenarnya adalah milik perempuan berdarah Indonesia, Delsy Gouw. Perempuan 25 tahun ini berasal dari Bogor, Jawa Barat namun ia kuliah dan menetap di New York. Beberapa waktu lalu, video yang ia buat saat Kylie Jenner, Bella Hadid, dan Rihanna mengenakan karyanya sempat viral di TikTok. Video tersebut saat ini sudah ditonton hingga 2.7 juta penonton.
ADVERTISEMENT

Belajar merajut sejak kecil dari ibu

Perempuan yang saat ini sedang kuliah marketing dan advertising di Fashion Institute of Technology di New York ini mengaku sudah belajar merajut sejak kecil. Menurut laporan Vogue, ia belajar merajut dari ibunya saat berusia 9 tahun.
Delsy Gouw, perempuan asal Indonesia pendiri label knitwear It's Memorial Day. Foto: Dok. TikTok
Walau sudah belajar sejak lama, namun Delsy Gouw tidak menyadari bahwa kemampuan dan kreativitasnya dalam merajut bisa membuatnya membangun bisnis. Semua bermula di masa pandemi saat ia bingung untuk menghabiskan waktu selama lockdown. "Aku tidak menyadari kalau punya sisi kreatif ini. Dan sekarang aku merasa 'Ke mana saja aku selama ini?'," ungkap Delsy Gouw kepada Vogue.
Setelah sadar dengan kemampuannya membuat produk rajutan yang menarik, Delsy Gouw pun tak hanya ingin berbisnis tapi juga membuat komunitas. Ia ingin bisnisnya bisa lebih berkelanjutan supaya bisa membentuk komunitas pencinta rajut yang lebih solid. Jadi Delsy pun memulai usahanya dengan perlahan karena semua ia buat dengan handmade alias buatan tangan.
ADVERTISEMENT
"Barang pertama yang aku buat dan laku terjual adalah tas jinjing untuk sahabatku. Lalu berikutnya adalah bikini dan topi," ungkapnya.
Meski berbasis di New York, Delsy terkadang tetap memasukkan unsur budaya Indonesia di akun resmi Memorial Day, melalui foto nasi kuning, jajanan pasar hingga kerupuk kaleng.

Tak menyangka produknya dipakai oleh selebriti ternama

Dalam wawancaranya dengan Vogue, Delsy mengaku bahwa ia tak menyangka produknya akan banyak disukai oleh selebriti ternama. Menurutnya itu terjadi dengan sendirinya tanpa ada promosi khusus.
"Aku sangat bersyukur dengan testimoni karena itu memberikan efek menakjubkan untuk brand ini. Ella Emhoff menghubungiku langsung dan ia ingin melakukan pertukaran produk, dan kebetulan aku memang suka dengan produk yang ia buat. Bertukar produk dengan sesama desainer dan creator sangat membantu karena itu adalah cara kita untuk menghormati dan menghargai karya masing-masing," jelas Delsy.
ADVERTISEMENT
Hingga kini Delsy Gouw masih belum tahu pasti bagaimana selebriti menemukan produk-produknya. Semua terjadi secara tiba-tiba. "Kaia Gerber mengirimkan pesan padaku dan aku tidak tahu bagaimana dia menemukanku, tapi sekali lagi aku sangat bersyukur. Kalau fokusku hanya untuk menarik perhatian selebriti, tentu aku tidak akan bisa sefokus sekarang ini dalam membangun bisnis," pungkasnya.
Saat ini, Delsy Gouw berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan semua pesanan. Bahkan kadang ia harus lembur dan tidak sempat tidur. "Aku selalu tenggelam dalam dunia rajutan sampai lupa waktu dan tidak tidur. Merajut sangat membantu sekali di masa sekarang saat harus menghabiskan banyak waktu di rumah. Aku beruntung ini hanya butuh jarum dan benang, tidak perlu mesin," ceritanya.
ADVERTISEMENT