FeminisThemis Academy 2024 Hadir, Dukung Perempuan Tuli Raih Keadilan Sosial

1 Juni 2024 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konferensi pers dan diskusi FeminisThemis Academy 2024 di Bale Nusa Pakubuwono, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2024). Foto: FeminisThemis
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers dan diskusi FeminisThemis Academy 2024 di Bale Nusa Pakubuwono, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2024). Foto: FeminisThemis
ADVERTISEMENT
Pancasila memiliki satu sila yang menegaskan keadilan sosial bagi seluruh rakyat di Indonesia. Namun sayangnya, bagi para penyandang disabilitas, keadilan tersebut belum bisa mereka nikmati sepenuhnya. Inilah yang menjadi perhatian banyak aktivis hingga komunitas, termasuk FeminisThemis dan Unilever.
ADVERTISEMENT
FeminisThemis, didirikan oleh Nissi Taruli Felicia dan teman-temannya pada 2021, merupakan komunitas feminis inklusif yang bertujuan untuk mengedukasi para individu Tuli terkait keadilan sosial, kesetaraan gender, hingga kekerasan seksual.
Masih rendahnya keadilan, ditambah belum memadainya edukasi, membuat para perempuan Tuli di Indonesia menjadi pihak yang sangat rentan. Menurut Nissi, salah satu tantangan besar yang dialami perempuan Tuli adalah sulitnya akses terhadap pendidikan hak kesehatan seksual dan reproduksi (HKSR).
“Masih banyak sekali penjelasan mengenai hak kesehatan seksual dna reproduksi yang mungkin tidak diberikan secara umum di sekolah, terutama Sekolah Luar Biasa (SLB). Ditambah gurunya tidak bisa mengajarkan lewat bahasa isyarat, kemudian tidak diajarkan HKSR, itu menjadi masalah besar,” jelas Nissi di acara konferensi pers FeminisThemis Academy 2024 di Bale Nusa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Rabu (29/5).
Direktur Eksekutif dan Co-Founder FeminisThemis, Nissi Taruli Felicia. Foto: FeminisThemis
Tak hanya itu, banyak perempuan Tuli yang tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan, termasuk kesehatan seksual dan reproduksi, di rumah sakit. Nissi mengatakan, hampir semua layanan kesehatan tidak menyediakan juru bahasa isyarat (JBI), sehingga individu Tuli kerap kali harus membawa JBI dengan biaya mandiri.
ADVERTISEMENT
Rendahnya pemahaman HKSR membuat para perempuan Tuli rentan terhadap kekerasan seksual. Laporan Komnas Perempuan pada 2023 mengungkap ada 105 kekerasan terhadap perempuan penyandang disabilitas, dengan 33 di antaranya dialami oleh penyandang disabilitas sensorik termasuk Tuli.

Diskriminasi individu Tuli masih marak

Kurangnya pemahaman soal individu Tuli dan stigma yang melekat membuat mereka sering kali didiskriminasi. Diskriminasi ini bisa terlihat dari sulitnya individu Tuli mengakses informasi, beratnya mengenyam pendidikan karena masih banyak institusi yang tidak inklusif, hingga sulitnya individu Tuli mendapatkan pekerjaan yang layak.
Konferensi pers dan diskusi FeminisThemis Academy 2024 di Bale Nusa Pakubuwono, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2024). Foto: FeminisThemis
Diskriminasi yang mentereng ini menjadi bukti bahwa hak-hak asasi individu Tuli di Indonesia masih belum terpenuhi. Padahal, jika merujuk sila kelima di Pancasila, keadilan sosial seharusnya bisa dirasakan oleh rakyat tanpa terkecuali.
ADVERTISEMENT
“Laporan Indeks Hak Asasi Manusia 2023 menunjukkan bahwa sejumlah variabel seperti Hak Sipil termasuk hak memperoleh keadilan, hak atas rasa aman, dan kebebasan berekspresi ataupun berpendapat; serta Hak Sosial antara lain hak atas kesehatan dan pendidikan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya,” ucap Direktur Eksekutif SETARA Institute, Halili Hasan.

Mengenal FeminisThemis Academy 2024

Berangkat dari tantangan para perempuan Tuli, FeminisThemis pun merancang program edukasi untuk perempuan Tuli bertajuk FeminisThemis Academy 2024. Dalam penyelenggaraannya, FeminisThemis Academy didukung oleh Unilever.
Konferensi pers dan diskusi FeminisThemis Academy 2024 di Bale Nusa Pakubuwono, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2024). Foto: FeminisThemis
Program yang akan digelar secara hybrid ini akan membekali para perempuan Tuli dengan materi-materi yang krusial, yakni pengenalan tubuh dan organ reproduksi, pengenalan pubertas, pentingnya consent dan hak batasan tubuh, risiko di ruang digital terkait consent, dan psychology first aid untuk membantu perempuan Tuli yang memiliki trauma. Seluruh materi ini akan disampaikan secara offline dalam bahasa Isyarat di tiga kota besar, yaitu Bandung, Yogyakarta, dan Malang.
ADVERTISEMENT
Selain memberikan materi terkait HKSR, FeminisThemis Academy juga akan menyelenggarakan Training for Trainers untuk fasilitator Tuli. Program ini diharapkan dapat melahirkan lebih banyak fasilitator Tuli yang membantu memperluas edukasi mengenai HKSR, keadilan sosial, dan kesetaraan gender bagi perempuan Tuli.
FeminisThemis Academy 2024 akan digelar dari Juni–September 2024, diakhiri di 23 September yang merupakan Hari Bahasa Isyarat Internasional.