Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Penerimaan diri atau self acceptance masih menjadi salah satu hal yang sulit dilakukan oleh perempuan . Alasannya pun beragam, mulai dari tak percaya dengan diri sendiri, merasa diri selalu tak layak, hingga sering membandingkan diri dengan orang lain. Akibatnya, kita menjadi semakin minder dan malu untuk berinteraksi dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Rupanya, hal ini pun dialami oleh aktris sekaligus penyanyi Eva Celia . Penyanyi 28 tahun ini tumbuh sebagai perempuan berkulit cokelat gelap dengan rambut pendek yang ikal dan tubuh kecil. Saat itu, Eva merasa dirinya berbeda dengan para perempuan lain di sekitarnya yang sering kali disebut sebagai definisi dari standar kecantikan. Akibatnya, ia cukup sering menerima komentar yang kurang berkenan dan membuatnya berkecil hati.
Namun semakin bertambah usia dengan pemikiran yang dewasa, Eva pun perlahan mulai bisa menerima dirinya sendirinya. Kini, ia justru bangga karena bisa menjadi perwakilan dari perempuan Indonesia yang berkulit sawo matang, rambut pendek dan ikal.
Saat berbincang di acara Virtual Conference Women's Week 2021 dengan kumparanWOMAN, salah satu cara yang dilakukannya dalam melakukan self acceptance adalah mempelajari tentang Body Neutrality yang merupakan bagian dari Body Positive Movement. Menurutnya, hal ini sangat menantang baginya karena body neutrality fokus membahas tentang ragam bentuk tubuh.
ADVERTISEMENT
"Di dunia hiburan, aku sering kali dibandingkan dengan orang dan sulit untuk mendapatkan body positivity. Kadang ada satu hari di mana aku sulit menerima diri sendiri, kadang aku merasa tidak suka dengan wajahku atau tubuhku. Tapi dengan menerapkan body neutrality, aku bisa menghadapi kenyataan bahwa wajah dan tubuh seseorang tidak selalu sama setiap hari," katanya.
Bagi Eva, penting sekali untuk menerapkan pola pikir body neutrality yang sangat membantunya dalam menerima dirinya sendiri, terlepas dari bentuk tubuh atau warna kulitnya. Contohnya, belum lama ini Eva baru berani berbagi cerita tentang stretch marks yang dimilikinya. Baginya, hal ini sulit diceritakan, khususnya kepada publik.
"Kadang aku ingin nggak punya stretch marks, tapi sejak mengenal body neutrality kalimat itu sudah tidak terungkap lagi. Jadi kalau ada pemikiran negatif yang tiba-tiba datang, aku langsung berpikir 'oh ini tubuhku bisa berubah'. I should've just love myself just the way I am dan berterima kasih pada tubuhku karena sudah membantuku untuk beraktivitas selama ini," kata Eva lagi.
ADVERTISEMENT
Pernyataan Eva Celia ini ditanggapi oleh psikolog Indah SJ, M.Psi, yang juga menjadi salah satu pembicara dalam Virtual Conference Women's Week 2021. Menurutnya, poin penting penerimaan diri bukan hanya dari kita yang menerima bentuk tubuh atau warna kulit kita. Tetapi, soal pola pikir yang kita miliki.
"Kadang yang sering mengganggu kita adalah pikiran dan perasaan kita terhadap bentuk tubuh dan warna kulit. Seperti yang Eva bilang tadi, dia sudah mulai bisa menerima dirinya sendiri padahal kalau dipikir-pikir bentuk tubuh dan warna kulitnya tidak berubah, tapi proses berpikirnya yang berubah. Nah, penerimaan inilah yang menjadi highlight dari self acceptance ," demikian tutur Indah menutup perbincangan.