Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Dulu Cuma 5, Jabar Kini Punya 27 Daerah Pembatikan dengan Ragam Motif Batik Baru
17 Oktober 2024 19:32 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Upaya untuk melestarikan batik di berbagai wilayah Indonesia terus digencarkan, termasuk di Provinsi Jawa Barat. Berkat upaya oleh Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB), motif batik dan daerah pembatikan di Jawa Barat pun terus bertambah.
ADVERTISEMENT
Dalam acara Tutur Batik: Jejak Artistik Para Penjaga Tradisi Batik Jawa Barat yang digelar pada Selasa (15/10), disebutkan bahwa kini, Jawa Barat memiliki 27 daerah pembatikan dengan motif baru yang unik dan berbeda-beda.
“Sudah 16 tahun Yayasan Batik Jawa Barat membina para perajin batik di 27 kota/kabupaten, dan memang dulu hanya ada lima daerah pembatikan. Batik ini adalah sebuah teknik, jadi, tidak salah kalau daerah-daerah lain juga ingin punya daerah pembatikan atau perajin batik. Memang dikatakan bahwa kalau dengar batik, yang identik cuma Solo, Yogya. Apakah Jawa Barat ada batiknya?” kata Sendy Dede Yusuf, pimpinan Yayasan Batik Jawa Barat, di Galeri IndonesiaKaya Mall Grand Indonesia, Selasa (15/10).
Menurut Sendy, ini merupakan salah satu cara untuk menciptakan regenerasi para pembatik. Saat ini, banyak pembatik yang sudah lanjut usia, sementara jumlah anak muda yang membatik juga belum banyak. Itulah alasan, YBJB melakukan pelestarian batik dengan cara pewarisan seni tradisi batik di 27 kabupaten/kota di Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Berkat pengembangan ini, YBJB mengungkap bahwa motif batik Jawa Barat kini sudah mencapai ratusan, bahkan ribuan motif batik baru.
Banyaknya motif batik baru melengkapi koleksi motif batik Jabar yang sudah lama terkenal, seperti motif Megamendung, Motif Wadasan, Motif Sawat Penganten, Motif Bulu Hayam, Motif Merak Ngibing, Motif Lereng Adumanis, dan Motif Mojang Priangan.
Salah satu motif batik Jawa Barat yang baru mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) RI adalah motif batik Complongan. Batik yang berasal dari Kabupaten Indramayu ini memperoleh sertifikat IG pada 2022.
Selain itu, ada juga motif baru, yakni batik Merawit dari Kabupaten Cirebon. Batik Merawit sudah melewati pemeriksaan substantif oleh ahli IG. Setelah lolos, batik dari Cirebon ini juga akan mendapatkan sertifikat IG.
ADVERTISEMENT
Inovasi teknologi untuk pelestarian batik Jawa Barat
Menurut Sendy, Yayasan Batik Jawa Barat juga menginisiasi berbagai inovasi untuk melestarikan batik di Jabar. Salah satunya adalah memproduksi teknologi baru yang membantu proses pembatikan.
“Bagaimana agar produksinya bisa lebih banyak lagi, kalau perajinnya terbatas? Kalau order banyak tapi perajinnya tidak ada, bagaimana kita bisa memenuhi permintaan? Akademisi bersama budayawan dan seniman membuat mesin fotonik batik. Ini adalah mesin sinar UV. Saat membatik, dibutuhkan sinar UV untuk menjemur usai teknik pewarnaan dan pelorotan,” jelas Sendy.
“Banyak sekali yang dapat order, tapi sinar matahari tidak sesuai harapan. Batiknya jadi tidak terpenuhi. Alat ini bisa membantu pembatik untuk memenuhi pesanan banyak dan hasilnya maksimal,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, YBJB juga membuat alat pengolahan limbah cair bernama Pengolah Limbah Cair Batik Sederhana (Nano Oxymix Microbubble Generator). Dengan alat ini, diharapkan limbah membatik bisa diolah dengan mudah dan murah, sehingga bisa membantu pelestarian lingkungan. Alat ini sudah ditempatkan dan diuji coba di tempat produksi batik di daerah Bandung.
Langkah lainnya yang dilakukan oleh YBJB adalah dengan memproduksi sebuah film dokumenter yang menunjukkan proses pembatikan oleh para perajin di Jawa Barat. Film ini diproduksi berkat kolaborasi YBJB dengan yayasan Bakti Budaya Djarum Foundation, Kemendikbud RI, dan Komisi X DPR RI.
Film bertajuk Asmaraloka Batik Tatar Sunda ini merupakan rangkaian dari perayaan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober lalu. Film dokumenter ini bisa langsung ditonton di kanal YouTube IndonesiaKaya.
ADVERTISEMENT